4.3.2. Hasil FEVD di Negara Importir Minyak
Berdasarkan hasil simulasi analisis dekomposisi varian yang disajikan pada Tabel 15, pergerakan SP 500 pada awal periode simulasi yakni periode
bulan ke-12 dominan dipengaruhi oleh variabel inflasi. Memasuki periode bulan ke-24, peran variabel inflasi terus meningkat hingga mencapai 63,47 persen. Pada
periode yang sama, peran variabel suku bunga menjadi cukup dominan yakni mencapai angka 13,13 persen. Peran variabel nilai tukar terus menurun hingga
akhir periode simulasi menjadi 0,38 persen. Sedangkan peran variabel harga minyak dunia ternyata tidak terlalu dominan yakni hanya 1,56 persen pada akhir
periode simulasi. Hasil ini menunjukan bahwa indeks SP 500 sangat mudah dipengaruhi oleh tingkat inflasi, sedangkan pengaruh kenaikan harga minyak
dunia tidak memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menggerakan indeks SP 500.
Tabel 15 Dekomposisi Varian Indeks Harga Saham di Negara Importir Minyak
Persentase Kontribusi Negara
Periode sp
i inf
er Oil
1 100,00
0,00 0,00
0,00 0,00
12 38,79
5,69 52,70
1,73 1,06
24 21,30
13,13 63,47
0,74 1,33
Amerika Serikat
48 14,86
16,57 66,61
0,38 1,56
1 100,00
0,00 0,00
0,00 0,00
12 67,23
8,24 0,39
23,43 0,68
24 55,08
15,26 0,73
28,18 0,73
Brasil 48
48,79 20,00
0,97 29,74
0,49 1
100,00 0,00
0,00 0,00
0,00 12
94,53 0,47
0,28 4,23
0,46 24
94,16 0,50
0,32 4,48
0,51 India
48 93,98
0,52 0,34
4,60 0,53
1 100,00
0,00 0,00
0,00 0,00
12 50,65
1,89 0,52
15,45 31,46
24 38,55
5,23 5,87
9,66 40,66
Indonesia 48
34,09 9,07
11,89 5,64
39,28 1
100,00 0,00
0,00 0,00
0,00 12
99,40 0,07
0,15 0,23
0,13 24
99,48 0,05
0,20 0,17
0,08 Inggris
48 99,52
0,03 0,23
0,14 0,05
Sumber: Lampiran
Lanjutan Tabel 15 Dekomposisi Varian Indeks Harga Saham di Negara Importir Minyak
Persentase Kontribusi Negara
Periode sp
i inf
er oil
1 100,00
0,00 0,00
0,00 0,00
12 74,11
0,12 22,72
2,99 0,03
24 54,55
0,85 36,29
8,23 0,06
Jepang 48
50,49 3,00
36,25 10,17
0,06 1
100,00 0,00
0,00 0,00
0,00 12
92,26 0,79
3,16 0,45
3,32 24
91,08 0,88
3,97 0,73
3,31 Jerman
48 90,36
1,01 4,36
0,95 3,30
1 100,00
0,00 0,00
0,00 0,00
12 51,77
1,00 27,96
4,53 14,72
24 43,02
4,56 29,91
4,11 18,37
Korea Selatan 48
34,67 7,66
34,27 3,64
19,73 1
100,00 0,00
0,00 0,00
0,00 12
85,10 0,75
5,93 6,63
1,57 24
81,39 0,63
7,52 7,21
3,23 Perancis
48 79,90
0,51 8,01
6,98 4,57
1 100,00
0,00 0,00
0,00 0,00
12 61,57
4,51 1,23
12,40 20,27
24 55,24
3,97 0,84
23,78 16,15
Singapura 48
54,15 3,18
0,55 30,93
11,17 1
100,00 0,00
0,00 0,00
0,00 12
82,11 0,26
4,92 8,20
4,50 24
77,97 0,26
3,69 15,08
2,98 Swiss
48 78,37
0,14 2,30
15,77 3,40
1 100,00
0,00 0,00
0,00 0,00
12 45,90
0,38 50,84
1,88 0,98
24 35,86
0,37 57,41
5,70 0,63
Thailand 48
29,32 0,37
62,14 7,77
0,38 Sumber: Lampiran
Hasil simulasi analisis dekomposisi varian menunjukan bahwa pergerakan Bovespa pada awal periode simulasi yakni periode bulan ke-12 dominan
dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri 67,23 persen serta nilai tukar Reai terhadap US Dollar 23,43 persen. Namun memasuki periode bulan
ke-24, peran variabel indeks harga saham turun menjadi sebesar 55,08 persen. Pada periode yang sama, peran variabel nilai tukar menjadi cukup dominan yakni
mencapai angka 28,18 persen bersama dengan peran variabel suku bunga 20 persen. Sedangkan peran variabel harga minyak dunia tidak terlalu dominan
dalam menggerakan indeks Bovespa. Hasil ini menunjukan bahwa perubahan nilai
tukar Reai terhadap US Dollar sebagai akibat dari perubahan harga minyak dunia membuat pergerakan indeks Bovespa berubah cukup signifikan. Begitu pula
dengan variabel suku bunga sebagai instrumen untuk mengendalikan inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga minyak dunia.
Hasil simulasi analisis dekomposisi varian menunjukan bahwa pergerakan BSE di India pada awal periode simulasi hingga akhir periode simulasi sangat
dominan dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri. Bahkan memasuki akhir yakni periode bulan ke-48, peran variabel lainnya tidak berubah
terlalu besar sedangkan peran variabel indeks harga saham BSE tetap berada pada angka 93,98 persen. Hasil ini menunjukan bahwa perubahan indeks BSE tidak
mudah dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabel ekonomi dan eksternal lainnya.
Berdasarkan hasil simulasi analisis dekomposisi varian, pergerakan JKSE pada awal periode simulasi yakni periode bulan ke-12 dominan dipengaruhi oleh
variabel indeks harga saham itu sendiri dan harga minyak dunia. Namun memasuki periode bulan ke-24, peran variabel indeks harga saham turun menjadi
38,55 persen. Sebaliknya, peran variabel harga minyak dunia menjadi dominan yakni mencapai angka 40,66 persen. Peran variabel inflasi juga terus meningkat
hingga akhir periode simulasi menjadi 11,89 persen. Hasil ini menunjukan bahwa indeks JKSE sangat mudah dipengaruhi oleh perubahan harga minyak dunia
sehingga membuat tekanan inflasi terus meningkat, ditunjukan oleh peran variabel inflasi yang terus meningkat hingga akhir periode simulasi.
Hasil simulasi analisis dekomposisi varian menunjukan bahwa pergerakan FTSE di Inggris pada awal periode simulasi hingga akhir periode simulasi sangat
dominan dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri. Bahkan memasuki akhir yakni periode bulan ke-48, peran variabel lainnya tidak berubah
terlalu besar bahkan tidak ada peran variabel yang mencapai angka 1 persen sedangkan peran variabel indeks harga saham FTSE tetap berada pada angka
99,52 persen. Hasil ini menunjukan bahwa indeks FTSE tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabel ekonomi dan eksternal lainnya.
Hasil simulasi analisis dekomposisi varian menunjukan bahwa pergerakan Nikkei pada awal periode simulasi yakni periode bulan ke-12 dominan
dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri 74,11 persen serta inflasi 22,72 persen. Namun memasuki periode bulan ke-24, peran variabel
indeks harga saham turun menjadi sebesar 54,55 persen. Sebaliknya, peran variabel inflasi menjadi cukup dominan yakni mencapai angka 36,29 persen.
Sedangkan peran variabel harga minyak dunia tidak terlalu dominan dalam menggerakan indeks Nikkei bahkan nilai perannya hanya di bawah 1 persen. Hasil
ini menunjukan bahwa tekanan inflasi membuat pergerakan indeks Nikkei berubah cukup signifikan.
Hasil simulasi analisis dekomposisi varian menunjukan bahwa pergerakan DAX di Jerman pada awal periode simulasi hingga akhir periode simulasi sangat
dominan dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri. Bahkan memasuki akhir yakni periode bulan ke-48, peran variabel lainnya tidak berubah
terlalu besar, hanya peran variabel inflasi cenderung naik hingga 4,36 persen pada akhir periode simulasi, sedangkan peran variabel indeks harga saham DAX tetap
berada pada angka 90,36 persen. Hasil ini menunjukan bahwa indeks DAX tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabel ekonomi dan eksternal
lainnya. Berdasarkan hasil simulasi analisis dekomposisi varian, pergerakan
KOSPI pada awal periode simulasi yakni periode bulan ke-12 dominan dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri, inflasi, dan harga
minyak dunia. Namun memasuki periode bulan ke-24, peran variabel indeks harga saham turun menjadi 43,02 persen. Sebaliknya, peran variabel inflasi dan harga
minyak dunia menjadi dominan yakni masing-masing mencapai angka 29,91 persen dan 18,37 persen. Peran variabel suku bunga juga terus meningkat hingga
akhir periode simulasi menjadi 7,66 persen. Hasil ini menunjukan bahwa indeks KOSPI sangat mudah dipengaruhi oleh perubahan harga minyak dunia sehingga
membuat tekanan inflasi terus meningkat, ditunjukan oleh peran variabel inflasi yang terus meningkat hingga akhir periode simulasi.
Hasil simulasi analisis dekomposisi varian menunjukan bahwa pergerakan CAC di Perancis pada awal periode simulasi hingga akhir periode simulasi sangat
dominan dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri. Bahkan memasuki akhir yakni periode bulan ke-48, peran variabel lainnya tidak berubah
terlalu besar sedangkan peran variabel indeks harga saham CAC tetap berada pada angka 79,90 persen. Variabel lainnya tidak terlalu dominan walaupun pada setiap
periode menunjukan peningkatan dominasi seperti variabel inflasi dan harga minyak dunia. Hasil ini menunjukan bahwa indeks CAC tidak mudah dipengaruhi
oleh perubahan variabel-variabel ekonomi dan eksternal lainnya. Namun tekanan inflasi terus mempengaruhi pergerakan CAC karena perubahan harga minyak
dunia. Hasil simulasi analisis dekomposisi varian menunjukan bahwa pergerakan
STI di Singapura pada awal periode simulasi yakni periode bulan ke-12 dominan dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri 61,57 persen serta
harga minyak dunia 20,27 persen. Namun memasuki periode bulan ke-24, peran kedua variabel turun menjadi masing-masing sebesar 55,24 persen dan 16,15
persen. Sebaliknya, peran variabel nilai tukar menjadi cukup dominan yakni mencapai angka 23,78 persen bahkan pada akhir periode simulasi mencapai 30,93
persen. Hasil ini menunjukan bahwa arus modal yang keluar masuk Singapura membuat pergerakan indeks STI berubah cukup signifikan.
Hasil simulasi analisis dekomposisi varian menunjukan bahwa pergerakan SMI di Swiss pada awal periode simulasi hingga akhir periode simulasi sangat
dominan dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri. Memasuki akhir yakni periode bulan ke-48, peran variabel lainnya yang berubah dominan
adalah variabel nilai tukar yakni sebesar 15,77 persen. Hasil ini menunjukan bahwa indeks SMI tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan variabel-variabel
ekonomi dan eksternal lainnya. Berdasarkan hasil simulasi analisis dekomposisi varian, pergerakan SET
pada awal periode simulasi yakni periode bulan ke-12 dominan dipengaruhi oleh variabel indeks harga saham itu sendiri dan inflasi. Namun memasuki periode
bulan ke-24, peran variabel indeks harga saham turun menjadi 35,86 persen. Sebaliknya, peran variabel inflasi menjadi dominan yakni mencapai angka 57,41
persen. Sedangkan peran variabel harga minyak dunia tidak terlalu dominan, bahkan nilainya hanya di bawah 1 persen. Hasil ini menunjukan bahwa indeks
SET sangat mudah dipengaruhi oleh tekanan inflasi. Namun peran suku bunga
sebagai instrumen pengendali inflasi ternyata tidak terlalu mampu mengurangi dominasi inflasi dalam menggerakan indeks SET.
Dari hasil simulasi analisis dekomposisi varian di atas, terlihat ada perbedaan antara negara importir minyak yang tergolong negara maju dan negara
importir yang tergolong negara berkembang. Kecuali indeks di Amerika Serikat dan Jepang yang sangat mudah bergerak karena pergerakan variabel lain,
pergerakan indeks harga saham negara-negara maju khususnya di kawasan Eropa cenderung lebih sulit untuk dipengaruhi oleh pergerakan variabel-variabel lain,
begitu pula yang terjadi pada indeks BSE di India. Sedangkan pergerakan indeks harga saham di negara-negara kawasan Asia Tenggara, yang sebagian besar
adalah negara berkembang, lebih mudah dipengaruhi oleh pergerakan variabel ekonomi lainnya.
Halaman ini sengaja dikosongkan
V. KESIMPULAN DAN SARAN