Analisis Kasus Amar Putusan

4. Mengembalikan hak-hak para terdakwa dalam kedudukan, kemampuan, harkat dan martabatnya ; 5. Memerintahkan barang bukti berupa dokumen yang tercantum dalam daftar barang bukti ; 1 Nomor urut 1 sd 140 tetap dilampirkan dalam berkas perkara terlampir 2 Nomor urut 141 sd 149 terlampir dikembalikan kepada terdakwa.

B. Analisis Kasus

Satu hal yang menarik dalam proses berjalannya kasus ini adalah antara Jaksa Penuntut Umum, Penasehat Hukum, maupun Ahli yang dihadirkan di persidangan masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda satu sama lain dan menyertakan berbagai peraturan yang dianggap berhubungan dengan kasus ini. Berbagai pendapat ahli tersebut sangat beraneka ragam, terutama mengenai telah timbul atau tidaknya kerugian negara dalam kasus ini. Peraturan tersebut meliputi UU PTPK, UU Perbankan, UU Pasar Modal, UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara maupun UU BUMN dan Peraturan Bank Indonesia. Sasaran utama peraturan yang sangat berhubungan erat dengan kasus ini adalah UU PTPK, UU Perbankan dan Keuangan Negara. Kemudian akan di telaah diantara peraturan tersebut mana yang paling tepat untuk menjerat perbuatan para terdakwa dalam kasus ini. Kasus ini muncul karena adanya pemberian kredit dari PT. Bank Mandiri Tbk. melalui persetujuan para terdakwa kepada PT. CGN PT. TM yang kemudian timbul kredit macet dalam proses pelunasan kredit tersebut. Khusus bagi pegawai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bank Mandiri, terkait dengan segala sesuatu yang menyangkut perkreditan ini peraturannya telah di kemas dalam Kebijakan Pekreditan Bank Mandiri KPBM. Tindakan para terdakwa yang mengabulkan pemberian kredit bridging loan dan Kredit Investasi kepada PT. CGN yang dikemudian hari timbul kredit macet dinilai telah menimbulkan kerugian terhadap keuangan negara. Artinya, munculnya kasus ini adalah dimulai dengan kredit macet dari PT. CGN atas pinjamannya kepada PT. Bank Mandiri. UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dalam hal ini dapat dijadikan acuan, terutama menyangkut apa yang menjadi tolak ukur dari keuangan negara itu sendiri. Pasal 1 ayat 1 UU Keuangan Negara mengartikan keuangan negara sebagai: “Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Pengertian keuangan negara yang dirumuskan diatas sejalan dengan yang dituangkan dalam penjelasan umum UU PTPK. 193 Keuangan negara dalam penjelasan UU PTPK jika dikaitkan dengan kasus ini adalah termasuk dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara, maka Bank Mandiri Persero Tbk. adalah BUMN sebagaimana dalam penjelasan pasal tersebut, dimana sebagian sahamnya dimiliki 193 Penjelasan Umum UU PTPK mendefinisikan Keuangan Negara sebagai seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun baik yang dipisahkan atau tidak dipisahkan termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena : a. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat negara baik di tingkat pusat maupun daerah; b. Berada dalam penguasaa, pengurusan dan pertanggungjawaban BUMN BUMD, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA oleh negara yang berarti bahwa didalamnya juga terdapat uang negara atau kekayaan negara. Selanjutnya jika ditinjau dari sisi-sisi penyaluran kredit kepada nasabah perbankan, jelas bahwa Prinsip 5 C yang terdapat dalam pertimbangan pemberian kredit tidak diperhatikan dengan baik oleh para terdakwa selaku pemutus kredit, hal ini tampak dari begitu cepatnya proses pemberian kredit dari kebiasaan yang berlaku di Bank Mandiri sendiri, yaitu antara 2 minggu sampai dengan 1 bulan lamanya. Sementara itu, Jaksa Penuntut Umum sendiri dalam dakwaannya tampak lebih menitikberatkan kasus ini pada UU PTPK saja dengan mengaitkan KPBM Bank Mandiri dan kredit macet yang timbul dalam kasus ini. Majelis hakim yang menyidangkan perkara ini selanjutnya memberikan putusan bebas murni kepada para terdakwa. Bebasnya para terdakwa dalam kasus ini disebabkan tidak terpenuhinya unsur kerugian negara. Hal ini diperkuat dengan fakta dipersidangan bahwa ternyata fasilitas Kredit Investasi PT. TM masih berjalan dan berakhir pada September 2007 dan belum nyata adanya sisa hutang yang tidak dapat ditutupi oleh agunan yang tersedia.

1. Tentang Pertimbangan Hukum

Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

1 55 94

Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Korupsi di Bidang Perbankan (Studi Putusan PN Jakarta Selatan No: 2068/Pid. B/2005/Pn.Jak.Sel)

1 57 168

Analisis Hukum Terhadap Sifat Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan No. Reg. 1576/Pid. B/2010/PN. Medan)

4 52 110

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

Analisis Yuridis Mengenai Dualisme Kewenangan Mengadili Tindak Pidana Korupsi Antara Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

0 65 109

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Analisis Hukum Terhadap Pidana di Bidang Kehutanan (Studi Putusan No.481/K/Pid.B/2006 PN Jkt.Pst & Putusan Mahkamah Agung No. 2462/K/Pid/2006 dengan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus)

6 90 359

Analisis terhadap Penerapan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Putusan Pengadilan...

0 48 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak Pidana Korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah masuk - Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

0 0 22

Proses Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Di Bidang Perbankan Di Kota Medan

0 0 133