Latar Belakang Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Korupsi di Bidang Perbankan (Studi Putusan PN Jakarta Selatan No: 2068/Pid. B/2005/Pn.Jak.Sel)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lord Acton pernah membuat ungkapan yang menghubungkan antara “Korupsi” dengan “Kekuasaan”, yakni “Power tends to corrupt, and absolut power corrupts absolutely” bahwa kekuasaan cenderung untuk korupsi dan kekuasaan yang absolut cenderung korupsi absolut. 1 Artinya, kekuasaan adalah bagian yang sangat rentan terhadap penyakit korupsi. Secara tidak langsung hal ini mengisyaratkan bahwa kekuasaan dapat dijadikan sebagai sarana yang dapat mempermudah bagi pemangkunya untuk menjelma menjadi seorang koruptor. Permasalahan korupsi juga merupakan bagian dari persoalan hukum, sebab melalui hukum, korupsi diharapkan dapat diberantas. Hukum itu sendiri menurut Hamaker dirumuskan sebagai suatu refleksi dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, hukum tidak bisa lepas dari kehidupan dalam masyarakat. Sedangkan Roscoe Pound menegaskan “law is a tool of social engineering” atau hukum sebagai alat mengatur dan mengelola masyarakat. Dengan kata lain, hukum harus mengarahkan menuju masyarakat yang lebih baik. 2 Sudikno Mertokusumo mengartikan hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah, mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif. Umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak 1 Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, halaman 1 2 Firman Wijaya, Peradilan Korupsi Teori dan praktik, Penaku bekerja sama dengan Maharini Press, Jakarta, 2008, halaman 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana cara melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah. 3 Tindak pidana korupsi telah menjadi permasalahan serius di Indonesia, karena telah merebak di segala bidang dan sektor kehidupan masyarakat secara meluas dan sistematis. 4 Korupsi adalah wujud nyata pelanggaran terhadap hak- hak sosial masyarakat yang mulai endemis dan sistemis. Korupsi juga dilakukan oleh pejabat atau mantan kepala pemerintahan pada masa pemerintahan kepemimpinannya bahkan setelah tidak menjabat high profile crime dan sebagian besar hasil korupsi tersebut disimpan diluar negeri. 5 Korupsi juga salah satu akar permasalahan yang memperburuk krisis ekonomi yang terjadi di negara ini dan menghambat jalannya sistem hukum yang diamanatkan undang-undang. Korupsi tidak lagi dirasakan sebagai sesuatu yang hanya merugikan keuangan dan atau perekonomian negara saja, tetapi juga sudah sepatutnya dilihat sebagai sesuatu yang melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Oleh karena itu, terdapat cukup alasan yang rasional untuk mengkategorikan korupsi sebagai sebuah kejahatan luar biasa extraordinary crime, sehingga pemberantasannya perlu dilakukan dengan cara- cara yang luar biasa juga extraordinary measure dan dengan menggunakan instrumen-instrumen hukum yang luar biasa pula extraordinary instrument. 6 3 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Jogyakarta, 1995, halaman 41 4 Penjelasan atas Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001. Paragraf ke-2 5 Frans H. Winarta, Suara Rakyat Hukum Tertinggi, Kompas, Jakarta, 2009, halaman 289 6 H. Elwi Danil. Korupsi: Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011. halaman: 76 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Marwan Effendy mengemukakan bahwa korupsi semakin terpola dan sistematis, lingkupnya juga telah menyentuh ke seluruh aspek kehidupan masyarakat dan lintas batas negara. Atas dasar hal tersebut, korupsi secara nasional disepakati tidak saja sebagai extraordinary crime saja, tetapi juga sebagai kejahatan transnasional. 7 Korupsi dalam praktik pelaksanaannya sangat erat kaitannya dengan keuangan negara. Keuangan negara dalam arti luas meliputi APBN, APBD, keuangan negara pada Perjan, Perum, Perkebunan Nusantara, dan sebagainya. Keuangan negara dalam arti sempit hanya meliputi setiap badan hukum yang berwenang mengelola dan mempertanggungjawabkan keuangan negara. 8 Korupsi adalah bagian dari aktivitas-aktivitas buruk yang menjauhkan negara ini dari pemerintahan yang bersih, jujur dan jauh dari rasa keadilan. Dengan kata lain, korupsi telah menggoyahkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi juga selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lainnya di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokratis dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah 7 Tjandra Sridjaja Pradjonggo, Sifat Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi, Indonesia Lawyer Club ILC, Surabaya, 2010, halaman 4 8 Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, Halaman 10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA budaya tersendiri. Korupsi merupakan ancama terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur. 9 Pelbagai peraturan perundang-undangan yang lahir dengan maksud untuk memberantas korupsi telah diterbitkan, namun praktik korupsi masih terus berulang dan semakin kompleks dalam realisasinya. 10 Bahkan hal ini diperparah lagi dengan korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yang seharusnya bertugas memberantas korupsi dan menegakkan peraturan yang berlaku. 11 Tindak pidana korupsi di Indonesia tetap saja terus merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, setidaknya hal itu dapat dirasakan di kehidupan sehari-hari tanpa terkecuali di bidang perbankan. Lembaga perbankan dalam perekonomian Indonesia menduduki posisi yang strategis. Perekonomian nasional dan internasional berkembang dengan sangat cepat, kompetitif dan terintegrasi, sehingga memunculkan tantangan yang semakin kompleks dan menuntut sistem yang semakin maju. Fungsi bank tidak hanya sekedar sebagai lembaga yang hanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai fasilitas perbankan financial intermediary, namun telah jauh berkembang menjadi pilar bagi pertumbuhan ekonomi, sosial, bahkan politik. 12 9 Evi Hartanti. Tindak Pidana Korupsi. Sinar Grafika, Jakarta, 2008, halaman 1 10 Firman Wijaya, Opcit halaman 1-2 11 Korupsi yang terjadi di lingkungan peradilan mengakibatkan lembaga peradilan menjadi tidak independen dan tidak imparsial, sehingga timbul ketidakpastian hukum, ketidakmandirian lembaga peradilan dan institusi hukum polisi, jaksa penuntut umum, advokat dan hakim kemudian selanjutnya inilah yang disebut sebagai judicial corruption. Frans H. Winarta, Opcit halaman 289-290 12 Marwan Effendy, Korupsi dan Pencegahan, Timpani Publishing, Jakarta, 2010, halaman 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Posisi perbankan yang strategis tersebut menempatkan perbankan pada fungsi dan peranan yang dominan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. 13 Lembaga perbankan juga sangat penting dalam menunjang sistem keuangan nasional, skaligus sebagai lembaga intermediasi. 14 Fungsi sebagai lembaga intermediasi ini dapat diartikan sebagai penghubung atau perantara keuangan baik secara langsung maupun tak langsung antara masyarakat yang membutuhkan dana, masyarakat yang surplus dana maupun dengan pemerintah. Sejalan dengan semakin strategisnya peranan perbankan dalam mendorong perekonomian nasional, bank-bank nasional maupun swasta semakin mengembangkan kegiatan usahanya dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat melalui simpanan dana dari masyarakat dan dilanjutkan dengan pemberian kredit kepada masyarakat juga nantinya. Situasi yang semakin kompetitif seperti ini menuntut pihak bank untuk mampu bersaing melalui berbagai fasilitas-fasilitas yang di tawarkannya. Fasilitas-fasilitas atau produk yang ditawarkan Perbankan diantaranya dalam bentuk produk tabungan, deposito, kredit, giro, cek wisata trevelers chck, pengiriman uang, inkaso, kartu kredit, ATM Autometic Teller Machine, jual beli valuta asing money changer, jasa penyimpanan barang-barang berharga custody service, jasa pialang, garansi bank, dana pensiun, dan lain sebagainya. 15 Produk- 13 Ibid. 14 H. Elwi Danil, Opcit, halaman: 1 15 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, halaman 2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA produk tersebut kesemuanya itu dilakukan dalam rangka menarik nasabah sebanyak-banyaknya demi kelangsungan usaha perbankan. Kegiatan operasional suatu bank bertumpu pada ketersediaan sumber dana dan pengelolaan sumber dana asset liabilities management. Kesalahan dalam mengurus pengelolaan dana, pasti akan menimbulkan permasalahan dalam bank. 16 Dalam hal ini, tidak dapat dipungkiri bahwasanya nasabah adalah sumber nyawa dari pada aktivitas perbankan. Pengaturan-pengaturan atau regulasi yang tegas dan jelas mengenai rambu-rambu yang akan dijadikan sebagai acuan terkait dengan aktivitas perbankan ini tentu saja harus terlebih dahulu diciptakan. Regulasi tersebut dapat dipergunakan sebagai instrumen untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin muncul dalam setiap aktivitas perbankan . Pengaturan mengenai ketentutan pidana dalam bidang perbankan diatur lebih lanjut dalam undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan selanjutnya disebut UU Perbankan. Penegakan hukum pidana terhadap kejahatan perbankan dalam praktiknya sering memunculkan kecenderungan untuk memasukkan penanganan kasus-kasus perbankan itu kedalam wilayah ketentuan-ketentuan hukum pidana tentang korupsi, disamping ketentuan pidana dalam Undang-undang Perbankan sendiri. 17 Artinya, penanganan korupsi di bidang perbankan ini melibatkan dua domain hukum yang berbeda yaitu tindak pidana korupsi dan tindak pidana perbankan dimana kedua-duanya memiliki sisi yang sama pentingnya. 16 Elwi Danil, Opcit, halaman 6 17 Ibid. halaman 166 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Skripsi ini akan membahas dan menganalisia secara yuridis terkait dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi dibidang perbankan dengan studi kasus Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 2068Pid. B2005PN. Jak. Sel dengan terdakwa mantan direktur PT. Bank Mandiri Persero Tbk. yaitu Edward Cornellis William Neloe dan beberapa stafnya yang terlibat, diantaranya; I Wayan Pugeg Mantan Direktur Risk Management PT. Bank Mandiri Persero Tbk., dan M. Soleh Tasripan, SE.,MM Mantan EVP Coordinator Corporate Government PT. Bank Mandiri Persero Tbk. Para terdakwa divonis bebas oleh hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Putusan Nomor: 2068Pid. B2005PN. Jak. Sel, tanggal 16 Februari 2006. Kesemuanya itu akan dirangkum dalam penulisan skripsi ini. Kasus tindak pidana korupsi pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk. yang didakwakan kepada para terdakwa lahir sebagai konsekuensi atas tindakan para terdakwa yang dianggap telah mengakibatkan terjadinya kerugian keuangan negara. Para tedakwa selaku pemutus kredit telah menyetujui memproses surat No. 001CGNX2002 perihal permohonan fasilitas kredit PT. Cipta Graha Nusantara selanjutnya disebut PT. CGN sebesar USD. 18.500.000.00 delapan belas juta dolar Amerika dengan pemberian kredit Bridging Loan sejumlah Rp. 160.000.000.000,- seratu enam puluh milyar yang tertuang dalam Nota Analisa Kredit Bridging Loan No. CGR.CRM3142002 tanggal 23 Oktober 2002 perihal Permohonan fasilitas Bridging Loan yang diajukan saksi Edyson selaku Direktur Utama PT. CGN. 18 18 http:www.kejaksaan.go.idunit_kejaksaan.php?idu=24idsu=15id=1268 diakses pada hari selasa, tanggal 24 Januari 2012 pukul 14.23 Wib. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Para terdakwa tidak memastikan bahwa pemberian kredit terhadap PT. CGN telah didasarkan pada penilaian yang jujur, objektif, cermat dan seksama serta terlepas dari pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan. Para terdakwa selaku pemutus kredit telah menyetujui untuk memberikan kredit Bridging Loan kepada PT. CGN sejumlah Rp. 160.000.000.000,- seratus enam puluh milyar rupiah dengan tidak memenuhi norma-norma umum perbankan dan tidak sesuai dengan asas-asas perkreditan yang sehat sebagaimana diatur dalam artikel 520 Kebijakan Pekreditan Bank Mandiri KPBM tahun 2000. 19 Fasilitas Bridging Loan dan pembiayaan secara refinancing sebagaimana hasil Nota Analisa Kredit No. CGR.CRM3142002 tanggal 23 Oktober 2002 perihal permohonan fasilitas Bridging Loan atas nama PT. CGN tidak diatur, baik oleh ketentuan Bank Indonesia maupun ketentuan PT. Bank Mandiri. Ketentuan Bridging Loan dan pembiayaan secara refinancing tersebut baru diatur setelah para terdakwa menyetujui kredit Bridging Loan Rp. 160.000.000.000,- seratus enam puluh milyar kepada PT. CGN, yaitu dalam KPBM tahun 2004 Artikel 620 tentang Produk Perkreditan. Akibat perbuatan para terdakwa menyebabkan kerugian keuangan negara sejumlah Rp. 160.000.000.000,- seratus enam puluh milyar rupiah. 20 Kasus-kasus seperti ini penting untuk disoroti karena sangat meresahkan masyarakat, dan merugikan negara. Korupsi melemahkan kemampuan negara untuk menyediakan barang-barang publik yang mendasar bagi kepentingan umum. Korupsi juga semakin memperburuk citra pemerintah dimata masyarakat 19 Ibid. 20 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang tercermin dalam bentuk ketidakpercayaan dan ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum. Apabila tidak ada perbaikan yang berarti, maka kondisi tersebut sangat membahayakan kelangsungan hidup bangsa. 21 Mengingat tindak pidana korupsi ini dilakukan di bidang perbankan tentu saja akan mempengaruhi sistem perekonomian nasional dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara. Disamping itu juga menarik untuk ditelaah berbagai peraturan yang terkait dengan tindak pidana ini, baik regulasi di bidang perbankan maupun berkaitan dengan tindak pidana korupsi itu sendiri.

2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

1 55 94

Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Korupsi di Bidang Perbankan (Studi Putusan PN Jakarta Selatan No: 2068/Pid. B/2005/Pn.Jak.Sel)

1 57 168

Analisis Hukum Terhadap Sifat Melawan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan No. Reg. 1576/Pid. B/2010/PN. Medan)

4 52 110

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

Analisis Yuridis Mengenai Dualisme Kewenangan Mengadili Tindak Pidana Korupsi Antara Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

0 65 109

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Analisis Hukum Terhadap Pidana di Bidang Kehutanan (Studi Putusan No.481/K/Pid.B/2006 PN Jkt.Pst & Putusan Mahkamah Agung No. 2462/K/Pid/2006 dengan terdakwa Darianus Lungguk Sitorus)

6 90 359

Analisis terhadap Penerapan Hukum Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Putusan Pengadilan...

0 48 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak Pidana Korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah masuk - Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

0 0 22

Proses Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Di Bidang Perbankan Di Kota Medan

0 0 133