hilang kemerdekaan sanksi dalam hukum pidana, melainkan hanyalah pidana denda.
135
Korporasi sebagai subjek hukum tindak pidana memiliki 3 tiga sistem pertanggungjawaban, yaitu:
136
1. Jika pengurus korporasis sebagai pembuat, maka pengurus yang
bertanggung jawab. 2.
Jika korporasi sebagai pembuat, maka pengurus yang bertanggung jawab.
3. Jika korporasi sebagai pembuat dan korporasi yang bertanggung
jawab. Korporasi yang dapat menjadi subjek hukum tindak pidana korupsi
diterangkan didalam pasal 1 UU PTPK yang menyatakan bahwa “korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan
badan hukum maupun bukan badan hukum”. Berdasarkan pengertian korporasi yang dapat menjadi subjek hukum tindak pidana korupsi ini jauh lebih luas dari
pada pengertian rechts persoon yang umumnya diartiakan sebagai badan hukum. atau suatu korporasi yang oleh peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai
badan hukum yang didirikan dengan cara memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum.
137
B. Tindak Pidana di Bidang Perbankan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan
135
Ibid, halaman 348
136
Ibid, halaman 345
137
Ibid, halaman 349
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dalam pasal 1 angka 1 dirumuskan pengertian perbankan sebagai segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pasal 1 angka 2 UU
Perbankan menyatakan: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Saat ini belum ada suatu kesepakatan mengenai tindak pidana yang perbuatannya merugikan keuangan yang berhubungan dengan lembaga
perbankan.
138
Terkait dengan pelanggaran-pelanggaran ketentuan dibidang perbankan ini ada yang menggunakan istilah tindak pidana perbankan, tindak
pidana di bidang perbankan, kejahatan di bidang perbankan, hukum pidana bank, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut dapat dipahami, karena memang belum ada
satu ketentuan perundang-undangan yang secara eksplisit merumuskan tentang istilah yuridis untuk menunjuk pada apa yang disebut kejahatan perbankan.
139
Tindak pidana perbankan terdiri atas perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan dalam UU Perbankan serta peraturan pelaksanaannya, pelanggaran
mana dilarang dan diancam dengan pidana yang dimuat dalam undang-undang itu sendiri. Adapun tindak pidana di bidang perbankan terdiri atas perbuatan-
perbuatan yang melawan hukum dalam ruang lingkup seluruh kegiatan usaha
138
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, halaman 454
139
H. Elwi Danil, Opcit, halaman 163
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pokok lembaga keuangan bank, sehingga perbuatan tersebut biasanya diancam juga dengan ketntuan pidana yang termuat di luar UU Perbankan.
140
Mardjono Reksodiputro lebih cenderung dan menganjurkan untuk menggunakan istilah tindak pidana di bidang perbankan. Istilah tersebut adalah
untuk menampung segala jenis perbuatan melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam menjalankan usaha bank. Lebih lanjut Mardjono
Reksodiputro menjelaskan pengertian tersebut mempunyai arti yang luas, yang menyangkut peristiwa-peristiwa dimana bank menjadi korban, dalam media massa
dikenal dengan istilah “pembobolan bank” maupun sebagai pelaku yang berbentuk korporasi.
141
H.A.K. Moch. Anwar membedakan pengertian antara tindak pidana dibidang perbankan dengan tindak pidana perbankan. Perbedaan tersebut hanya
didsarkan pada perbedaan perlakuan peraturan perundang-undangan terhadap perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiatan dalam
menjalankan usaha bank.
142
Tindak pidana di bidang perbankan adalah segala tindak pidana yang terjadi dikalangan perbankan yang diatur didalam berbagai peraturan perundang-
undangan di luar undang-undang perbankan. Termasuk kedalam kategori tindak pidana di bidang perbankan adalah perbuatan-perbuatan yang berhubungan
dengan kegiatan menjalankan usaha pokok bank. Misalnya dapat dikenakan dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, Undang-undang
140
Ibid.
141
Ibid, halaman 163-164
142
Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-undang Lalu Lintas Devisa, dan lain sebagainya.
143
Sedangkan yang dimaksud dengan tindak pidana perbankan adalah tindak pidana yang diatur dalam undang-undang perbankan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan. Artinya yang termasuk dalam kategori tindak pidana perbankan adalah segala perbuatan yang secara langsung dirumuskan sebagai
perbuatan yang dilarang dalam undang-undang perbankan, dan pelanggaran terhadap pelanggaran tersebut dikenakan sanksi pidana yang terdapat dalam
undang-undang perbankan.
144
Terlepas dari perbedan penggunaan terminologi tersebut diatas, undang- undang perbankan telah merumuskan berbagai kategori perbuatan sebagai tindak
pidana perbankan. Perbuatan-perbuatan tersebut secara garis besarnya diatur dalam Pasal 46 sd Pasal 50 A UU Perbankan, antara lain :
145
a. Tindak pidana perbankan yang berkaitan dengan perizinan
146
Pasal 46 Jo Pasal 16.
143
Ibid.
144
Ibid, halaman: 164-165.
145
Ibid, halaman: 165-166
146
Perizinan bagi setiap bank merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diawasi terkait dengan perlindungan dana masyarakat yang disimpan di bank. Di Indonesia, izin tersebut
dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Untuk memperoleh izin tersebut sekurang-kurangnya wajib dipenuhi persyaratan susunan organisasi dan kepengurusan, permodalan, kepemilikan, keahlian di
bidang perbankan dan kelayakan rencana kerja. Bank yang tidak memiliki izin resmi dari bank Indonesia Bank Gelap diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 tahun dan paling
lama 15 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10 miliar dan paling banyak Rp. 20 milyar Wahyuni Bahar dkk, Tindak Pidana di Bidang Perbankan, Centre for Finance, Investment, and
Securities Law, Jakarta, 2007, halaman 8.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Tindak pidana perbankan di bidang rahasia bank
147
Pasal 40, 41, 41A, 42, 42A, 43, 44, 44A, 45, 47, dan 47A.
c. Tindak pidana perbankan di bidang pengawasan
148
Pasal 29, 30, dan 48. d.
Tindak pidana perbankan yang berkaitan dengan kegiatan usaha bank kolusi management diatur dalam Pasal 49 ayat 1 dan 2.
e. Tindak pidana perbankan yang berkaitan dengan pihak terafilisasi
149
Pasal 50
Dimensi bentuk tindak pidana perbankan, bisa berupa tindak kejahatan seseorang terhadap bank, tindak kejahatan bank terhadap bank lain, ataupun
kejahatan bank terhadap perseorangan. Dengan demikian bank dapat menjadi korban maupun pelaku dalam tindak pidana perbankan. Dimensi ruang tindak
pidana perbankan tidak terbatas pada suatu tempat tertentu dan bisa melewati batas-batas teritorial usatu negara. Begitu juga dengan dimensi waktunya bisa
terjadi seketika, bisa juga berlangsung dalam waktu yang lama. Ruang lingkup terjadinya tindak pidana perbankan dapat terjadi pada keseluruhan bidang
perbankan termasuk lembaga keuangan lainnya, sedangkan ketentuan yang dapat dilanggarnya baik tertulis maupun tidak tertulis, juga meliputi norma-norma
kebiasaan yang berlaku pada bidang perbankan, namun kesemuanya itu tetap
147
Ketentuan rahasia bank diperlukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat agar informasi nasabah penyiman dan simpanannya tidak disalahgunakan demi menjamin kelangsungan
usaha bank, sehingga keberadaan rahasia bank sangat strategis Ibid.
148
Dalam rangka pengawasan bank oleh Bank Indonesia, bank wajib menyampaikan segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya, memberikan kesempatan bagi pemeriksaan
buku-buku dan berkas-berkas yang ada pada bankserta menyampaikan lapran-laporan dalam waktu dan bentuk yang di tetapkan oleh Bank Indonesia Ibid, halaman 9
149
Pihak terafiliasi ini meliputi pengurus dan pegawai bank baik yang berbentuk Perseroan Terbatas maupun Koperasi, pihak yang memberikan jasanya kepada bank: Akuntan
publik, konsultan hukum, penilai dan lain-lain, dan pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pemngelolaan bank: pemegang saham, dan keluarga pengurus bank
Ibid, halaman 11.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
harus diatur terlebih dahulu sanksi pidananya. Lingkup pelaku dari tindak pidana perbankan dapat dilakukan oleh perseorangan maupun badan hukum
korporasi.
150
Remy Sjahdeini menegaskan bahwa suatu tindak pidana baru dapat dikatakan sebagai suatu tindak pidana perbankan, selain harus memenuhi cirri-ciri
dari suatu tindak pidana pada umumnya, harus pula mengandung cirri-ciri khusus yang tidak dipunyai oleh tindak pidana yang lain Menurut Remy, disebut sebagai
tindak pidana perbankan jika tindakan itu, selain telah dikriminalisasikan, juga harus mengandung sifat-sifat sebagai berikut:
151
1. Perbuatan tersebut hanya dapat dilakukan terhadap bank, artinya perbuatan itu
tidak dapat dilakukan terhadap lembaga lain selain bank atau terhadap orang. 2.
Perbuatan tersebut hanya dapat dilakukan dengan menggunakan jasa bank banking service atau produk bank banking product
Indrianto Seno Adji melihat tindak pidana perbankan dalam pengertian sempit dan luas. Pengertian sempit dari tindak pidana perbankan hanya terbatas
pada perbuatan yang dikategorikan sebagai perbuatan pidana menurut Undang- undang Nomor 7 Tahun 1992 saja lihat pasal 49. Sedangkan pengertian dalam
arti luas ialah pidana perbankan yang tidak hanya terbatas kepada yang diatur oleh Undang-undang Perbankan sasja, tetapi tindak pidana demikian merupakan bagian
dari tindak pidana ekonomi yang diatur Undang-undang Nomor 7 darurat Tahun
150
Muhammad Djumhana, Opcit, Halaman 454-455
151
N.H.T. Siahaan, Money Laundring dan Kejahatan Perbankan, Jala, Jakarta, 2008, halaman 210
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1995 dengan pengecualian Undang-undang Kepabeanan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997.
152
Menurut Indrianto, tindak pidana dalam arti luas ini tercangkup pada perbuatan-perbuatan yang dirumuskan dalam perbuatan pidana yang menggangu
sector ekonomi secara luas, yang juga meliputin kejahatan pasar modal Capital Market Crime. Baik dengan itu timbul akibat kerugian pada perusahaan swasta,
amupun pemerintah dan BUMN, fiskal dan bea cukai. Dengan demikian, tidak pelak jika dikatakan bahwa tindak pidana perbankan hanyalah bagian dari
kejahatan yang tertuang menurut format economic crime.
153
Tipologi kejahatan perbankan yang menyangkut kualifikasi bentuk kejahatan perbankan ada dua jenis, yaitu kejahatan dan pelanggaran. Bentuk
kejahatan dan pelanggaran yang sering terjadi di bidang perbankan antara lain:
154
1. Penipuan, atau kecurangan di bidang perkreditan credit fraud;
2. Penggelapan dana-dana masyarakat embezzlement of public funds;
3. Penyelewengan atau penyalahgunaan dana-dana masyarakat
misappropriation of publik funds 4.
Pelanggaran terhadap peraturan-perauran keuangan violation of currency regulations
5. Pencucian uang money laundring
1 Penipuan, atau kecurangan di bidang perkreditan credit fraud;
Kecurangan fraud adalah pemalsuan; penipuan; atau pemberian gambaran atau keterangan yang tidak sebenarnya dengan tujuan untuk
152
Ibid, halaman 211
153
Ibid, halaman 212
154
Muhammad Djumhana, Opcit, halaman 457
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memperoleh keuntungan dengan menimbulkan kerugian materil bagi pihak lain.
155
Perbuatan kecurangan perkreditan ini dilihat dari kuantitas terjadinya dilakukan karena adanya kolusi antara pihak yang terkait dalam kegiatan perbankan tersebut.
Oknum tertentu dalam bank memberikan kemudahan kepada pelaku dengan mengadakan penyimpamgam terhadap ketentuan perkreditan. Oknum dari pihak
bank menerima fasilitas-fasilitas tertentu dari pelaku tindak pidana guna melancarkan pencairan kreditnya dan pada akhirnya kredit yang diberikan
kemudian tidak dapat dikembalikan pada waktunya.
156
Risiko terbesar yang hingga kini masih dihadapi oleh dunia perbankan Indonesia adalah dalam hal penyaluran kredit. Hal ini dapat disebabkan sebagian
besar penempatan dan pemasukan dana bank berasal dari sektor kredit.
157
Undang-undang perbankan telah memberikan rambu-rambu dalam pasal 2 yang menegaskan bahwa dalam melakukan usahanya Perbankan Indonesia berdasarkan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian prudential banking.
158
155
Ibid, halaman 459
156
Ibid, halaman 460
157
Bank Indonesia telah memperketat ketentuan permodalan, termasuk kewajiban bank untuk menekan kredit macet hingga dibawah angka 5. Marwan Effendi, Opcit. Halaman 7
158
Tidak ada ketentuan yang baku mengenai prinsip kehati-hatian tersebut, namun dalam pelaksanaan prinsip kehati-hatian tersebut dapat diartikan sebagai prinsip yang diterapkan oleh
bank dalam menjalankan usahanya agar senantiasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan perbankan yang berlaku guna menghindari penyimpangan praktek perbankan yang tidak sehat dan untuk
meminimalisasi kerugian yang terjadi pada bank.Ibid Pasal 2 UU Perbankan menyatakan bahwa “Perbankan Indonesia dalam melakukan
usahanyaberdasarkan kepada asas demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati- hatian”. Salah satu bentuk penerapan prinsip kehati-hatian tersebut adalah pengaturan pada pasal 8
UU Perbankan yang menyatakan bahwa “dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah bank, maka bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian dengan cara melakukan analisis yang
mendalam tentang nasabah dan dimiliki serta diterapkannya pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”. Dalam SK DIR Bank Indonesia No. 27162 diatur juga
prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, antara lain tentang jumlah maksimum fasilitas kredit,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selain karena adanya kolusi, juga dapat disebabkan oleh adanya ketidakmampuan pihak bank dalam dalam menganalisis informasi dan data yang
diajukan nasabah sebagai pemohon kredit financial recasting.
159
Bank dapat menjadi objek atu korban tindak pidana dalam hal perkreditan, misalnya kredit
yang diajukan dengan agunan fiktif. 2
Penggelapan dana masyarakat Penggelapan dana masyarakat ini sering terjadi dengan modus operandi
berupa pembuatan dokumen palsu, pemindahbukuan dan transfer fiktif. Pelaku penggelapan dana pada dasarnya mereka yang diserahi pengelolaan dana pada
bank, misalnya teller, kasir, pejabatkariawan yang berhubungan dengan pengelolaan dana.
160
Akibat kerugian dari penggelapan dana ini tidak hanya bersifat ekonomis semata, melainkan juga dapat menyebabkan hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada dunia perbankan dan bahkan termasuk juga kepada pemerintah.
161
3 Penyelewengan atau penyalahgunaan dana masyarakat
Tindakan mark up penggelembungan jumlah kebutuhan investasi suatu proyek untuk mendapatkan kredit yang jauh lebih besar dari semestinya sangat
berkaitan dengan perkreditan dan menyangkut juga penyelewengan terhadap dana masyarakat yang terkumpul di bank sebagai nasabahnya. Dampak dari pada
tindakan mark up dan penyelewengan ini antara lain:
162
kredit yang perlu dihindri, tata cara penilaian kualitas aktiva produktif, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan Wahyuni Bahar dkk, Opcit, halaman13-14.
159
Muhammad Djumhana, Opcit, halaman 461
160
Ibid, halaman 462
161
Ibid, halaman 462-463
162
Ibid, halaman 464
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Timbulnya peningkatan jumlah kredit bermasalah akibat penyelewengan dan
mark up sangat berpeluang terhadap terjadinya kemungkinan kegagalan proyek.
b. Terhambatnya pemerataan untuk mendapatkan kredit.
c. Penerimaan pajak mengecil akibat harga proyek yang diperbesar sehingga
nilai depresiasinya pun membesar dan akhirnya akan memperbesar penghasilan kena pajak sehingga penerimaan pajak akan berkurang.
4 Pelanggaran terhadap peraturan keuangan
Pelanggaran terhadap peraturan keuangan dapat dilakukan oleh mereka yang berkecimpung di dunia perbankan baik sebagai pegawai biasa sampai pada
pejabat tingginya. Jenis perbuatan yang dapat menjad pelanggaran terhadap peraturan keuangan ini diantaranya perbuatan yang berhubungan dengan legalitas,
perizinan pendirian, pelanggaran yang berhubungan dengan pemberian kredit dan pemberian jasa serta lalu lintas pembayaran.
163
Bentuk-bentuk pelanggaran yang tercantum dalam UU Perbankan, diantaranya sebagai berikut:
164
a. Kejahatan berupa pendirian usaha bank tanpa izin atau bank gelap pasal 46
b. Kejahatan tentang pembocoran rahasia bank, yaitu pembocoran rahasia oleh
anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank, atau pihak terafiliasi lainnya pasal 47 ayat 2, atau sebaliknya mereka sengaja tidak memberikan
keterangan yang menjadi kewajibannya berupa pembukuan informasi yang
163
Ibid, halaman 465
164
Ibid, halaman 465-467
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dimasud sebagai rahasia bank untuk kepentingan tertentu pasal 47A UU Perbankan
c. Kejahatan yang dilakukan oleh anggota dewan komisaris, direksi, atau
pegawai bank yang sengaja tidak memberikan keterangan atau informasi kepada Bank Indonesia Pasal 48 ayat 1.
d. Kejahatan yang dilakukan oleh anggota dewan komisaris, direksi, atau
pegawai bank yang sengaja membuat, atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan, maupun dalam dokumen atau laporan
kegiatan usaha, transaksi atau rekening suatu bank Pasal 49 ayat 1. e.
Kejahatan yang dilakukan oleh anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang sengaja menghilangkan atau tidak memasukkan atau
menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi, atau rekening suatu bank. pasal 49 ayat 1 huruf b. f.
Kejahatan yang dilakukan oleh anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang sengaja mengubah, mengaburkan, menyembunyikan,
menghapus atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam laporan atau pembukuan maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan atau menghilangkan catatan pembukuan tersebut. pasal 49 ayat
1 huruf c g.
Kejahatan yang dilakukan oleh anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang sengaja meminta atau menerima, mengizinkan atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, untuk keuntungan pribadinya atau
keluarganya dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit
dari bank, atau dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban
lainnya, ataupun dalam rangka pemberian persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada bank. Pasal
49 ayat 2 huruf a h.
Kejahatan yang dilakukan oleh anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang sengajatidak melaksanakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang
berlaku bagi bank. pasal 49 ayat 2 huruf b i.
Pihak terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam
undang-undang perbankan dan ketentuan peraturan lainnya yang berlaku bagi bank. pasal 50
5 Pencucian uang money laundring
Pencucian uang adalah tindakan dari seorang pemilik guna membersihkan uangnya dengan cara menginvestasikan atau menyimpannya di lembaga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keuangan, tindakan tersebut dikarenakan uangnya merupakan hasil dari tindakan yang melanggar hukum.
165
Pasal 2 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang bahwa hasil tindak
pidana yang masuk dalam kategori tindak pidana pencucian uang adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana berupa Korupsi, penyuapan,
narkotika, psikotropika, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan migran, di bidang perbankan, di bidang pasar modal, di bidang perasuransian, kepabeanan,
cukai, perdagangan orang, perdagangan senjata gelap, terorisme, penculikan, pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, di
bidang perpajakan, di bidang kehutanan, di bidang lingkungan hidup, di bidang kelautan dan perikanan, atau tindak pidana lain yang diancam dengan pidana
penjara 4 empat tahun atau lebih.
166
B. Tindak Pidana Korupsi di Bidang Perbankan