Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jika Sub Terminal Krisak belum layak untuk disebut sebagai Terminal Tipe C. Adanya sebelas 11 item sebagai
bentuk ketidaklengkapan sarana penunjang di Sub Terminal Krisak mengindikasikan jika Sub Terminal Krisak sepantasnya dioperasikan sebagai sub
terminal murni yang memberikan pelayanan terhadap angkutan dalam kota saja dengan klasifikasi kendaraan yang beroperasi adalah kendaraan angkutan umum
non bus. Hal tersebut didasarkan pada kapasitas angkutan umum non bus itu sendiri yang tidak memerlukan ruang parkir berskala besar, atau dapat dinyatakan
jika dengan kelengkapan sarana penunjang yang ada selayaknya jika Sub Terminal Krisak hanya mampu untuk difungsikan sebagai terminal transit atau
terminal yang tidak melayani adanya pemberhentian angkutan umum, tetapi hanya sebagai tempat penurunan dan pemberangkatan penumpang secara langsung.
4.3 Analisis Lokasi Terminal Induk Giri Adipura dan Sub Terminal Krisak
Terminal Induk Giri Adipura merupakan terminal induk Kota Wonogiri yang terletak di Klampiasan Kelurahan Kaliancar. Terminal ini pada awal
pengembangannya dimaksudkan sebagai pengganti dari terminal lama yang terletak di pusat Kota Wonogiri. Dengan adanya perkembangan wilayah
perkotaan yang pesat dan diiringi oleh tingkat pergerakan penduduk yang padat berdampak terhadap kepadatan lalu lintas di sekitar lokasi terminal lama yang
notabene berada di pusat kawasan perdagangan dan jasa Kota Wonogiri. Berdasarkan fenomena tersebut, memunculkan suatu kebijakan dari pemerintah
daerah Kabupaten Wonogiri untuk memindahkan lokasi terminal pada lokasi yang tadinya dianggap tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas di pusat kota.
Lokasi Terminal Induk Giri Adipura ditetapkan berada di Kelurahan Kaliancar, dengan harapan mampu menampung segala aktifitas perhubungan,
terutama hubungan transportasi darat berupa transportasi penumpang angkutan umum antar kota hingga antar provinsi. Pada perkembangannya hingga tahun
2006, perkembangan Terminal Induk Giri Adipura ini terus mengalami fluktuasi penurunan perkembangan, baik dipandang dari sudut pandang jumlah penumpang
maupun jumlah angkutan umum yang menggunakan jasa terminal. Indikasi dari penurunan perkembangan Terminal Giri Adipura tersebut
disebabkan oleh lokasi terminal yang kurang memberikan aksesibilitas ataupun kenyamanan yang memadai untuk dirasakan pengguna jasa terminal. Indikator
pernyataan tersebut didasarkan pada hasil wawancara dan survei lapangan, yaitu ditemukan bahwa berdasarkan sampling diketahui jika 82 responden
menyatakan penurunan perkembangan Terminal Induk Giri Adipura disebabkan oleh lokasi terminal yang kurang aksibel. Hasil prosentase pernyataan responden
yang dimaksud dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
82 12
4 2
Lokasi kurang aksibel Kelengkapan sarana dan
prasarana Tingkat pelayanan pengelola
t erminal Ketersediaan angkut an umum
Sumber: Hasil Wawancara dan Analisis 2006
GAMBAR 4.1 PROSENTASE PERNYATAAN RESPONDEN TERHADAP PENURUNAN
PERKEMBANGAN TERMINAL INDUK GIRI ADIPURA
Pada kondisi di lapangan, ditemukan kondisi jika keberadaan Terminal Giri Adipura berdekatan dengan Sub Terminal Krisak. Fenomena yang terjadi saat
ini terlihat bahwa pada Sub Terminal Krisak lebih sebagai alternatif pemilihan bagi penumpang dan operator kendaraan sebagai pilihan dalam pemenuhan
pelayanan jasa terminal. Segala bentuk angkutan umum baik yang melayani jalur dalam kota hingga antar propinsi lebih menggunakan sub terminal ini sebagai
wadah dalam “bertransaksi” menarik calon penumpang. Dengan keberadaan lokasi terminal yang terletak pada titik pertemuan
antara rute angkutan umum dan mudah diakses dari jalur jalan arteri atau jalur jalan utama kota tersebut mempengaruhi efektivitas pergerakan dan efektivitas
aktivitas mobilitas pada Sub Terminal Krisak. Adanya efektifitas dari sudut pandang mobilitas dan pergerakan pada Sub Terminal Krisak inilah sebagai faktor
utama pendorong perilaku pengguna jasa terminal untuk lebih memanfaatkan keberadaan terminal tersebut sebagai objek pelayanan jasa transportasi
perhubungan antar kota. Kondisi padatnya aktivitas pada Sub Terminal Krisak tersebut
menyebabkan terjadinya penumpukan moda angkutan umum di sekitar terminal yang akhirnya berdampak pada permasalahan transportasi berupa kemacetan lalu
lintas akibat penumpukan moda dan kenyamanan pengguna yang terganggu akibat dari kapasitas terminal yang notabene diperuntukkan sebagai terminal tipe C
bukanlah sebagai terminal induk. Permasalahan tersebut “diperparah” dengan adanya indikasi pertumbuhan
perdagangan dan jasa di sekitar Sub Terminal Krisak. Dari hal tersebut dapat