Trayek Angkutan Pada Sub Terminal Krisak Jumlah Penumpang Pada Sub Terminal Krisak

BAB IV ANALISIS PENGARUH LOKASI TERHADAP AKTIVITAS TERMINAL INDUK GIRI ADIPURA KOTA WONOGIRI

4.1 Identifikasi Pola Pergerakan Penduduk

4.1.1 Identifikasi Sistem Aktivitas

Secara garis besar, aktivitas dominan di Kota Wonogiri berada di pusat kota yaitu di Kelurahan Giripurwo terutama disekitar Jl. Jend. Ahmad Yani. Aktivitas yang berkembang di kawasan ini adalah pusat perdagangan dan jasa serta pusat pemerintahan. Penyebutan kawasan sebagai pusat perdagangan didasarkan oleh adanya keberadaan Pasar Induk Kota Wonogiri. Selain pusat perdagangan yang berada di pusat kota ini, berkembang pula aktivitas perdagangan pada wilayah bagian utara yaitu di Kelurahan Kaliancar. Kawasan perdagangan ini berada di jalur utama dan terletak berdekatan dengan lokasi pusat perhubungan dan transportasi terminal, sehingga tingkat aksesibilitas di kawasan ini sangat tinggi. Perkembangan kota yang relatif padat mendorong berkembangnya kawasan-kawasan permukiman dan perumahan terutama di Desa Singodutan. Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi jika aktivitas dominan di pusat kota CBD adalah perdagangan dan jasa serta perkantoran. Hal ini seperti pada umumnya terjadi pada aktivitas-aktivitas di wilayah perkotaan secara umum. Dengan adanya perkembangan aktivitas penggerak ekonomi tersebut, maka secara “spontan” berkembang kawasan-kawasan permukiman sebagai tempat bermukim pelaku aktivitas. Kawasan-kawasan permukiman yang berkembang tersebut berlokasi di daerah luar CBD, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi beban kepadatan bangunan dan aktivitas di kawasan CBD Kota Wonogiri. Adanya beban kepadatan aktivitas yang cukup besar di kawasan CBD Kota Wonogiri tersebut, merupakan salah satu faktor dimunculkannya kebijakan pengalihan lokasi Terminal Induk Kota Wonogiri dari dalam kota ke lokasi di daerah pinggiran kota.

4.1.2 Identifikasi Sistem Pergerakan

Sarana transportasi yang melayani kebutuhan aksesibilitas Kota Wonogiri terdapat beberapa jenis diantaranya sepeda, sepeda motor, mobil pribadi, bus, taksi, ojekcolt, serta angkutan tradisional gerobak dan becak. Untuk pelayanan pergerakan regional jalur Kota Wonogiri dengan wilayah sekitarnya seperti Kabupaten Sukoharjo Surakarta, Ponorogo Provinsi Jawa Timur, Pacitan dan Yogyakarta digunakan sarana transportasi berupa bus. Jalur ini ditampung oleh jalan kolektor primer. Selain itu jalan kolektor primer juga menampung angkutan umum yang melayani jalur Kota Wonogiri. Saat ini terminal bus yang digunakan adalah terminal induk Wonogiri yang berada di Kecamatan Selogiri dan terminal tipe A Terminal Induk Giri Adipura dengan luas lahan 2,5 hektar serta mempunyai skala pelayanan angkutan antar propinsi, angkutan dalam propinsi dan angkutan dalam kota. Untuk angkutan perkotaan dilayani sarana transportasi angkutan umum kota yang sampai saat ini terdapat 7 rute pelayanan. Saat ini terdapat 85 angkutan kota yang beroperasi di Kota Wonogiri. Angkutan kota ini hanya melayani di sekitar pusat-pusat kegiatan. Saat ini yang menjadi masalah dalam perhubungan transportasi Kota Wonogiri adalah adanya pengoperasian angkutan kota berplat hitam yang beroperasi tanpa adanya surat izin dari Dinas Perhubungan. Hal tersebut terkesan bahwa adanya trayek-trayek angkutan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pengoperasian angkutan umum berplat hitam tersebut terjadi pada daerah-daerah yang tidak dilalui oleh trayek angkutan umum, oleh karena itu pemerintah kota perlu mengembangkan trayek-trayek baru serta pemberian izin pengoperasian angkutan berplat hitam serta perlu didukung penyediaan sub terminal dan halte untuk meningkatkan pelayanan sarana transportasi sehingga ke seluruh wilayah yang ada. Hal yang dapat disimpulkan dari identifikasi di atas adalah bahwa pelayanan pergerakan di Kota Wonogiri tidak hanya terjadi secara internal wilayah tetapi juga secara eksternal keluar daerah. Pergerakan hingga keluar wilayah tersebut terjadi hingga mencapai hubungan inter regional, dalam artian pergerakan antar provinsi juga terjadi di dalam wilayah Kota Wonogiri yaitu ditandai dengan adanya pergerakan hingga ke wilayah Provinsi Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pergerakan secara internal didukung oleh keberadaan angkutan umum dalam kota. Kondisi pelayanan angkutan dalam kota tersebut dirasa belum memberikan pelayanan secara optimal, yaitu dengan ditandai oleh adanya pengoperasian angkutan umum ilegal pada daerah-daerah yang tidak terlayani oleh angkutan umum. Dengan kondisi semacam ini, maka perlu adanya pengembangan sarana perangkutan umum yang melintasi lokasi-lokasi yang