1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dewasa ini bidang peternakan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional Indonesia. Pembangunan sub sektor peternakan
merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang bernilai gizi
tinggi, meningkatkan pendapatan peternak, meningkatkan devisa serta memperluas kesempatan kerja di pedesaan.
Bidang peternakan memiliki kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia yaitu berupa komoditas utama seperti daging, telur, susu, maupun
produk sampingan berupa kotoran. Salah satu jenis ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan adalah ternak kelinci.
Ternak kelinci di Indonesia mempunyai kemampuan kompetitif untuk bersaing dengan sumber daging lain dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia
kebutuhan gizi dan merupakan alternatif penyedia daging yang perlu dipertimbangkan dimasa datang, daging kelinci merupakan salah satu daging
yangberkualitas baik dan laik dikonsumsi oleh berbagai kelas lapisan masyarakat. Bahkan dibandingkan dengan kondidi daging ayam dilihat dari segi aroma, warna
daging dan dalam berbagai bentuk masakan tidak ditemukan perbedaan yang nyataDwiyanto et al, 1995.
Ternak kelinci bila dipelihara secara intensif dapat beranak sampai 10 kali setahun dengan kemampuan menghasilkan anak 4-10 ekor per kelahiran, sehingga
usahaternak ini cukup menjanjikan keuntungan.Ternak ini mudah dan sederhana
dalam pemeliharaannya serta tidak memerlukan lahan yang luas, sehingga usahaternak kelinci masih banyak diusahakan sebagai usaha sambilan. Selain itu
daging kelinci mempunyai keunggulan dibandingkan daging asal ternak lainnya yaitu rendahnya kadar kolesterol, tinggi protein, serta seratnya pendek dan halus
sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh anak-anak hingga orang dewasa. Kelinci juga dipelihara secara komersial untuk diambil daging, fur kulit-bulu, serta
untuk fancy dan hewan percobaan di laboratorium.Hal ini memberikan nilai tambah bagi komoditas ternak kelinci untuk dikembangkan.
Dari data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 dapat dilihat bahwa populasi kelinci nasional tahun 2010 mencapai 833.666 ekor.Di tahun
2011 jumlah populasi kelinci mengalami penurunan menjadi 760.106 ekor.Sedangkan di tahun 2012, jumlah kelinci melonjak mencapai 784.016
ekor.Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar kelinci mulai terbuka bagi pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia.
Tabel 1.Populasi Kelinci di Berbagai Provinsi
No. Provinsi
Kelinci 2010
2011 2012
1 Aceh
1.239 1.275
2 Sumut
35.759 21.063
21.296 3
Sumbar 39.903
4 Riau
5 Jambi
6 Sumsel
7 Bengkulu
4.041 4.722
5.092 8
Lampung 274.484
9 Babel
10 Kepri
11 DKI Jakarta
154 169
12 Jabar
107.681 171.880
172.909 13
Jateng 330.574
350.844 379.416
14 DI Yogya
15 Jatim
162.719 162.719
16 Banten
224 1.591
2.387 17
Bali 3.934
5.709 6.671
18 NTB
2.856 2.763
3.000 19
NTT 399
439 20
Kalbar 569
1.147 1.268
21 Kalteng
57 22
Kalsel 23
Kaltim 24
Sulut 839
1.084 1.192
25 Sulteng
26 Sulsel
27 Sultra
28 Gorontalo
29 Sulbar
30 Maluku
31 Malut
30 32
Papua Barat 725
846 878
33 Papua
32.068 33.946
35.217 Indonesia
833.666 760.106
784.016 Sumber: Statistik Peternakan dan Kesehatan 2012
Populasi kelinci di Sumatera Utara setiap tahun cukup signifikan.Di tahun 2010 populasi kelinci mencapai 35.759 ekor.Di tahun 2011 populasinya mencapai
21.063ekor sedangkan di tahun 2012 mencapai
21.296
ekor Statistik Peternakan, 2012.
Salah satu permasalahan dalam pengembangan ternak kelinci adalah kurang populernya daging kelinci di masyarakat, dan adanya anggapan dari
masyarakat bahwa mereka akan mengembangkan usahaternak kelinci jika menguntungkan dibandingkan usaha lain. Namun dikarenakan kurangnya pasokan
dan kurang fungsi lembaga pemasaran maka kebutuhan daging tidak lagi dapat terpenuhi oleh karena diperlukan antisipasi pasar dan keadaan melalui analisis
SWOT terhadap peternakan kelinci baik sebagai kelinci hias maupun kelinci konsumsi yang ada di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang didapat antara lain:
− Apa saja faktor-faktor internal dalam pengembangan pemasaran
usahaternak kelinci? −
Apa saja faktor-faktor eksternal dalam pengembangan pemasaran usahaternak kelinci?
− Bagaimana strategi pengembangan pemasaranusahaternak kelinci di
Kabupaten Karo?
1.3. Tujuan Penelitian