Kendala Pengembangan Peternakan Kelinci

limbah pertanian; tidak memerlukan lahan yang luas dan pembuatan kandang yang mahal; cepat berkembang biak; saat dewasa umur 4-6 bulan dapat melahirkan sampai 10 kali dalam satu tahun dengan jumlah perkelahiran 4-12 ekor; tidak ada agama apapun yang melarang umatnya untuk mengkonsumsi daging kelinci; selama kandang dalam keadaan bersih dan kondisi pakan tercukupi, kelinci tidak mudah terserang penyakit; kulit-bulu kelinci dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku aneka kerajinan; kotoran dan urin kelinci merupakan pupuk kandang yang tinggi unsur hara; pertumbuhan kelinci tidak kalah dari pertumbuhan ayam broiler. Menurut Sarwono 2002, kelinci memiliki potensi besar sebagai ternak penghasil daging. Secara teoritis, sepasang induk kelinci dapat menghasilkan 80 kg daging dalam satu tahun. Menurut Sumadia dan Rossuartini 2003, kelinci adalah salah satu ternak penghasil daging yang potensial, karena kandungan lemak dan kolesterol yang relatif rendah dibandingkan dengan daging yang berasal dari ternak lain. Menurut Imam 2006, kadar kolesterol kelinci sekitar 164 mg100 gr daging, sedangkan ayam, sapi, domba, dan babi berkisar 220—250 mg100 gr daging dan kandungan proteinnya mencapai 21 persen sementara ternak lain hanya 17-20 persen. Dengan demikian kelinci mempunyai peluang untuk dikembangbiakkan sebagai ternak penghasil daging sekaligus menambah penghasilan bagi masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan.

2.5. Kendala Pengembangan Peternakan Kelinci

Pada tahun 1980-an pengembangan ternak kelinci mempunyai kendala pada komoditas pasar. Pasar daging kelinci saat itu kurang terbina, sehingga peternak kurang intensif menangani ternak kelincinya Abidin, 2003.Raharjo dan Thahir 2002 menyatakan bahwa kendala utama agribisnis kelinci adalah pemasaran yang kurang populer yang disebabkan tidak tersedianya produk sehingga kurang dikenal pasar, dan rendahnya preferensi terhadap daging kelinci bunny syndrome.Dari segi produksi, masalah yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas, mortalitas yang tinggi dan mutu hasil terutama pada pemeliharaan skala kecil masih rendah. Menurut Satrio 2005, kelinci mempunyai potensi besar sebagai alternative sumber daging dan produk turunannya. Namun dalam kenyataannya jumlah peternak dan penyedia daging kelinci masih terbatas.Hal ini diduga karena tidak adanya penjajagan kepastian pasar dan daya dukung sosial, dimana masyarakat mencari kelinci sebagai hewan kesayangan sehingga tidak terbiasa mengkonsumsi daging kelinci. 2.6. Landasan Teori Perencanaan strategis merupakan proses analisis, perumusan, dan evaluasi strategis yang bertujuan agar perusahaan dapat melihatsecara objektif kondisi- kondisi eksternal dan internal untuk mampu mengantisipasiperubahan yang terjadi. Perencanaan strategis penting untuk menghasilkan produkyang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal darisumberdaya yang ada agar dapat meningkatkan daya saing. Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah. Analisi ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT strength, weakness, opportunity and threath. Analisis SWOT ini adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang di dasarkan pada logika yang dapt dimaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang Opportunies, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weaknesses dan ancaman Threats. Rangkuti, 1997 Dengan demikian perencana strategi strategic planner harus menganalisis faktor-faktor strategi usaha kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi saat ini.Hal ini disebut dengan analisis situasi.Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT Rangkuti, 2006. Analisis SWOT merupakan alat analisis situasi yang penting yang dapat membantu pembuat kebijakan mengembangkan empat strategi usaha, yaitu; 1. Strategi SO, yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. 2. Strategi WO, yaitu menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untukmemnafaatkan peluang. 3. Strategi ST, yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untukmengatasi ancaman, dan 4. Strategi WT, yaitu menciptakan strategi yang dapat meminimalkan kelemahandan menghindari ancaman.

2.7. Kerangka Pemikiran