Kebijakan Pemerintah
2. Kebijakan Pemerintah
a. Pengertian Kebijakan Pemerintah
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia (tt:166) kebijaksanaan adalah kecermatan bertindak jika menghadapi suatu kesulitan atau masalah. Sedangkan menurut Mirriam Budiarjo (1982: 12) bahwa kebijaksanaan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha-usaha memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu. Kebijaksanaan memiliki makna yang hampir sama dengan kebijakan. Kebijakan dan keputusan merupakan bagian penting dari sistem politik suatu negara.
H. Hugh Heglo menyebutkan kebijakan sebagai “a course of action intended to accomplish some end ,” atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Jones menjelasakan beberapa isi tentang kebijakan, yang meliputi hal berikut: a) Tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the desired ends to be achieved); b) Rencana atau proposal yang merupakan
alat atau cara tertentu untuk mencapainya; c) Program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud; d) alat atau cara tertentu untuk mencapainya; c) Program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud; d)
Secara umum, istilah ”kebijakan” atau ”policy” dipergunakan untuk menunjukkan perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu (Budi winarno, 2002:14). Secara lebih khusus kebijakan adalah pedoman untuk melaksanakan suatu tindakan (Steiner dan Miner, 1988: 22).
Menurut Dror yang dikutip oleh Miriam Budiarjo dan Tri Nuke Pudjiastuti (1996: 229), ”Kajian tentang kebijakan akan menyangkut pemahaman terhadap pembuatan dan penyempurnaan suatu kebijakan. Lingkup studi kebijakan sangat luas dari sebab-sebab diterapkan suatu kebijakan yang meliputi isi kebijakan, proses pelaksanaan kebijakan serta dampak suatu kebijakan”. Kebijakan juga mengandung komponen tindakan, yakni hal yang dilakukan pemerintah kepada pihak lain untuk menghasilkan orientasi, memenuhi peran atau mencapai dan mempertahankan tujuan tertentu (Holsti, 1988:158).
Setelah diuraikan mengenai pengertian kebijakan, selanjutnya perlu dikemukakan pengertian pemerintah. Secara etimologis Pemerintah berasal dari kata perintah. Menurut Poerwadarminto (1990: 775) kata tersebut mempunyai arti: perintah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu; pemerintah adalah kekuasaan memerintah suatu negara (daerah-daerah) atau badan yang tertinggi yang memerintah suatu negara (seperti suatu kabinet merupakan suatu pemerintah); sedangkan yang dimaksud pemerintahan adalah perbuatan (cara, hal dan urusan) memerintah.
Samuel Edward Finer yang dikutip oleh S.Pamudji (1982: 5) menyatakan istilah ”goverment” paling sedikit mempunyai empat arti yaitu; menunjukkan kegiatan atau proses memerintah dengan melaksanakan kontrol atas pihak lain (the activity or the process of governing ); menunjukkan masalah-masalah hal ikhwal Samuel Edward Finer yang dikutip oleh S.Pamudji (1982: 5) menyatakan istilah ”goverment” paling sedikit mempunyai empat arti yaitu; menunjukkan kegiatan atau proses memerintah dengan melaksanakan kontrol atas pihak lain (the activity or the process of governing ); menunjukkan masalah-masalah hal ikhwal
Berpijak dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah adalah serangkaian rencana kegiatan yang dibuat oleh suatu lembaga negara yang mempunyai kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif dalam upaya mengatur dan memecahkan permasalahan negara. Kebijakan pemerintah mencakup semua aspek kehidupan, seperti dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Dalam kajian ini tentang kebijakan pengambialihan perusahaan perkebunan, khususnya perusahaan gula Mangkunegaran.
b. Penentu Kebijakan (Decision Maker)
Aktor-aktor atau pemeran dalam proses pembuatan kebijakan dapat dibagi ke dalam berbagai para pemeran resmi dalam proses pembutan kebijakan yang meliputi: badan-badan administrasi (agen-agen pemerintah atau birokrasi), presiden (eksekutif), lembaga legislatif dan lembaga yudikatif. Menurut Budi Winarno (2002:
85) aktor-aktor perumusan kebijakan antara lain :
1. Badan-badan Administrasi (agen-agen pemerintah) Badan-badan adminstrasi dianggap sebagai badan pelaksana telah diakui secara umum dalam ilmu politik mengenai pemerintahan di suatu negara.
2. Presiden (eksekutif) Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai peran penting dalam perumusan kebijakan. Keterlibatan presiden dalam perumusan kebijakan dapat dilihat dalam komisi-komisi presidential, maupun dalam rapat-rapat kabinet.
3. Lembaga Yudikatif
Lembaga yudikatif mempunyai kekuasaan yang cukup besar untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-undang dan peraturan. Tinjauan yudisial merupakan kekuasaan pengadilan untuk menentukan tindakan-tindakan yang diambil oleh eksekutif maupun legislatif sesuai kontitusi. Keputusan yang bertentangan dengan konstitusi negara, maka badan yudikatif berhak membatalkan/ menyatakan tidak sah peraturan tersebut.
4. Lembaga Legislatif Lembaga legislatif (DPR) bersama-sama dengan pihak eksekutif (presiden dan para pembantu presiden) memegang peran yang cukup krusial di dalam perumusan atau pembuatan kebijakan. Setiap undang-undang yang menyangkut kepentingan publik harus mendapatkan persetujuan dari lembaga legislatif.
c. Kebijakan Pemerintah RI terhadap Perusahaan Perkebunan
UUD 1945 merupakan landasan konstitusional negara Republik Indonesia. Konstitusi merupakan hukum dasar pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang terdiri dari Undang-undang Dasar (konstitusi tertulis) dan konvensi (konstitusi tidak tertulis). Pembukaan UUD 1945 dalam alinea keempat disebutkan tujuan negara adalah: ”...Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesehjateraan umum dan mencerdeskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia....”
Amanat yang tersirat dalam UUD 1945 tersebut salah satunya adalah membangun perekonomian negara, khususnya dalam usaha memajukan kesehjateraan umum. Hal ini dikarenakan selama penjajahan perekonomian rakyat tertindas oleh kepentingan penjajah, sehingga rakyat hidup miskin dan sengsara. Kondisi ekonomi dalam keadaan yang kacau, terutama masalah perusahaan perkebunan. Pasca kemerdekaan RI bahwa sejumlah persoalan kesehjateraan, perbaikan keadaan dan penciptaan struktur ekonomi nasional harus segera diatasi untuk kepentingan perekonomian nasional.
Berdasarkan UUD 1945 tersebut, pemerintah menerapkan perekonomian yang sesuai dengan kepentingan rakyat atau hajat hidup orang banyak. Pemikiran membangun suatu perekonomian nasional, dengan mendasarkan pada :
pasal 33 UUD 1945 ayat 2)” Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak di kuasai oleh
negara, 3) Bumi, air dan kekayaaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”
Kebijakan ekonomi pemerintah pasca kemerdekaan, misalnya dengan mengambilalih perusahaan perkebunan untuk membedakan perusahaan pemerintah dengan swasta asing (Belanda). Akhirnya pemerintah mengeluarkan PP no. 9 tahun 1947 tentang Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI). Tugas dari kantor ini adalah mengurus dan menyelenggarakan perusahaan-perusahaan milik negara yang tergabung dalam Kantor Perusahaan Perkebunan Pemerintah (KPP) yang pada zaman Belanda bernama Gouvernements landbouw bedrijven. Selain itu ini juga bertugas untuk mengurus perusahaan-perusahaan bukan milik bangsa asing yang dikuasai oleh negara, termasuk di dalamnya perusahaan-perusahaan bukan perkebunan. Sejak berdirinya PPRI, maka industri gula Mangkunegaran dikuasai secara langsung langsung oleh pemerintah Republik Indonesia (Wasino, 2004: 6).
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok yang penting dan memenuhi hajat hidup rakyat. Masa kolonial industri gula dipegang oleh swasta untuk mendapatkan keuntungan yang besar, sedangkan masa pendudukan Jepang kurang diperhatikan sebab ekonominya lebih ditekankan pada kepentingan perang. Industri gula merupakan cabang produksi penting dan menguasai hajat hidup orang banyak, sehingga pengelolaannya diambil alih oleh pemerintah.