Perubahan Sosial dalam Sistem Perkebunan
d. Pengertian Perubahan Sosial
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990: 981) pengertian perubahan adalah : a) Hal (keadaan) berubah, peralihan, perubahan; b) perubahan aktiva tetap yang tidak menambah jasanya. Pengertian sosial menurut Poerwadarminta (1984: 961) adalah segala sesuatu yang menangani masyarakat, kemasyarakatan, misalnya departemen-departemen yang bertugas mengurus kebaikan atau kesehjateraan masyarakat; perkumpulan yang bersifat (bertujuan) kemasyarakatan (bukan dagang atau politik); suka memperhatikan kepentingan umum. Pengertian sosial lainnya adalah segala aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya atau masyarakat (www.wikipedia.sosial-sosiologi.com).
Perubahan sosial menurut Mac Iver adalah sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (relationship social) atau sebagai perubahan-perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial. Gillin dan Gillin memandang bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi cara hidup yang lebih bisa diterima masyarakat, disebabkan baik oleh perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi ataupun karena terjadinya penemuan- penemuan baru dalam masyarakat. Sedangkan Kingsley Davis mengartikan Perubahan sosial menurut Mac Iver adalah sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (relationship social) atau sebagai perubahan-perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial. Gillin dan Gillin memandang bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi cara hidup yang lebih bisa diterima masyarakat, disebabkan baik oleh perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi ataupun karena terjadinya penemuan- penemuan baru dalam masyarakat. Sedangkan Kingsley Davis mengartikan
Selo Soemadjan menyatakan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola peri kelakuan diantara kelompok dalam masyarakat (Soerjono Soekanto, 2005: 305). Sementara Syahrial Syabarni (2002: 40) memberikan definisi perubahan sosial adalah pergeseran nilai-nilai sosial, perilaku, susunan organisasi, lembaga-lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan cara hidup, sikap nilai dan pola perilaku di antara kelompok- kelompok di dalam masyarakat yang disebabkan oleh adanya perubahan kondisi geografis, komposisi penduduk, penemuan baru, lembaga-lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang.
e. Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Ada dua faktor yang menyebabkan perubahan sosial yaitu faktor dari dalam masyarakat dan faktor dari luar masyarakat. Adapun faktor yang berasal dari dalam masyarakat antara lain: (1) Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, (2) Penemuan baru, (3) Adanya konflik dalam masyarakat, (3) Toleransi pada hal-hal baru atau perubahan, (4) Kemajuan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan serta teknologi, (5) Sikap menghargai karya dan sikap maju orang lain, (6) Rasa tidak puas terhadap pola hidup lama atau monoton, (7) Terjadinya suatu pemberontakan atau gerakan yang bersifat reaksioner (Syahrial Syarbani, 2002: 42)
Sedangkan faktor yang berasal dari luar masyarakat diantaranya meliputi hal berikut: (1) Perubahan fisik lingkungan, (2) Kontak atau pengaruh budaya asing, (3) Perang dengan negara lain, (4) Perubahan ekonomi dunia, (5) Munculnya berbagai media massa yang menyuguguhkan aneka informasi dan inovasi (Syahrial Syarbani, 2002: 42)
Ciri-ciri perubahan sosial menurut Soerjono Soekanto (2005: 310) antara lain ditandai oleh hal berikut:
1) Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau cepat.
2) Perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga sosial lainnya.
3) Perubahan-perubahan sosial yang cepat, biasanya mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang sementara sifatnya di dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasai tersebut akan diikuti oleh suatu reorganiasasi yang mencakup pemantapan dari kaidah-kaidah dan nilai lain yang baru.
4) Perubahan-perubahan tidak bisa dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja, tetapi semua bidang kehidupan. Faktor perubahan sosial ditandai dengan adanya perubahan di bidang politik dan ekonomi bangsa Indonesia, yakni perubahan politik diawali dari Proklamasi 17 Agustus 1945 untuk menjadi negara yang merdeka dan berdaulat dengan membentuk pemerintahan sendiri. Sedangkan perubahan ekonomi ditandai dengan adanya perubahan ekonomi masa kolonial menuju struktur ekonomi nasional, khususnya dalam pengelolaan perkebunan. Dengan demikian pasca kemerdekaan Republik Indonesia, telah terjadi perubahan sosial dalam sistem perkebunan yang menyebabkan perubahan status perusahaan pekebunan. Misalnya dalam perubahan kepemilikan perusahaan gula Mangkunegaran tahun 1946-1952 yang beralih dari perusahaan milik Mangkunegaran ke pemerintah RI.
f. Perubahan Sosial-Ekonomi di Mangkunegaran
Pada daerah jajahan perubahan sosial dalam masyarakat mempunyai sebab- sebab yang berbeda dengan daerah-daerah yang tidak dijajah. Sebagai perantara kolonial dengan rakyat penguasa tradisional (raja dan bupati) tidak dicopot kekuasaannya tetapi mereka dipakai untuk memungut hasil produksi rakyat, Pada daerah jajahan perubahan sosial dalam masyarakat mempunyai sebab- sebab yang berbeda dengan daerah-daerah yang tidak dijajah. Sebagai perantara kolonial dengan rakyat penguasa tradisional (raja dan bupati) tidak dicopot kekuasaannya tetapi mereka dipakai untuk memungut hasil produksi rakyat,
Industri gula Mangkunegaran dan perkebunan tebunya pada abad XX telah berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi masyarakat Mangkunegaran. Pengaruh terjadi baik bagi keuangan praja maupun ekonomi masyarakat pedesaan. Industri gula ini tidak banyak mempengaruhi bentuk fisik desa dan tatanan pemerintahan di desa Mangkunegaran, tetapi mempengaruhi fungsi desa. Dalam hal ini desa mempunyai peran yang yang penting dalam pelaksanaan dan kegiatan produksi perusahaan perkebunan tebu.
Pemerintahan desa di wilayah Mangkunegaran merupakan sarana (alat) dari birokrasi istana untuk kepentingan penyedia tenaga kerja dan penyedia tanah. Industri gula Mangkunegaran berpengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi pedesaan yaang terjadi pada sektor tanaman pangan, terutama padi. Pengaruh lain dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat Mangkunegaran sebagai tenaga kasar dalam pengolahan tebu, mulai penanaman hingga tebang (rembang), dan pekerja bagi penduduk yang berpendidikan baik (Wasino, 2008: 376-378).
Pada pasca kemerdekaan terjadi pengambilalihan perusahaan gula menjadi perusahaan negara dalam pengelolaan PPRI, khususnya perusahaan gula Mangkunegaran. Hal ini berdasarkan kebijakan pemerintah No.9 tahun 1947 dengan maksud untuk memisahkan perusahaan perkebunan milik pemerintah dengan perusahaan perkebunan asing (Belanda). Kebijakan pemerintah ini mengakibatkan perubahan kepemilikan perusahaan gula Mangkunegaran, sehingga menyebabkan perubahan keadaan sosial ekonomi di Mangkunegaran. Keputusan Pengadilan Negeri
Jakarta tahun 1952 menandakan Perusahaan gula Mangkunegaran secara resmi diambil alih pemerintah.
Perubahan pengelolaan gula Mangkunegaran secara ekonomi memperjelas bahwa status kepemilikannya dan hak kekayaan perusahaan beralih ke tangan pemerintah pusat yang menyebabkan Mangkunegaran kehilangan sumber pendapatan yang utama. Dampak perubahan ini bisa dilihat dari adanya perubahan manajemen (tata kelola) perusahaan gula, yang meliputi struktur pengelolaan, sistem produksi, administrasi keuangan, tenaga kerja dan sistem upah yang mengalami transisi ataupun perubahan sehingga berdampak bagi kehidupan sosial ekonomi di praja Mangkunegaran. Perubahan yang signifikan menyangkut keuangan dan kekayaan praja dari hasil pendapatan perusahaan gula.