Kerangka Berpikir
B. Kerangka Berpikir
Sistem Perkebunan Ekonomi RI berdasarkan UUD 1945
Kebijakan ekonomi pemerintah RI
pasca kemerdekaan
Perusahaan Perkebunan Pengambilalihan perusahaan perkebunan
Perubahan sosial dalam sistem perkebunan
Perubahan status kepemilikan Perusahaan gula Mangkunegaran
pengaruh perubahan ekonomi bagi ”praja” dan pegawai perusahaan gula di Mangkunegaran
Keterangan :
Pemerintah Republik Indonesia pasca kemerdekaan mengalami masa revolusi
dalam membentuk pemerintahaan yang berdaulat, baik dari segi politik, sosial dan ekonomi. Pengakuan kemerdekaan bukanlah berarti penyelesaian masalah, terutama yang menyangkut di bidang ekonomi. Sejumlah persoalan kesehjateraan, perbaikan keadaan dan penciptaan struktur ekonomi nasional kembali muncul dalam bentuk yang lebih nyata untuk segera diatasi.
Setelah lenyapnya pemerintahan Jepang dengan diproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak infrastruktur ekonomi yang rusak guna kepentingan perang. Perekonomian ini terutama di bidang usaha perkebunan yang telah lama menjadi andalan sejak kolonialisme Belanda dan tumbuh sangat pesat ketika masa liberalisasi dan kapitalisasi. Selain itu masih adanya modal asing dari swasta Belanda yang bergerak di bidang perusahaan perkebunan, menambah keruwetan masalah ekonomi. Kondisi tersebut menyebabkan ekonomi bangsa Indonesia kacau.
Pasca kemerdekaan Indonesia, persoalan penguasaan aset perusahaan- perusahaan asing di wilayah ini menjadi isu yang cukup menarik. Persoalannya adalah bahwa peralihan kekuasaan dari pemerintah kolonial menjadi pemerintah republik tidak serta merta diikuti dengan peralihan penguasaan semua aset ekonomi. Pengalihan aset ekonomi hanya terjadi pada badan-badan pemerintah kolonial yang telah diambil alih oleh pemerintah Bala Tentara Jepang. Aset-aset asing yang dikuasai oleh pihak perusahaan swasta asing masih tidak jelas statusnya. Sementara itu pengelolaan perusahaan-perusahaan itu menjadi terganggu akibat terjadinya perang kemerdekaan. Banyak pengusaha dan pekerja asing yang meninggalkan perusahaannya kembali ke negeri Belanda. Ada pula yang masih bertahan di Indonesia, meskipun usahanya tidak berjalan maksimal.
Pemerintah membentuk Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia dengan mengeluarkan PP No.9 Tahun 1947. Pemerintah mengeluarkan peraturan tersebut karena memandang perlunya memisahkan perkebunan milik Negara (pemerintah) dan perkebunan milik bangsa Asing guna menghadapi perundingan dengan pemerintah Belanda mengenai status politik, masalah ekonomi dan keuangan. Kebijakan pemerintah berdampak besar pada pengelolaan perusahaan perkebunan Mangkunegaran, khususnya perusahaan gula. Awalnya perusahaan gula Mangkunegaran didirikan oleh Mangkunegara IV yang memanfaatkan kesempatan kebebasan berusaha dan penanaman modal pengusaha Belanda pada masa ”Politik
Pintu Terbuka”, yakni dengan membangun pabrik gula Colomadu tahun 1861dan pabrik gula Tasikmadu tahun 1871.
Perusahaan gula ini merupakan salah satu sumber potensial pendapatan Mangkunegaran, pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII dikelola oleh Dana Milik Mangkunegaran. Perusahaan gula yang menyangkut hajat hidup orang banyak tersebut pengelolaannya diambil alih oleh pemerintah yang awalnya melalui BPPGN dan PNS kemudian dilebur ke dalam PPRI. Pengelolaan perusahaan gula yang sebelumnya berada di bawah dana Milik Mangkunegaran kemudian beralih kepada pemerintah melalui PPRI ini menjadikan status kepemilikan perusahaan gula tersebut berubah dari perusahaan yang sebelumnya milik praja menjadi perusahaan negara.
Status kepemilikan perusahaan gula Mangkunegaran secara resmi menjadi milik pemerintah pusat berdasarkan keputusan pengadilan negeri Jakarta tahun 1952 dengan adanya keputusan pembekuan dana milik Mangkunegaran. Adanya perubahan status kepemilikan perusahaan gula ini menimbulkan dampak yang besar bagi Mangkunegaran terutama dalam bidang sosial-ekonomi. Perubahan kepemilikan perusahaan gula Mangkunegaran terjadi seiring dengan berakhirnya pemerintahan swapraja, kemudian pengelolaan kekayaan Mangkunegaran yang menyangkut hajat hidup orang banyak diambil alih oleh pemerintah. Perubahan pengelolaan gula Mangkunegaran secara ekonomi memperjelas bahwa status kepemilikan dan hak kekayaan perusahaan beralih ke pemerintah, sehingga Mangkunegaran kehilangan sumber pendapatan yang vital (utama).