Rako karena Keinginannya Memiliki Starla Tidak Tercapai

6. Rako karena Keinginannya Memiliki Starla Tidak Tercapai

Di dalam cerpen Menunggu Layang-layang, Rako dijelaskan sebagai sahabat Christian sejak kecil. Dari TK sampai SMA mereka menuntut ilmu di sekolah yang sama. Namun, setelah SMA Rako melanjutkan sekolahnya ke Inggris. Permasalahan yang selalu dialami oleh Rako dari dulu, yaitu untuk mendapatkan pacar yang cocok itu sulit. Permasalahan itu lebih diakibatkan karena Rako belum siap untuk memiliki komitmen. Rako selalu mundur ketika pacarnya mengajak untuk menjalani hubungan ke arah yang lebih serius. Penjelasan tersebut dipertegas dengan kutipan berikut.

“Gue mau cari cewek bule aja, Chris. Bertahun-tahun gaul sama cewek sini, jarang banget ada yang cocok. Cewek-cewek sini tuh luarannya aja modern, dalamnya sih sama aja. Konvensional. Belum apa-apa udah ngomongin kawinlah, tunanganlah, padahal gue belum siap ke arah sana. Gue maunya travelling dulu, liha t dunia dulu…,” (Lestari, 2011:135)

commit to user

Kutipan di atas sebenarnya menjelaskan tentang konflik batin yang dialami oleh Rako. Rako menginginkan seorang pacar, tetapi hal tersebut sulit untuk diwujudkan. Untuk mengurangi ketegangan-ketegangan yang dialaminya, id Rako mengharapkan untuk mencari solusi lain, yaitu mencari pacar bule. Apa yang diinginkan oleh id ini hanya untuk mencari kesenangan dalam diri Rako.

Keinginan Rako untuk memiliki pacar bule tersebut belum terwujud, Rako pulang ke Indonesia. Di Indonesia, Rako bertemu dengan Christian. Pertemuannya dengan Christian ini membawa Rako bertemu dengan Starla, sahabat Christian. Perkenalan antara Rako dengan Starla membuat id yang sebelumnya berpikir bahwa Rako akan mencari pacar seorang bule, digagalkannya. Id berpikir bahwa Starla adalah perempuan yang tepat bagi Rako. Di dalam keadaan ini, id dalam diri Rako memiliki peran dominan. Id tetap mengejar kesenangan untuk mengurangi ketegangan yang dialami oleh Rako. Untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh id, Rako memerlukan ego -nya. Ego yang berprinsip realitas ini akan merealisasikan apa yang menjadi pikiran id. Rako akan menjadikan Starla sebagai pacarnya. Rako menilai Starla adalah perempuan yang dia cari-cari selama ini.

“Che, gue mau ngenalin Starla ke bokap-nyokap. Doain, ya,” tutur Rako satu hari. Matanya bersinar. Dan dia memanggilku “Che” dengan

fasihnya, seolah sudah melakukannya puluhan tahun. “Lo yakin? Nggak kecepetan?” tanyaku. “Starla adalah perempuan yang selama ini gue cari. Lo tahu sendiri, gue gerah banget sama yang namanya komitmen. Tapi, dia lain, Che.”

(Lestari, 2011:137) Di saat seperti itu, superego seharusnya memberikan impuls atau

rintangan terhadap apa yang diinginkan oleh id. Melalui Christian, saran terhadap apa yang akan dilakukan oleh Rako disampaikan. Namun, superego tidak memberikan perannya. Id tetap menjadi dominan.

Rako tetap mengejar Starla untuk menjadi pacarnya. Namun, justru itu menimbulkan permasalahan baru dalam hidupnya, konflik batin dialami Rako kembali. Konflik batin itu muncul setelah Rako menginginkan untuk

commit to user

memiliki hubungan yang lebih jauh dengan Starla. Namun, setelah permintaan itu, justru Starla semakin menjauh dari Rako.

“Gue benar-benar nggak ngerti! Apa salah gue?” berondongnya. (Lestari, 2011:139)

Untuk mengurangi ketegangan dalam diri Rako, ia akan membatalkan apa yang telah diucapkan dan ditawarkan kepada Starla. Hal tersebut sebagai bentuk pengurangan terhadap ketegangan yang dialami oleh id-nya. Namun, hal itu juga tidak mungkin dilakukan oleh Rako karena Starla memiliki karakter yang berbeda. Pengurangan ketegangan id dalam hal ini gagal karena ego tak mampu mewujudkannya.

Rako menyeka keringat dingin di dahinya. “Jadi… oke, oke… gue bakal datengin di a lagi, gue cabut semua yang gue bilang.” “Terlambat.” Aku menggeleng. “Sekali langkah satu itu diambil, dia nggak akan pernah mau balik lagi.” Rako bengong sejenak. Lalu ia pun berseru, panik, “Bisa! Pasti bisa! Gue yakin! Gue sama dia tuh udah cocok banget! (Lestari, 2011:140)

Ketegangan-ketegangan yang dialami oleh Rako tak dapat diredakan oleh id melalui ego-nya ketika memang Rako masih tinggal di Indonesia dan bertemu dengan Starla. Akhirnya, untuk meredakan ketegangan yang dialami id -nya, Rako memilih untuk kembali ke Inggris. Dari hasil wawancara yang dilakukan pun ditegaskan bahwa kehadiran Rako di dalam cerita ini digunakan untuk mematangkan ego dan superego dalam diri Starla.