Starla yang Tidak Ingin Terikat dengan Komitmen

5. Starla yang Tidak Ingin Terikat dengan Komitmen

Starla di dalam cerpen Menunggu Layang-layang digambarkan sebagai sosok wanita karir yang sering berganti-ganti pacar. Kebiasaan berganti-ganti pacar itu disebabkan karena tidak inginnya Starla memiliki ikatan terhadap seorang pria. Jika seorang pria yang sedang dekat dengannya dan mengajak untuk berkomitmen, justru Starla akan menjauh. Namun, kebiasaan Starla itu

commit to user

justru menimbulkan konflik batin-konflik batin bermunculan dalam dirinya, terutama dengan sahabatnya, Christian.

“Kami dua orang dewasa yang bisa tanggung jawab atas keputusan masing-masing, oke? Apa salahnya saling suka, jatuh cinta, mencoba-

coba? Semua yang di dunia ini juga dilewati pakai proses itu. Mau pilih mobil kek, mau pilih baju … .” (Lestari, 2011:132)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa sebenarnya Starla juga memiliki kebimbangan dengan apa yang dilakukannya. Untuk mengurangi ketegangan yang dimiliki, yaitu kesepian, id Starla mendorongnya untuk mencari pacar. Ego yang berperan mewujudkan apa yang diinginkan oleh id pun melaksanakannya. Namun, ketika pacaran, Starla tidak ingin terikat dan berkomitmen. Superego yang memberikan impuls atau rintangan-rintangan terhadap apa yang diinginkan id tidak memiliki peran dominan pada Starla dalam keadaan ini. Id Starla lebih dominan untuk mengejar kesenangannya dan tidak memperhatikan aspek superego yang dimilikinya. Starla tetap mengejar kesenangannya untuk memiliki pacar dan tidak pernah mau terikat komitmen.

“Perasaanku nggak enak. Kayaknya dia bakal sama dengan yang lain- lain.” “Nggak usah, pergilah.” “Udah kepalang janji.” “Tenang aja. Kamu kan pasti udah punya SOP-nya.” Starla menggeleng. “Biar ending-nya sama, respons mereka beda-beda. Ada yang gentleman, ada yang tahu-tahu nangis semalam suntuk, ada yang ngambek terus banting-banting barang. Aku nggak pernah tahu pasti, Che. Nggak ada SOP untuk menghadapi yang beginian.” (Lestari, 2011:132)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa sebenarnya superego Starla juga khawatir dengan apa yang dilakukannya. Di sisi lain, superego juga tidak ingin menghianati janji yang telah diucapkan. Kekhawatiran-kekhawatiran itu ditunjukkan Starla dengan keraguannya untuk menemui cowok tersebut.

commit to user

Namun, id Starla di sini terlalu kuat sehingga Starla harus tetap menemui cowok itu.

Setelah sempat mengalami kekhawatiran itu, Starla tetap melakukan kebiasaannya seperti sediakala, berganti-ganti pacar. Id yang selalu mencoba untuk mencari kesenangan dan direalisasikan oleh ego itu pada akhirnya menimbulkan ketegangan dan permasalahan baru. Ketegangan dalam diri Starla muncul, yaitu ketika target Starla adalah teman Christian, Rako. Christian menentang keinginan Starla itu. Namun, Starla tidak terlalu memperhatikannya. Superego di dalam diri Starla juga sadar bahwa ia tidak bisa berkomitmen dan sudah seharusnya meninggalkan kebiasaan itu. Namun, id Starla terlalu dominan sehingga mengalahkan superego. Ego tetap mewujudkan keinginan id untuk tetap mencari kesenangan, yaitu berhubungan dengan Rako. Kutipan yang mendukung penjelasan di atas sebagai berikut.

“Siapa bilang aku nggak serius?” “Jadi kamu siap berkomitmen sama dia?” “Kenapa serius harus dihubungkan dengan siap berkomitmen?” “Udahlah, Star?” decakku kesal, “Apa sih arti seorang Rako buat kamu? Cuma satu dari seribu? Buat dia, kamu itu seribu satu. Ngerti? Sekali ini, nggak usahlah ngasih harapan kosong lagi.” Starla menatapku tajam. “Jadi, selama ini kamu pikir aku ngasih

harapan kosong ke orang-orang? Aku nggak pernah ngasih apa-apa selain jadi diriku sendiri. Mereka kepengen serius atau enggak, itu urusan mereka dan urusanku. Rako bukan anak kecil, Che. Dia butuh supporter, bukan babysitter. (Lestari, 2011:138-139)

Kutipan di atas menegaskan bahwa meskipun Starla sudah mendapatkan rintangan atau impuls dari sahabat dan superego-nya, id Starla tetap dominan untuk mencari kesenangan sesaat. Kesenangan yang justru menimbulkan konflik dengan sahabatnya sendiri, Christian. Ego Starla yang memegang reality principle tetap mendekati Rako untuk mencari kesenangan. Rako bukanlah satu-satunya pria yang didekati oleh Starla. Masih banyak pria yang lain. Id tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan Starla dapat menimbulkan konflik-konflik baru. Id lebih mengedepankan aspek

commit to user

kesenangan semata. Namun, justru apa yang dilakukan Starla itu mengakibatkan ketegangan baru yang mengganggu batinnya karena salah satu pria itu ada yang psikopat, yaitu Andi. Di suatu malam pria itu hendak membunuh Starla, tetapi Starla mampu untuk bertahan dan meminta pertolongan pada Christian, seperti dalam kutipan berikut ini.

“Tadi Andi ke sini. Dia nyerang saya. Dia psikopat, Che,” jelasnya di antara sedu sedan.

Nama baru lagi. Aku menghela napas. “Kamu sudah lapor polisi?” Starla menggel eng. “Tadi aku lawan dia. Terus dia kabur. Tapi aku nggak mau di sini dulu. Aku takut.” Perempuan tangguh ini mendadak bagai kucing kecil baru tercebur ke kolam, meringkuk tak berdaya. (Lestari, 2011:143)

Pertemuan dengan Christian malam itu menjadikan hubungan mereka semakin dekat kembali. Superego di dalam diri Starla mulai menjadi dominan bahwa apa yang dilakukan selama ini hanya menuruti id-nya saja untuk mencari kesenangan. Namun, Starla tidak menaruh perhatian lebih pada superego -nya. Setelah kejadian malam itu, Starla mulai sadar bahwa apa yang dilakukan saat itu dengan seringnya berganti-ganti pacar tidaklah dibenarkan. Superego dalam diri Starla menjadi dominan setelah kejadian itu.

“Aku nggak bisa kayak begini lagi, Che,” bisiknya. “Aku capek, Che. Makin lama mereka semu a menyeramkan.” (Lestari, 2011:143) Kutipan di atas menegaskan bagaimana konflik batin yang dialami oleh

Starla. Id mulai memikirkan bagaimana meredakan tegangan yang dialami oleh Starla. Ego merealisasikan apa yang dipikirkan oleh id, yaitu dengan mendekat kepada Christian. Malam itu, setelah kejadian itu, Starla menginap di apartemen Christian untuk mengurangi ketegangan yang Starla alami.

Setelah kejadian itu, Starla mulai menaruh hati kepada Christian. Starla mencoba untuk mengubah gaya hidup Christian. Id Starla mulai berpikir bagaimana untuk bisa menjadi dekat dengan Christian. Namun, konflik batin justru dialami oleh Starla setelah Christian menolaknya untuk memiliki hubungan yang lebih serius. Ego secara terang-terangan menyampaikan apa yang dipikirkan oleh Starla kepada Christian. Namun, superego di dalam diri

commit to user

Starla sebenarnya juga meragukan bahwa apa yang dilakukan itu benar dan Christian tak akan menolaknya. Id Starla lebih dominan saat keadaan ini, yaitu untuk memiliki hubungan serius dengan Christian.

“Come on, Che. Apa yang kamu cari sih sebetulnya?” Kali ini kunyahanku berhenti. “Kriteriaku kompleks. Oke?” Kutantang matanya dengan harapan ia bakal gentar bertanya lebih lanjut. “Apa aja?” Starla malah makin tertarik. “Buat apa kamu tahu?” “Siapa tahu aku bisa mencalonkan diri.” Aku tergelak, “Starla, kalau memang benar aku ini pintar, keren, dan apapun itu, nggak bakal kamu nunggu empat tahun untuk mencalonkan diri, tauk!” “Soalnya selama ini, aku selalu yakin kamu nggak pernah mau sama aku.” Starla menjawab tenang. (Lestari, 2011:147)

Kutipan di atas menegaskan bahwa sebenarnya Starla ragu dengan apa yang dilakukannya. Starla cukup menyadari bahwa sifatnya yang sering berganti-ganti pacar tidak akan diterima oleh Christian. Namun, meski begitu, Starla tetap berjuang untuk mendekati Christian.

Perjuangan Starla sebagai bentuk realisasi yang dipikirkan oleh id justru membuat Starla semakin terpuruk. Keterpurukan itu terjadi saat Christian menolak terhadap apa yang diinginkan oleh Starla. Untuk mengurangi ketegangan itu, Ego Starla tetap menginginkannya dekat dengan Christian. Setelah itu, ketegangan baru pun muncul sampai akhirnya untuk menghilangkan ketegangan itu Starla menghilang dari kehidupan Christian sebagai perwujudan dari id yang dilaksanakan oleh ego.

“Dan ... kamu lebih memilih jadi ... tempat sampah?” Starla terbata. “Posisi itu sudah kujalani dengan baik selama empat tahun. Aku nggak

pernah keberatan. Cuma dengan begitu kita nggak saling menyakiti. Jadi, iya, lebih baik kita kembali kayak dulu.” Matahari di bola mata itu padam seketika. Berganti dengan air yang menumpuk di pelupuk, terus membuncah hingga menetes satu demi satu, dan akhirnya membanjir. Inilah kali kedua aku melihat Starla menangis. Namun baru kali ini aku melihat ia begitu kesakitan. Terpaksa aku menunduk. Tidak sanggup melihat.

“Perlu aku antar ke tempat parkir?” tanyaku menggumam. “Segitu takutnya kamu, Che?” Starla berbisik. “Segitu nggak percayanya?” (Lestari, 2011:155)

commit to user

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana konflik batin yang dialami oleh Starla setelah terjadi penolakan dari Christian. Untuk mengurangi ketegangan dan mencari kesenangan diri Starla, akhirnya dia menghilang dari kehidupan Christian sampai akhirnya mereka dipertemukan kembali di bioskop. Starla dan Christian menyadari bahwa mereka berdua ternyata saling membutuhkan. Hal itu dirasakan ketika Starla dan Christian berpisah setelah terjadi penolakan itu.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pengalaman buruk yang terjadi pada Starla membuat ego Starla sulit untuk mengembangkan diri. Id Starla sebenarnya tidak nyaman dengan kondisinya yang sering berganti-ganti pacar sehingga Starla takut untuk melakukan hubungan yang serius. Dalam keadaan ini, Starla mengalami trauma dan trauma ini akan sembuh ketika Starla bertemu dengan orang yang pas. Pada akhirnya sesuai dengan perjalanan waktu ego Starla mau membuka diri untuk menemukan orang yang cocok.