Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT Perkebunan IX (1984-1996)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II PTPN II. Di Sumatera Utara, PT. Perkebunan Negara II merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara di bidang perkebunan yang sampai saat ini masih memproduksi gula pasir sebagai salah satu komoditinya. Pabrik Gula Kwala Madu awalnya merupakan salah satu dari unit produksi PT. Perkebunan IX PTP IX. Selain Pabrik Gula Kwala Madu, PT. Perkebunan IX juga memiliki pabrik gula lain yang juga memproduksi gula pasir yaitu Pabrik Gula Sei Semayang PGSS yang terletak di Kabupaten Deli Serdang. Pabrik Gula Sei Semayang dalam pendiriannya lebih cepat setahun dari Pabrik Gula Kwala Madu. Oleh sebab itu ketika Pabrik Gula Kwala Madu selesai dibangun pabrik ini dinamakan Pabrik Gula Sei Semayang II PGSS II. Namun karena letaknya bukan di wilayah Kabupaten Deli Serdang melainkan di Kabupaten Langkat dan atas permintaan dari masyarakat sekitar maka Pabrik Gula Sei Semayang II PGSS II kemudian diubah namanya menjadi Pabrik Gula Kwala Madu. Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan proyek pemerintah dalam upaya mencapai swasembada gula pasca diberlakukannya sistem Tebu Rakyat Universitas Sumatera Utara 2 Intensifikasi TRI tahun 1975. 1 1. Mengalihkan pengusahaan tebu yang semula berada di tangan pabrik gula dengan sistem sewa, ke tangan petani yang harus mengusahakan sendiri tanaman tebu di atas lahannya. Tujuan utama dari sistem Tebu Rakyat Intensifikasi tersebut adalah: 2. Memperbaiki penghasilan petani tebu dengan meningkatkan produktifitas melalui pengelolaan usaha tani yang lebih intensif. 3. Menjamin peningkatan dan kemantapan produksi gula. Di Sumatera Utara, program Tebu Rakyat Intensifikasi mulai diterapkan sekitar tahun 1986, yaitu di Kabupaten Langkat dan meluas di Kabupaten Deli Serdang sekitar tahun 1988. Dalam program ini, pemerintah mengalihkan sistem penyewaan lahan petani menjadi pengusahaan sendiri oleh petani di bawah bimbingan pabrik gula PG dan Bank Rakyat Indonesia sebagai institusi bantuan permodalan dalam bentuk kredit. 2 Kedua kabupaten ini letaknya bersebelahan dan terkenal sebagai daerah perkebunan. Di samping sebagai daerah perkebunan tebu, daerah ini juga merupakan daerah perkebunan karet dan kelapa sawit. 3 1 TRI atau Tebu Rakyat Intensifikasi diatur dalam Inpres No. 9 tahun 1975 yang dikeluarkan tanggal 22 April 1975. Lihat dalam Mubyarto dan Daryanti, Gula: Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991, hal. 14-19 Di antara 2 Roosgandha Elizabeth, Restrukturisasi Ketenagakerjaan dalam Proses Modernisasi Berdampak Perubahan Sosial pada Masyarakat Petani, Bandung: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, 2002, hal. 2 3 Hal ini tidak terlepas dari peran Jacobus Nienhuys yang membuka perkebunan tembakau untuk pertama kali pada tahun 1863 di wilayah Kesultanan Deli. Lihat dalam Karl J. Pelzer, Toean Universitas Sumatera Utara 3 kedua kabupaten inilah terdapat Pabrik Gula Kwala Madu yang letaknya di Kebun Kwala Begumit Desa Kwala Madu Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Pabrik Gula Kwala Madu dikelola oleh PT. Perkebunan IX dengan tender internasional. Di mana 40 adalah dana pemerintah sedangkan sisanya dimiliki oleh Hitachi Ship Building and Engineering Co. Ltd. yang kemudian berganti nama menjadi Hitachi Zosen. Namun pada tahun 1996 melalui Peraturan Pemerintah No. 6 s.d. 19 tahun 1996 tentang peleburan 26 Badan Usaha Milik Negara Perkebunan menjadi 14 Badan Usaha Milik Negara Perkebunan maka PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II dilebur dan digabungkan menjadi satu merger dengan nama PT. Perkebunan Nusantara II. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi penulis untuk mengetahui mengapa PT. Perkebunan IX di-merger dengan PT. Perkebunan II yang tentu saja dilihat dari sisi Pabrik Gula Kwala Madu sebagai salah satu unit produksinya. Alasan lainnya yaitu apakah Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX mengalami perkembangan sejak didirikan tahun 1984 sampai tahun 1996 atau justru mengalami kemunduran, dan faktor-faktor lain yang menarik untuk melakukan penelitian dari sudut pandang kesejarahan terhadap Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Oleh sebab itu, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan di atas maka judul skripsi yang penulis susun adalah Pabrik Gula Kwala Madu PGKM PT. Perkebunan IX 1984–1996. Tahun 1984 dipilih karena pada tahun Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatra Timur 1863 – 1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hal. 51-55 Universitas Sumatera Utara 4 inilah pabrik mulai melakukan produksi untuk pertama kalinya. Sementara tahun 1996 dipilih karena pada tahun ini PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II melakukan merger.

1.2 Rumusan Masalah