13
TABEL 2.1 Perkembangan Areal Tebu Rakyat Intensifikasi TRI
No. Propinsi
Tahun Ha 1984
1985 1986
1987
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Jawa Timur Jawa Tengah
Jawa Barat Yogyakarta
Lampung Sumatera Utara
111.054 54.541
11.215 4.127
- -
128.144 52.322
13.659 5.993
- -
141.343 57.492
14.779 5.656
734 264
138.491 59.490
14.235 2.936
1.238 698
Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11
2.1.1 Kebijakan Pemerintah
Besarnya peranan yang dimiliki oleh gula ini maka persediaannya merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional. Dalam kenyataannya
kebutuhan gula nasional masih belum dapat dipenuhi dari produksi gula nasional sehingga pemerintah harus mengimpor gula dari luar negeri atau dengan kata lain
Indonesia masih tergantung pada negara lain. Tabel 2.2 berikut menerangkan angka impor gula Indonesia dari tahun 1982 hingga 1989:
Universitas Sumatera Utara
14
TABEL 2.2 Impor Gula Indonesia
No. Tahun
Nilai US Jumlah Impor
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 1982
1984 1985
1986 1987
1988 1989
- 1.263
1.600 16.386
27.598 36.838
51.675 685.000
1.588 2.463
58.564 132.561
132.636 161.931
Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11
Untuk mencegah terus berlangsungnya impor gula yang menelan dana jutaan dollar AS itu, menjelang akhir PELITA III 1982, pemerintah menetapkan suatu
kebijaksanaan agar kebutuhan gula Indonesia dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut
meliputi 4 program, yaitu: 1.
Rehabilitasi dan perluasan kapasitas pabrik gula di Jawa. 2.
Membangun pabrik-pabrik gula baru di luar Jawa. 3.
Peningkatan Program Tebu Rakyat Intensifikasi TRI. 4.
Stabilisasi harga gula di dalam negeri. Hal inilah yang mendasari dibangunnya Pabrik Gula Kwala Madu PT.
Perkebunan IX yang merupakan salah satu dari realisasi proyek pemerintah. Pabrik tersebut dibangun berdasarkan kontrak yang dibuat oleh Pemerintah RI melalui
Universitas Sumatera Utara
15
perantaraan Departemen Pertanian dengan Hitachi Zosen yang merupakan perusahaan kontraktor Jepang. Perjanjian kontrak ditandatangani pada tanggal 23
Nopember 1981 sedangkan masa pembangunan fisik serta pemasangan seluruh peralatan pabrik mulai dilaksanakan pada tanggal 6 Pebruari 1982. Masa
pembangunan berlangsung selama kurang lebih dua tahun dan menelan biaya sebesar ± Rp. 35.000.000.000,-.
Jika dilihat dari jumlah dana yang dihabiskan hanya untuk pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX tentu sangat mencengangkan bagi kita.
Belum lagi proyek pemerintah lainnya yang dicanangkan pada tahun yang sama hanya untuk mencapai swasembada gula. Apalagi proyek tersebut dilakukan dengan
bantuan modal asing. Namun perlu kita ketahui bahwa pada dasarnya kebijakan pergulaan di Indonesia memiliki beberapa tujuan antara lain:
1. Meningkatkan produksi menuju swasembada.
2. Penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan petani.
3. Meningkatkan penggunaan lahan kurang produktif.
4. Sebagai sumber pendapatan untuk mendorong pengembangan industri gula.
5. Meningkatkan penerimaan negara melalui pajak gulaindustri pergulaan.
6. Sebagai sarana meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah.
Dari sini dapat kita lihat bahwa proyek pemerintah ini merupakan proyek jangka panjang di mana tujuan yang ingin dicapai yaitu pemenuhan kebutuhan gula
nasional dengan produksi gula nasional tanpa ada impor gula dari negara lain. Selain
Universitas Sumatera Utara
16
itu, pencapaian swasembada gula tentu akan berujung pada peningkatan devisa negara.
2.1.2 Tujuan Pendirian PGKM