Tahapan dalam perancangan tata letak Langkah-langkah SLP Systematic Layout Planning

2.8. Perancangan Tata Letak

11 Definisi tata letak secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu produksi. Perancangan tata letak meliputi perancangan tata letak fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi, personalia, dan semua peralatan serta fasilitas yang digunakan dalam proses produksi. Pada dasarnya tujuan perancangan tata letak adalah optimasi pengaturan fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi akan maksimal. Adapun tujuan perancangan tata letak fasilitas adalah: a. Memanfaatkan area yang ada. b. Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja dan fasilitas produksi yang lebih besar. c. Meminimumkan material handling. d. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran. e. Memberikan jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan kerja. f. Mempersingkat proses manufaktur. g. Mengurangi persediaan setengah jadi. h. Mempermudah aktivitas supervisi

2.8.1. Tahapan dalam perancangan tata letak

Tahapan-tahapan proses perancangan tata letak dapat dijabarkan mengikuti urutan kegiatan yang dikembangkan oleh Richard Muther yaitu melalui 11 Hari Purnomo, perencanaan dan perancangan tata letak fasilitas,2004, Graha Ilmu, pp.117-134 Universitas Sumatera Utara pendekatan yang dikenal dengan Systematic Layout Planning SLP. Berikut langkah-langkah dasar SLP pada Gambar 2.10. Gambar 2.10. langkah-langkah dasar SLP Pada dasarnya langkah-langkah tersebut dikategorikan dalam tiga tahapan yaitu tahap analisis diawali dengan analisis aliran material, analisis aktifitas, diagram hubungan aktifitas, pertimbangan keperluan ruangan dan ruangan yang tersedia. Tahap kedua meliputi tahapan penelitian, mulai dari perencanaan diagram hubungan ruangan sampai dengan peracangan alternatif tata letak dan tahap terakhir adalah proses seleksi dengan mengevaluasi alternatif tata letak.

2.8.2. Langkah-langkah SLP Systematic Layout Planning

a. Data Masukan,Terdiri atas: - Data yang berkaitan dengan rancangan produk, seperti gambar kerja, peta perakitan, daftar komponen, bill of material produk yang akan dibuat. Universitas Sumatera Utara - Data masukan yang bersumber pada rancangan proses, yaitu peta proses operasi yang merupakan dasar utama dalam perancangan tata letak. - Rancangan jadwal induk produksi, yaitu rancangan yang berpengaruh terhadap jumlah mesin dan karyawan, kebutuhan ruangan, peralatan, kebutuhan personalia, peralatan material handling, pemilihan jenis mesin dan lain sebagainya. b. Analisis Aliran Material, merupakan analisis pengukuran kuantitatif untuk setiap gerakan perpindahan material diantara departemen-departemen atau aktifitas-aktifitas operasional, seperti analisis mengenai jumlah komponen produk, jumlah dan jenis operasi pembuatan setiap komponen, urutan operasi, pola aliran, bentuk ruangan yang tersedia.yang terdiri atas: peta aliran proses, diagram alir, peta proses produk banyak, peta dari-ke, peta hubungan aktifitas, peta perakitan dan sebagainya. c. Analsisi Hubungan Aktifitas, cenderung untuk mendapatkan biaya perpindahan material, artinya lebih bersifat kuantitatif. Berikut analisis yang bersifat kualitatif yaitu menggunakan Activity Relationship Chart ARC yang dapat dilihat pada Gambar 2.11. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.11. Contoh Activity Relationship Chart ARC d. Diagram Hubungan Aktifitas yaitu penggambaran derajat hubungan aktifitas dari sudut pandang dua aspek yaitu aspek kuantitatif biaya dan aspek kualitatif analsis aliran material sesuai dengan Gambar 2.12. Gambar 2.12. Activity Relationship Diagram ADR e. Diagram Hubungan Ruangan dimana penggambaran lanjutan dari ARD dapat dilihat pada Gambar 2.13 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.13. Diagram Hubungan Ruangan Penggambaran dilakukan melalui perhitungan Luas area yang dibutuhan melalui 3 tiga metode yaitu: - Metode fasilitas Industri, yaitu penentuan hubungan ruangan berdasarkan faslitas produksi dan fasilitas pendukung proses produksi yang dipergunakan. - Metode template, yaitu penentuan kebutuhan ruangan berdasarkan templatemodel yang dibuat. - Metode standar industri, yaitu penentuan kebutuhan ruangan berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap industri-industri yang dinilai telah melakukan perancangan tata letak secara keseluruhan.berikut contoh kebutuhan luas ruangan produksi pada Tabel 2.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. kebutuhan luas ruangan produksi Mesin Jum lah Ukuran Luas m 2 Luas Total m 2 Kelonggaran Kebutuhan Ruang m 2 Mesin Potong 3 3,3 6,27 20,7 62,1 50 93,150 Mesin tipe A Mesin tipe B Mesin tipe C 5 7 4 4,5 3,6 2,4 3,5 3,5 3 15,75 12,6 7,2 78,75 88,2 28,8 50 50 50 118,125 132,300 43,200 Mesin bor tipe A Mesin bor tipe B Mesin bor tipe C 2 2 1 2,8 2,5 2,5 2,145 1,485 3,465 6 3,7 8,7 12 7,4 8,7 50 50 50 18,000 11,100 13,050 Mesin bubut tipe A Mesin bubut tipe B Mesin bubut tipe C Mesin bubut tipe D Mesin bubut tipe E 1 2 1 1 1 3,1 4,6 3,1 2,8 2,5 5,775 2,145 1,65 6,765 5,115 17,9 9,9 5,1 18,9 12,8 17,9 19,8 5,1 18,9 12,8 50 50 50 50 50 26,850 29,700 7,650 28,350 19,200 Total kebutuhan ruangan berdasarkan fasilitas produksi 540,675 Sumber: Hari Purnomo, perencanaan perancangan tata letak fasilitas,2004, Graha Ilmu f. Rancangan Alternatif Tata Letak, dilakukan dengan membuat block layout yang merupakan diagram blokdengan skala tertentu dan merupakan representasi bangunan, dapat dilihat pada Gambar 2.14. Gambar 2.14. block layout rancangan tata letak Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan. Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan mengeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara langsung. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel. Manfaat kerangka konseptual adalah: a Memudahkan identifikasi fungsi variabel penelitian, baik sebagai variabel bebas, tergantung, kendali, dan variabel lainnya. b Memudahkan penyusunan hipotesis c Lebih fokus ke dalam permasalahan yang layak diuji. Universitas Sumatera Utara