Metode Ekstraksi Tahapan Pembuatan

20 ketahanan simplisia. Simplisia dapat rusak atau berubah mutunya karena sinar dengan panjang gelombang tertentu menimbulkan perubahan kimia pada simplisia, pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi pada senyawa tertentu dalam simplisia, reaksi oleh enzim, kelembaban udara lebih rendah dari kadar air simplisia simplisia kehilangan air sehingga menjadi keriput dan pengotoran simplisia debu, cangkang telur, kapang, dll. h. Pemeriksaan mutu: Dilakukan dengan membandingkan mutu simplisia saat masa panen atau pembelian dari pedagang dengan simplisia pembanding.

2.1.5. Ekstraksi Tanaman

Ekstraksi adalah proses pemisahan kandungan kimia yang dapat larut dengan pelarut cair sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut, sedangkan ekstrak adalah sediaan kental hasil ekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani. Faktor yang mempengaruhi pembuatan ekstrak yaitu jumlah simplisia, derajat kehalusan simplisia, pelarut yang digunakan, suhu dan lama waktu penyari serta proses ekstraksi. [29]

2.1.5.1. Metode Ekstraksi

Ekstraksi menggunakan pelarut dibedakan menjadi: a. Cara dingin  Maserasi: Proses ekstraksi simplisia dengan merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya, lalu ekstrak dikeluarkan dan ampas hasil ekstraksi dicuci dengan pelarut yang segar sampai didapat berat yang sesuai. Cara ini merupakan cara penyarian sederhana dengan menggunakan peralatan yang sederhana tetapi waktu untuk mengekstraksi sampel cukup lama dan cairan penyari yang digunakan lebih banyak Dinda, 2008 serta tidak begitu sempurna dalam menarik zat berkhasiat dari tanaman. Remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dst. [28,29,30]  Perkolasi: Proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna pada suhu kamar untuk menarik bahan berkhasiat dari tanaman secara total, 21 terdiri dari tahap pengembangan bahan, maserasi antara dan perkolasi sebenarnya hingga diperoleh perkolat ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali bahan. [28, 29] b. Cara panas  Refluks: Proses ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. [29]  Soxhlet: Proses ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru dan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. [29]  Digesti: Proses maserasi kinetik pengadukan terus-menerus pada suhu 40- 50°C. [29]  Infus: Proses ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air bejana infus dicelupkan dalam penangas air dengan suhu 96-98°C selama 15-20 menit. [29]  Dekok: Proses infus dengan waktu yang lebih lama ≥30°C dan suhu sampai titik didih air. [29]

2.1.5.2. Tahapan Pembuatan

Proses pembuatan ekstrak melalui beberapa tahap, yaitu: [29] a. Pembuatan serbuk simplisia kering: Proses ekstraksi semakin efektif dan efisien jika serbuk simplisia semakin halus. b. Cairan pelarut: Sebaiknya menggunakan pelarut yang optimal untuk memisahkan senyawa kandungan berkhasiat dari senyawa kandungan lain. Pelarut yang dibolehkan yaitu air dan alkohol eter serta campurannya, sedangkan pelarut yang umumnya digunakan untuk tahap separasi dan fraksinasi pemurnian yaitu metanol, heksana, toluen, kloroform dan aseton. Faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan cairan penyari yaitu selektivitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah lingkungan dan aman. c. Separasi dan pemurnian: Untuk memisahkan semaksimal mungkin senyawa yang tidak diinginkan sehingga dihasilkan ekstrak yang lebih murni, terdiri dari tahap pengendapan, pemisahan cairan tak campur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion. 22 d. Pemekatan penguapan vaporasi dan evaporasi: Untuk meningkatkan jumlah senyawa terlarut secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering ekstrak menjadi kental pekat. e. Pengeringan ekstrak: Untuk mengilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk dengan cara pengeringan evaporasi, vaporasi, sublimasi, konveksi, kontak, radiasi atau dielektrik. f. Rendemen: Membandingkan ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal.

2.1.6. Brine Shrimp Lethality Test

Dokumen yang terkait

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etil Asetat Daun Garcinia benthami Pierre dengan Metode Braine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 29 67

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 14 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 4 58

Uji Toksisitas Ekstrak Tinta Cumi-Cumi (Photololigo Duvaucelii) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

0 2 13