Nilai LC Pelarut Metanol

28 Gambar 2.8. Karakteristik anatomi dari Artemia salina dewasa Sumber: Dumitrascu, 2011

2.1.6.2. Nilai LC

50 Nilai LC lethal concentration mengacu pada konsentrasi bahan kimia di udara atau dalam air. [36] Konsentrasi yang diberikan sekali tunggal atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik dapat mematikan 50 hewan uji disebut LC 50 . [27] LC 50 digunakan untuk perlakuan secara inhalasi atau uji toksisitas dalam media air Klaassen, 1986. Konsentrasi ini memiliki satuan yaitu ppm parts per million, mgm 3 [36] atau µgml. Uji toksisitas dengan larva Artemia salina Leach yang hasilnya dihitung menggunakan metode LC 50 yang mana kematian hewan uji terjadi setelah 6 jam pemaparan disebut LC 50 akut, sedangkan kematian hewan uji setelah 24 jam pemaparan disebut LC 50 kronis. Namun LC 50 setelah 24 jam lebih sering digunakan karena ekstrak yang sukar larut membutuhkan waktu yang lebih lama untuk larut. Nilai LC 50 dapat ditentukan dengan cara menggunakan grafik probit log konsentrasi atau perhitungan secara matematik. [30] Tabel 2.3. Tingkat nilai toksisitas LC 50 Nilai LC 50 ppm Tingkat toksisitas 0-250 Sangat toksik 250-500 Toksik 500-750 Sedang 750-1000 Tidak toksik Sumber : Aras, 2013 29

2.1.6.3. Pelarut Metanol

Pelarut memiliki peran yang penting pada uji toksisitas dengan metode BSLT. Pelarut yang digunakan dapat memberikan hasil positif palsu pada uji yang dilakukan karena toksisitas pelarut itu sendiri. [38] Pelarut seperti DMSO dimetil sulfoksida, metanol, etanol dan Tween 20 sering digunakan pada uji antimikrobial, aktivitas sitotoksisitas dan BSLT. [31] Nilai LC 50 untuk DMSO, metanol, etanol dan Tween 20 masing-masing yaitu 8,5, 6,4, 3,4 dan 2,5. Tingkat toksisitas pelarut diurutkan sebagai berikut: Tween 20 etanol metanol DMSO. Hal ini menunjukkan bahwa DMSO memiliki efek sitotoksisitas terendah terhadap Artemia salina Leach, sedangkan Tween 20 memiliki efek sitotoksisitas tertinggi. Masing-masing pelarut memiliki konsentrasi toleransi maksimum untuk melarutkan sampel uji yaitu 1,25 untuk DMSO, metanol dan etanol serta 0,16 untuk Tween 20. Hal ini menunjukkan bahwa bekerja pada atau di bawah konsentrasi toleransi maksimum dengan pelarut tersebut tidak memberikan hasil positif palsu. [31] DMSO digunakan untuk melarutkan ekstrak tanaman, [31] senyawa polar dan non polar. [32] Tween 20 merupakan deterjen yang digunakan untuk melarutkan minyak esensial dan zat minyak lainnya pada ekstrak tanaman. Deterjen memiliki rantai alkil panjang yang mampu melarutkan senyawa hidrofobik sehingga disebut surface-acting agent. Tween 20 bersama deterjen lainnya sodium dodecyl sulfate dan CHAPS dapat mendenaturasi protein dan menghambat proses biologis. Oleh karena itu, Nikkol dapat digunakan sebagai pengganti Tween 20. Nikkol merupakan deterjen nonionik dengan toksisitas rendah. [38] Metanol dan etanol digunakan untuk melarutkan sejumlah besar kandungan kimia dalam produk alami, kecuali albumin, karet, lilin, sukrosa, lemak dan fixed oil. [31] Metanol CH 3 OH merupakan bentuk alkohol paling sederhana. [39] Nama lain metanol yaitu metil alkohol, metil hidrat, wood spirit atau metil hidroksida. [40] Metanol diproduksi secara alami oleh bakteri melalui metabolisme anaerobik sehingga menghasilkan uap metanol dalam jumlah kecil di udara. Beberapa hari kemudian uap tersebut akan teroksidasi oleh oksigen menjadi karbondioksida dan air 30 dengan bantuan sinar matahari. Dari proses tersebut diperoleh reaksi kimia metanol: 2 CH 3 OH + 3 O 2 → 2 CO 2 + 4 H 2 O. [39] Di dalam tubuh, metanol akan dimetabolisme di hati menjadi formaldehid oleh enzim alkohol dehidrogenase, lalu formaldehid yang terbentuk sangat cepat waktu paruh 1-2 menit akan diubah menjadi asam format oleh enzim formaldehid dehidrogenase. Selanjutnya diperlukan waktu kurang lebih 20 jam untuk mengoksidasi asam format menjadi karbondioksida dan air oleh enzim F-THF-S 10 formil tetrahidrofolat sintetase. Formaldehid dan asam format merupakan zat beracun bagi tubuh. [41] Tabel 2.4. Sifat fisika dan kimia metanol Penampilan Cair, jernih, tidak berwarna Bau Karakteristik bau alkohol sedang pH - Tekanan uap 12,8 kPa 20°C Kelarutan Larut sepenuhnya Densitas uap 1,105 15°C Titik beku -98,7°C Berat molekul 32,04 g mol Titik didih 64,7°C 101,3 kPa Suhu kritis 239,4°C Kelarutan dalam cairan lain Larut dalam semua alkohol, ester, keton, eter dan sebagian besar pelarut organik lainnya Sumber : Material Safety Data Sheet

2.1.6.4. Analisis Probit

Dokumen yang terkait

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etil Asetat Daun Garcinia benthami Pierre dengan Metode Braine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 29 67

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 14 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 4 58

Uji Toksisitas Ekstrak Tinta Cumi-Cumi (Photololigo Duvaucelii) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt)

0 2 13