12
HeLa human cervical cell line dan HUVEC human umbilical vein endothelial cell in vitro dengan nilai IC
50
median inhibitory concentration 80 μM untuk HeLa dan
400 μM untuk HUVEC.
[9]
Ekstrak etanol daun Phaleria macrocarpa meningkatkan ekspresi NKG2D type-II integral membran protein dan CD-122 subunit dari interleukin-2, molekul
permukaan yang meningkatkan aktivitas killer triggering receptor pada NKC natural killer cell dari limpa sehingga meningkatkan aktivitas membunuh mereka.
Hal ini meningkatkan produksi interferon-gamma, yang merupakan glikoprotein yang mengaktifkan sel imun, makrofag dan NKC, akhirnya meningkatkan
pengenalan dari infeksi atau tumor dengan meningkatkan regulasi limfosit T.
[9]
2.1.2.4. Uji Toksisitas dan Bioassay Kanker
Meskipun sejumlah sifat obat diklaim dalam pengobatan tradisional untuk ekstrak Phaleria macrocarpa, diketahui ada kecenderungan beracun dari ekstrak
Phaleria macrocarpa.
[20]
Memakan buah matang Phaleria macrocarpa dapat menyebabkan ulkus oral,
[9]
mati rasa di lidah, mabuk dan keracunan.
[20]
Konsumsi Phaleria macrocarpa pada dosis yang lebih tinggi 27 mgkg menunjukkan
fetotoksisitas embrio pada tikus betina. Ekstrak butanol buah matang yang diberikan kepada tikus pada dosis yang lebih tinggi dari 85 mgkg intraperitoneal menyebabkan
nekrosis ringan tubulus konvoltus proksimal pada ginjal tikus. Ekstrak etanol
Phaleria macrocarpa yang diberikan kepada burung puyuh Jawa pada dosis 50, 100 dan 200 mgkg selama dua bulan menyebabkan hipertrofi hati ringan dan
peningkatan aktivitas serum glutamat piruvat transaminase pada dosis 100 mgkg. Literatur yang tersedia hingga saat ini tidak cukup untuk mengevaluasi profil beracun
dari berbagai ekstrak tanaman obat ini sehingga menyebabkan keraguan tentang keberhasilan menggunakan ekstrak Phaleria macrocarpa dalam mengobati penyakit
yang berbeda.
[9]
Studi pendahuluan melaporkan bahwa salah satu fraksi dari ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa menunjukkan aktivitas penghambatan moderat terhadap
NS-1 myeloma cell dengan nilai IC
50
81 ppm. Penelitian lebih lanjut menunjukkan ekstrak kloroform daun Phaleria macrocarpa memiliki sifat antiproliferatif terhadap
13
HeLa, HM3KO melanoma skin cancer cell dan MCF-7 human breast cancer cell line dengan nilai IC
50
masing-masing 40,2 ppm, 62,9 ppm dan 70,8 ppm. Selain itu,
ekstrak etil asetat kulit kayu Phaleria macrocarpa menunjukkan aktivitas sitotoksik yang kuat terhadap L1210 mouse leukemia cell dengan nilai IC
50
10,2 ppm. Uji sitotoksisitas pada ekstrak etil asetat dan metanol daun Phaleria macrocarpa
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki efek sitotoksik rendah terhadap HepG2 human hepatoma cell line dengan nilai IC
50
masing-masing 32,5 ppm dan 40 ppm.
Semua bagian dari buah Phaleria macrocarpa memperlihatkan sifat sitotoksik yang kuat terhadap MCF-7 dan HeLa dengan nilai IC
50
20-40 ppm.
[21]
Purwantini et al. menyatakan bahwa uji BSLT ekstrak etanol buah dan biji Phaleria macrocarpa masing-masing menunjukkan nilai LC
50
30,42 ppm dan 1,6 x 10
-2
ppm, kedua ekstrak bersifat toksik karena memiliki nilai LC
50
kurang dari 1000 ppm.
[22]
Ekstrak metanol daun Phaleria macrocarpa memiliki nilai LC
50
63,16 ppm.
[10]
Lisdayati melakukan uji ketoksikan terhadap ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol masing-masing menghasilkan nilai IC
50
11,83 ppm, 10,99 ppm dan 2,46 ppm. Nilai ini dianggap toksik karena nilai IC
50
10 ppm bersifat sitotoksik terhadap sel kanker. Penelitian lebih lanjut, Lisdayati melakukan uji bioassay in vitro dengan
sel leukemia L1210 dan dosis yang diuji adalah 12, 10, 5 dan 0 ppm. Ekstrak n- heksan, etil asetat dan metanol masing-masing menghasilkan nilai IC
50
5,35 ppm, 5,76 ppm dan 5,80 ppm. Dengan nilai IC
50
10 ppm, maka dapat menghambat pertumbuhan kanker 50 setelah inkubasi 48 jam.
[22]
Uji bioassay dilakukan terhadap HeLa oleh Sumastuti dan Sonlimar. Dosis ekstrak buah daun 1; 5; 10; 50; 100 dan 200 mgml dibandingkan dengan
doksorubisin 0,5; 1; 5; 10; 20 dan 50 mgml menunjukkan bahwa ekstrak air buah Phaleria macrocarpa dapat menghambat pertumbuhan HeLa setelah inkubasi 24
jam. Ekstrak buah memiliki nilai IC
50
196,74 mgml, sedangkan nilai IC
50
daun 812,45 mgml dan nilai IC
50
doksorubisin lebih kecil dari 1 mgml. Hal ini menunjukkan bahwa potensi penghambatan buah 4 kali lebih besar daripada
daunnya.
[22]
14
Pusparanti melakukan uji sitotoksik dari infus kulit batang Phaleria macrocarpa pada HeLa dengan menghitung persen kematian sel menggunakan biru
tripan 0,5, diperoleh nilai LC
50
40,12 mgml dan dapat disimpulkan bahan uji ini tidak memiliki daya sitotoksik terhadap HeLa karena nilainya lebih besar dari 1000
ppm.
[22]
2.1.3. Toksikologi
Toksikologi adalah ilmu tentang aksi berbahaya zat kimia atas jaringan biologi dan dampaknya. Hal ini berarti bahwa dalam kondisi tertentu dalam jaringan
biologi tubuh, zat kimia dapat berinteraksi menimbulkan efek berbahaya dengan wujud dan sifat tertentu. Sedangkan ketoksikan atau toksisitas adalah kapasitas suatu
zat kimia beracun xenobiotik untuk menimbulkan efek toksik tertentu pada manusia.
[27]
Menurut bapak toksikologi, Paracelcus, dosis dapat membedakan antara obat dengan racun atau zat yang bukan racun dengan racun. Hal ini berarti bahwa
obat bukan racun karena penggunaan obat diberikan berdasarkan aturan dosis tertentu yang umumnya tidak menimbulkan efek toksik atau manfaatnya jauh lebih
besar daripada efek yang merugikan.
[27]
Efek samping side effect, efek merugikan adverse effect dan efek toksik toxic effect dapat ditimbulkan akibat efek yang tidak diinginkan yang berkaitan
dengan dosis obat yang diberikan. Efek samping adalah efek yang tidak berbahaya atau merugikan dan dapat ditoleransi sehingga obat tetap bermanfaat sebagai
pengobatan, seperti mulut kering atau sedasi karena pemakaian antihistamin. Namun efek merugikan dapat berbahaya, seperti diare yang terus menerus atau pada terapi
jangka panjang dapat mempengaruhi organ seperti ginjal, hepar, jantung dan lambung. Kondisi tersebut membutuhkan pengaturan penggunaan obat, seperti
pengurangan dosis, menggunakan obat pada waktu tertentu atau mengganti obat yang digunakan. Efek toksik atau keracunan adalah efek yang sangat berbahaya dan dapat
mengancam kehidupan sehingga pemberian obat harus dihentikan dan diberi terapi suportif atau diberi antidotumnya. Pada dosis minimal sering timbul efek samping,