2.1.4. Sumber-Sumber Kecemasan
Spielberger 1966 menyebutkan bahwa lima komponen terjadinya kecemasan yaitu:
1. Evaluated Situation: Adanya situasi yang mengancam secara kognitif
sehingga ancaman
ini dapat
menimbulkan kecemasan. Seperti adanya isu-isu atau gossip yang berkaitan
dengan masa pensiun, pemberitaan negatif yang berhubungan dengan
perkembangan karir
seseorang yang
akan menghadapi masa pensiun.
2. Perception of Situation : munculnya berbagai persepsi akan
situasi tersebut, situasi mengancam diberi penilaian oleh individu, biasanya penilaian ini mempengaruhi sikap dan
pengalaman individu,
yang disertai
dengan adanya
kecurigaan akan kemungkinan terjadi hal-hal yang buruk, dan kewaspadaan terhadap situasi tertentu. Seperti, penilaian
individu bahwa saat mereka menghadapi masa pensiun, merupakan pertanda bahwa dia sudah tidak berguna dan tidak
dibutuhkan lagi karena usia tua dan produktivitas makin menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi perusahaan
tempat mereka bekerja. 3. Anxiety State of Reaction : individu mengganggap bahwa ada
situasi berbahaya
maka kecemasannya
akan timbul.
Kompleksitas respon dikenal sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan respon fisiologis pada seseorang yang akan
memasuki usia pensiun, seperti denyut jntung bertambah cepat, dan naiknya tekanan darah.
4. Cognitive Reaprasial Follows : individu kemudian menilai kembali persepsi mengenai masa pensiun tersebut, hal ini
dilakukan dengan pemilihan bentuk pertahanan diri defence mechanism yang sesuai dengan meningkatnya aktivitas
kognisi seperti mencari cara mengatasi rasa khawatir, panik, mencoba untuk tenang atau mencari cara untuk mengatasi
meningkatnya aktivitas motorik seperti gemetar, gugup, mondar-mandir tidak tenang.
5. Coping : individu mencari jalan keluar dengan menerapkan salah satu bentuk pertahanan diri defence mechanism yang
sesuai seperti menggunakan represi, proyeksi, atau dapat juga dengan cara rasionalisasi.
2.1.5 Pengertian Masa Pensiun
Manusia bekerja tidak hanya untuk mendapatkan gaji ataupun upah, tetapi juga untuk mendapatkan kesenangan karena
dihargai oleh orang-orang dalam lingkungannya. Akan tetapi kesenangan
ini menjadi
berkurang ketika orang tersebut
memasuki masa pensiun. Masa pensiun merupakan salah satu tahapan yang harus
dilalui oleh manusia yang terjadi pada masa dewasa madya. Schwartz dalam Hurlock, 1980 mengatakan bahwa pensiun
merupakan akhir pola atau masa transisi ke pola hidup baru, selalu menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan
nilai, dan perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pensiun diartikan tidak bekerja lagi karena masa tugasnya telah selesai. Selain itu,
terdapat beberapa ahli yang menjelaskan beberapa pengertian pensiun. Menurut Kail Cavanaugh 2000 :
“Retirement is a complex process by which people withdraw from full-time participation in an occupation”.
Turner Helms 1987 mengatakan bahwa: “ retirement means the end of formal work and
beginning of a new role in life, one that has its own behavioral expectations and requires a redefinition of
the self “.
Dari definisi ini dapat diartikan bahwa pensiun adalah akhir dari pekerjaan formal dan permulaan suatu peran baru dalam
kehidupan, yang meliputi pandangan mengenai dirinya dan menentukan tingkah laku yang diharapkan setelah memasuki
masa pensiun. Selain itu, Parnes dan Nessel dalam Eliana, 2003
mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa
dilakukan. Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pensiun adalah akhir dari suatu pekerjaan formal dan permulaan
suatu peran baru dalam kehidupan seseorang.
2.1.6 Masalah Psikologis Dalam Menghadapi Masa Pensiun