BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab lima peneliti akan memaparkan lebih lanjut mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan,
diskusi, dan saran.
5.1 Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan penelitian dan mendapatkan hasil serta menganalisis hasil-hasil yang didapat, maka pada bab ini peneliti akan
menyimpulkan hasil dari penelitian. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Peneliti akan memaparkannya pada
penjelasan berikut ini. Berdasarkan
hasil analisis
data serta
pengujian hipotesis
menggunakan perhitungan Pearson Correlation yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
ini adalah “ada hubungan yang signifikan dari kecerdasan emosi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan
dukungan jaringan sosial dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Jika dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-
masing IV, ditemukan bahwa hanya terdapat dua IV yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV, yaitu variabel kecerdasan emosi
dan dukungan emosional.
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosi memiliki hubungan yang signifikan dengan kecemasan menghadapi
pensiun dengan nilai koefesien korelasi product moment yang besarannya adalah
-0.746 p0.05,
yang berarti
bahwa kecerdasan
emosi berhubungan secara negatif dengan kecemasan menghadapi masa pensiun,
dan signifikan. Jadi, semakin besar kecerdasan emosi yang dimiliki oleh seseorang akan membuat kecemasannya menurun, begitu pun sebaliknya.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Oktaviana dan Kumolohadi 2008, didapat kecerdasan emosi juga memiliki hubungan
negatif dengan kecemasan menghadapi masa pensiun, termasuk dalam penelitan ini.
Menurut peneliti, sesuai dengan pendapat Goleman 2000 hal tersebut dikarenakan kecerdasan emosi merupakan keterampilan dan
kemampuan untuk mengolah perasaan atau emosi untuk memotivasi. Kecemasan adalah salah satu masalah yang berhubungan dengan emosi,
sehingga dibutuhkan kemampuan untuk untuk mengelolanya agar tidak menimbulkan akibat yang dapat merugikan diri pribadi. Seseorang yang
memiliki kecerdasan emosi yang baik, akan mampu mengelola emosi yang ada dalam dirinya sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang lebih positif.
Keterampilan mengatur emosi akan membuat seseorang menjadi terampil dalam melepaskan diri dari perasaan negatif, sehingga kecemasan yang
muncul pada saat akan menghadapi masa pensiun dapat diminimalkan.
Sehingga kecerdasan emosi yang dimiliki akan membantu seseorang keluar dari tekanan atau situasi yang tidak menyenangkan.
Selanjutnya, dukungan sosial yang ditinjau dari beberapa dimensi yang dijadikan independent variable dalam penelitian ini, seperti dimensi
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial. Dari keempat dimensi di atas, menunjukkan
bahwa variabel dukungan sosial yang ditinjau dari beberapa dimensi memiliki nilai koefesien korelasi
diantaranya: dukungan emosional sebesar -0.386 dengan p-value 0.000, dukungan penghargaan sebesar -
0.336 dengan p-value 0.001, dukungan informasi sebesar -0.200 dengan p- value 0.033 dan dukungan jaringan sosial dengan koefisien korelasi -0.209
dengan p-value 0.027. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan
kecemasan menghadapi masa pensiun. Hubungan yang terlihat pada dimensi-dimensi ini bernilai negatif, yang artinya semakin besar dukungan
sosial yang dimiliki seseorang akan membuat kecemasannya menurun, begitu pun sebaliknya.
Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari dan Kuncoro 2009 yang berjudul “Kecemasan dalam menghadapi masa
pensiun ditinjau dari dukungan sosial pada PT Semen Gresik PERSERO Tbk, dapat diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Hasil yang sama juga dapat dilihat dalam penelitian yang
dilakukan Isnaini 2009, dimana terdapat hubungan negatif antara
dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Pegawai Kanwil Departemen Hukum dan HAM di Jawa Timur.
Menurut peneliti, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sarafino 1998 bahwa dukungan sosial dapat membantu seseorang dalam
menghadapi kecemasan dan juga dapat mencegah berkembangnya masalah yang timbul. Sehingga, semakin tinggi dukungan sosial yang didapat
semakin rendah kecemasan yang dialami oleh seorang individu. Kemudian, dalam penelitian ini terdapat variabel yang diukur
berdasarkan jenis kelamin. Terdapat dua kelompok yaitu kelompok laki- laki dan kelompok perempuan. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kecemasan menghadapi pensiun. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan p-
value 0.496 dengan alpha p 0.05. Menurut peneliti hal ini disebabkan karena tidak berimbangnya jumlah responden antara laki-laki dan
perempuan. Dari jumlah responden yang diteliti terlihat jelas bahwa jumlah laki-laki lebih mendominasi daripada jumlah perempuan.
Berkaitan dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan, Myers, dalam Trismiati 2004 mengatakan bahwa perempuan lebih cemas
akan ketidakmampuannya dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki lebih aktif dan eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain
menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan Power dalam Myers, 1983. Selanjutnya, James dalam Smith, 1968 mengatakan
bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan dari
lingkungan daripada laki-laki. Dari hasil penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
perempuan mengalami kecemasan lebih tinggi daripada laki-laki. Berikutnya
mengenai variabel
penghasilan yang
dilihat hubungannya dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan
antara penghasilan
dengan kecemasan
menghadapi pensiun. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan p- value 0.171 dengan alpha p 0.05. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hawari 1996 yang menyatakan bahwa dampak kondisi perekonomian sering memicu konflik karena
pendapatan tidak dapat memenuhi kebutuhan anggotanya. Keluarga yang memiliki pekerjaan dan penghasilan akan menjadi sistem pendukung
untuk kesehatan jiwa masing-masing anggotanya, demikian sebaliknya jika jumlah penghasilan berkurang atau memang tidak mencukupi dalam
setiap bulannya akan memunculkan stressor pada setiap anggotanya. Ketidaksesuaian
hasil penelitian
ini dengan
teori yang
dikemukakan oleh Hawari 1996 dapat disebabkan karena adanya beberapa pegawai yang mungkin telah mempersiapkan dirinya terlebih
dahulu sebelum datangnya masa pensiun. Hal itu dapat dilihat dari apakah pegawai tersebut memiliki pekerjaan sampingan atau tidak, atau apakah
pegawai tersebut telah memiliki investasi yang memadai dan cukup menjanjikan, sehingga pegawai tidak terlalu memikirkan penghasilan yang
didapat dari tunjangan pensiun pegawai negeri yang akan berkurang.
5.3 Saran