Kerangka Berpikir KAJIAN TEORI

komposisi, yaitu apakah orang tersebut adalah keluarga, teman, rekan kerja, atau lainnya; dan keintiman, yaitu kedekatan hubungan individu dan adanya keinginan untuk saling mempercayai.

2.4 Kerangka Berpikir

Menurut Fletcher dan Hansson dalam Madarina, 2011 kecemasan menghadapi pensiun merupakan: “ … is general feeling that happens when someone go through the retirement phase that unpredictable and do not know beyond that” Kecemasan menghadapi pensiun merupakan perasaan umum dari ketakutan atau kecemasan yang berhubungan dengan konsekuensi- konsekuensi pensiun di masa depan yang tidak pasti, tidak terprediksi, dan berpotensi mengganggu. Hal ini senada dengan konsep kecemasan yang dikemukakan oleh David Sue 2010 yang dimaknai sebagai ketakutan atau rasa takut yang timbul pada situasi yang belum tentu akan terjadi. Bagi individu tertentu menghadapi masa pensiun merupakan hal yang tidak mudah dan sering menimbulkan masalah psikologis, karena pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang menakutkan atau tidak menyenangkan sehingga sebagian orang sudah merasakan kecemasan ketika akan menghadapinya karena mereka tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan mereka hadapi kelak Turner Helms, 1987. Kecemasan itu bisa ditimbulkan karena kehilangan status, kehilangan fasilitas, menurunnya penghasilan, merasa tidak dihargai lagi dan banyaknya waktu senggang yang akan dihadapi oleh pegawai tersebut pada saat ia pensiun. Adapun faktor-faktor kecemasan menghadapi masa pensiun di antaranya, yaitu kecerdasan emosi, dukungan sosial, dan jumlah penghasilan. Bagi individu yang akan menghadapi masa pensiun, kecerdasan emosi memiliki peranan penting dalam mengatasinya, yakni dengan menekankan pada kematangan jiwa yang dapat dibentuk dengan latihan untuk mendapatkan sikap-sikap yang diinginkan, seperti kesadaran diri, pengaturan dan pengelolaan emosi, memotivasi diri untuk bangkit, dan membina hubungan sosial yang baik, dalam mengatasi kecemasan yang dihadapinya. Dampak positif bagi individu tersebut, yakni kecemasan yang dialami individu akan terasa lebih ringan atau berkurang. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paramasari 2007 menyatakan bahwa kecerdasan emosi memiliki pengaruh yang negatif terhadap kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai. Jadi, dapat dikatakan individu yang memiliki kecerdasan emosi yang buruk atau rendah akan memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan pendapat mengenai kecerdasan emosi menurut Salovey dalam Goleman, 2000 yang menerangkan bahwa kecerdasan emosi merupakan serangkaian keterampilan untuk menilai emosi secara tepat pada diri sendiri dan orang lain serta memakai perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan mencapai sesuatu dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh, bagi Pegawai, khususnya Pegawai Negeri Sipil PNS yang akan menghadapi masa pensiun, jika mereka memiliki kecerdasan emosi yang baik, maka dapat dikatakan mereka akan mampu mengatasi kecemasan yang berkembang dalam diri mereka. Selain kecerdasan emosi, ada faktor lain yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kecemasan dalam menghadapi masa pensiun yaitu dengan adanya dukungan sosial. Dalam penelitian sebuah penelitian yang dilakukan oleh Komalasari 1995, mengenai kecemasan menghadapi pensiun dan dukungan sosial, menyatakan bahwa hasil korelasi antara dukuangan sosial dan kecemasan menghadapi pensiun memiliki hubungan negatif yang signifikan. Dengan perkataan lain semakin tinggi dukungan sosial individu , maka semakin rendah kecemasan individu dalam menghadapi pensiun. Hal ini tersebut sejalan dengan salah satu manfaat dari dukungan sosial menurut Gottlieb dalam Smet, 1994 yaitu bermanfaat dalam hal emosi atau memberikan efek perilaku yang positif bagi pihak penerima. Dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh positif dalam mengurangi kecemasan dan memelihara kondisi psikologis yang berada dalam tekanan. Individu yang akan memasuki masa pensiun memerlukan dukungan sosial. Dukungan sosial yang diperoleh, bisa berasal dari teman kerja, keluarga, pasangan hidup dan teman di lingkungan sekitarnya. Adanya dukungan sosial bagi individu yang akan memasuki masa pensiun merupakan hal yang penting, karena individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan dan merasa tidak sendirian dalam menghadapi masa pensiun. Dalam Sarafino 1998, dukungan ini dapat diberikan berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan jaringan sosial. Selain beberapa variabel yang telah dibahas, ada variabel lain yaitu variabel jenis kelamin dan penghasilan yang akan ikut diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suksesiati 2011, jenis kelamin memiliki peranan dalam faktor yang mempengaruhi kecemasan yang dihadapi oleh seseorang. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Trismiati 2004 bahwa antara jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan, terdapat perbedaan dalam mengatasi kecemasan yang dimiliki. Myers 1983, mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan untuk penghasilan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari 2009, mengungkapkan bahwa seseorang yang akan menghadapi masa pensiun mengalami perubahan dari kesibukan yang teratur, penghasilan yang mencukupi menjadi keadaan menganggur, penghasilan berkurang sedikit banyak akan menimbulkan goncangan mental. Goncangan ini akan terasa terutama bagi mereka yang mempunyai tanggungan keluarga seperti anak-anak yang masih kecil dan membutuhkan banyak biaya, maka ketika akan pensiun merasakan beban hidup yang semakin berat. Dari beberapa uraian yang telah dikemukakan, Peneliti ingin meneliti apakah dalam populasi normal yaitu pada pegawai Kementerian Agama Pusat, kecerdasan emosi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan dukungan jaringan sosial serta adanya faktor demografis seperti jenis kelamin dan penghasilan, memiliki hubungan dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Jika digambarkan maka akan terbentuk skema kerangka berpikir seperti ini: Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Penghasilan KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN Ketakutan atau rasa takut yang timbul pada situasi yang belum terjadi, yaitu saat individu akan menghadapi masa pensiun Kecerdasan Emosi DUKUNGAN SOSIAL Jenis Kelamin Dukungan Emosional Dukungan Penghargaan Dukungan Informasi Dukungan Jaringan Sosial

2.5 Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI SBMPTN Hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi SBMPTN.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI SBMPTN Hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi SBMPTN.

0 3 5

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI SBMPTN Hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi SBMPTN.

0 3 19

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KECEMASAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kecemasan Menghadapi Masa Menopause.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kecemasan Menghadapi Masa Menopause.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kecemasan Sebelum Menghadapi Pertandingan Pada Atlet Futsal.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kecemasan Sebelum Menghadapi Pertandingan Pada Atlet Futsal.

0 11 13

PENGARUH PENERIMAAN DIRI DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN PADA PEGAWAI YANG AKAN MENGHADAPI MASA PENSIUN DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KUTAI TIMUR

0 0 11

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI SKRIPSI

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA KARYAWAN SWASTA - Unika Repository

0 0 15