5.3. Metode Analisis ABC
Perbekalan farmasi di RS Zahirah terdiri dari obat-obatan, alat kesehatan dan reagen. Dalam penelitian ini, jenis persediaan yang diteliti adalah obat-obatan
khususnya obat paten dengan kemasan tablet dan kapsul. Berdasarkan telaah dokumen terdapat 133 jenis obat paten dengan kemasan tablet dan kapsul
lampiran 2. Berikut merupakan sebagian data obat paten dengan kemasan tablet dan kapsul yang digunakan oleh RS Zahirah, data harga obat paten dan jumlah
pemakaian obat paten periode triwulan I Januari-Maret 2014:
Tabel 5.2 Data Pemakaian Obat Paten Periode Januari-Maret Tahun 2014
Nama Obat Satuan
Pemakaian Total
Pemakaian Harga Obat
Januari Februari Maret
Argesid Tablet
856 199
160 1215 Rp 1.645
Ascardia Tablet
283 412
463 1158 Rp 1.073
Aspar-K Tablet
7 7 Rp 2.922
Azomax Tablet
281 158
141 580 Rp 40.755
Berry Vision Tablet
0 Rp 3.257 Betaserc 24
Tablet 86
167 298
551 Rp 10.078 Buscopan
Tablet 10
8 18 Rp 2.979
Buscopan plus
Tablet 40
40 Rp 4.117 Cal-95
Tablet 0 Rp 4.224
Cataflam 25 Tablet
10 10 Rp 3.081
Cataflam 50 Tablet
20 20 Rp 5.880
dst. Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder
Jenis obat yang disediakan di gudang farmasi RS Zahirah ditentukan berdasarkan formularium yang sudah ada. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan informan: “Untuk menentukkan jenis obat disini kita menggunakan formularium”
“Itu berdasarkan formularium, jadi rumah sakit ini sudah mempunyai formularium obat sendiri
” “Kalau disini berdasarkan formularium, yang saya stock yang sudah masuk
dalam formularium ”
Penentuan kebutuhan obat di Gudang Farmasi RS Zahirah berdasarkan banyaknya jumlah pemakaian pada periode sebelumnya, yaitu berdasarkan
metode konsumsi. Kelompok obat yang tergolong fast moving akan disediakan dengan jumlah yang lebih banyak begitupun sebaliknya, obat yang tergolong
slow moving akan disediakan lebih sedikit untuk menghindari pemborosan.
Berikut merupakan kutipan hasil wawancara dengan informan: “Berdasarkan yang sering dapakai saja, metode konsumsi berarti”
“Berdasarkan kebutuhan dari apotek itu yang biasanya kita jadikan patokan
” “Kita melakukan pemesanan berdasarkan kebutuhan dari apotek saja”
Namun selama ini RS Zahirah belum pernah melakukan pengelompokkan obat dengan menggunakan data riil obat, baik itu pengelompokkan berdasarkan
pemakaian maupun nilai investasinya. Pengelompokkan obat dilakukan hanya berdasarkan pengalaman. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
informan:
“Analisis ABC itu seperti sistem pareto ya? Kita belum menggunakan sistem itu di sini. Kalau fast moving, slow moving tidak ada pengelompokan khusus, tapi
anak-anak apotek disini sudah tau mana obat yang kira-kira sering dipakai dan mana yang jarang dipaka
i” “Kalau untuk yang fast moving, slow moving kita belum dipisahkan cuma ya
anak apotek dan kita anak logistik memang sudah mengetahui mana yang kira- kira slow moving atau fast moving. Belum pernah sih kalau ABC itu
” “Belum ada pengelompokkan khusus tapi kita mengetahuhi mana yang slow
moving, mana yang fast moving, jadi ketika order kita tidak mengorder sebanyak yang fast moving.Oh ga pernah disini
” Obat fast moving merupakan obat yang sering digunakan di RS Zahirah
sedangkan obat slow moving merupakan obat yang jarang digunakan. Metode ABC menggambarkan Pareto Analysis, yang menekankan bahwa sebagian kecil
dari jenis-jenis bahan yang terdapat dalam persediaan mempunyai nilai penggunaan dan nilai investasi yang cukup besar yang mencakup lebih daripada
60 dari seluruh bahan yang terdapat dalam persediaan. Oleh karena itu, untuk menentukan pengelompokkan obat, peneliti
melakukan studi analisis ABC dengan mengelompokkan obat berdasarkan nilai investasinya. Berikut adalah hasil analisis ABC obat paten berdasarkan nilai
investasi tahun 2014.
Tabel 5.3 Analisis ABC berdasarkan Nilai Investasi Obat Paten Periode Januari-
Maret Tahun 2014 Kelompok
Obat Jumlah Jenis
Obat Persentase
Jumlah Jenis Obat
Nilai Investasi RP
Persentase Nilai
Investasi
Kelompok A 13
9,77 398.978.004
70,12 Kelompok B
21 15,79
117.682.889 20,68
Kelompok C 99
74,44 52.308.200
9.19
Total 133
100 568.969.093
100
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder
Tabel di atas menunjukan kelompok obat paten berdasarkan nilai investasi lampiran 3. Obat paten yang tergolong kelompok A adalah sebanyak 13 jenis
obat atau 9,77 dari seluruh obat paten dengan nilai investasi sebesar Rp 398.978.004,00 atau 70,12 dari total investasi obat paten di Gudang Farmasi
RS Zahirah. Obat paten yang tergolong kelompok B adalah sebanyak 21 jenis obat atau
15,79 dari seluruh obat paten dengan nilai investasi sebesar Rp 117.682.889,00 atau 20,68 dari total investasi obat paten di Gudang Farmasi RS Zahirah.
Sedangkan obat paten yang tergolong kelompok C adalah sebanyak 99 jenis obat atau 74,44 dari seluruh obat paten dengan nilai investasi sebesar Rp
52.308.200,00 atau 9,19 dari total investasi obat paten di Gudang Farmasi RS Zahirah.
Kendala dalam menentukan jenis persediaan yang dibutuhkan di gudang farmasi adalah adanya permintaan obat di luar formularium yang dilakukan oleh
dokter. Sehingga bagian gudang harus mengusahakan mencari obat tersebut. Berikut adalah kutipan wawancara mengenai kendala tersebut dengan informan:
“Biasanya ada dokter yang meminta obat di luar formularium, jadi kita harus cari ke apotek lain
” “Kadang-kadang dokter masih pakai di luar obat yang terdaftar di
formularium, itu kendalanya ”
“Ada dokter yang minta obat tetapi tidak ada di formularium, jadi kita harus order obat yang diminta tersebut
” 5.4.
Metode Economic Order Quantity EOQ
Dalam pelaksanaan pemesanan obat di RS Zahirah tidak ada perhitungan khusus mengenai jumlah pemesanan. Jumlah pemesanan tergantung pada
pemakaian bulan-bulan sebelumnya. Obat yang sering digunakan akan dipesan lebih banyak daripada obat yang jarang digunakan. Sebagaimana hasil
wawancara dengan informan berikut ini: “Jumlah pesanan dilihat dari pemakaian bulan-bulan sebelumnya,
berdasarkan hal tersebut kita bisa memperkirakan jumlah pesanan untuk bulan berikutnya, biasanya antara bulan sebelumnya tid
ak jauh berbeda jumlahnya” “Masih melihat berdasarkan bulan sebelumnya, jadi pemakaian di bulan
sebelumnya besar atau tidak, kalau memang besar untuk obat jenis tertentu ya di bulan berikutnya kita harus pesan lebih banyak tetapi kalau pemakaian di bulan
kemarin sedikit barati kita jangan terlalu banyak pesan di bulan berikutnya ”
“Kita melihat rata-rata dari bulan-bulan sebelumnya, nanti terlihat hasilnya berapa, yasudah kita pesan segitu, kecuali kalau pasien lagi banyak ya kita
tambahkan jumlah pesanannya ”
Hal ini dapat mengakibatkan pemborosan karena akan berisiko meningkatnya biaya pemesanan jika pemesanan dilakukan dalam jumlah yang
sedikit atau meningkatkan biaya penyimpanan jika jumlah pemesanan terlalu banyak.
Untuk mengetahui jumlah pemesanan yang optimum dalam setiap kali melakukan pemesanan obat paten di RS Zahirah, dapat diterapkan metode
Economic Order Quantity EOQ. Rumus untuk menentukan jumlah pemesanan
optimum menurut Heizer dan Render 2010 adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Q : Jumlah optimum unit per pesanan D : Jumlah permintaan suatu periode
S : Biaya pemesanan untuk setiap pesanan H : Biaya penyimpanan per unit per tahun
Untuk menentukkan EOQ, diperlukan jumlah permintaan pada suatu periode, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Jumlah permintaan telah
dihitung pada analisis ABC. Biaya pemesanan obat di RS Zahirah berdasarkan biaya telepon Menurut Kepala Instalasi Farmasi biaya pesan yang dikeluarkan
oleh RS Zahirah sebesar Rp 2.000,00. Sedangkan biaya penyimpanan sebesar 26 dari harga per item Heizer dan Reinder, 2010.
Setelah diketahui jumlah pemakaian obat, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, kemudian dilakukan perhitungan mengenai jumlah pemesanan
optimum dalam setiap kali pemesanan lampiran 4. Berikut merupakan contoh perhitungan EOQ pada obat Dexyclav Tab:
Jumlah pemakaian periode Januari-Maret 2014 : 4.866 tablet
Biaya Pemesanan : Rp 2.000,00
Biaya Penyimpanan : Rp 3.935,00
Maka Economic Order Quantity EOQ adalah:
Jadi, jumlah pemesanan yang optimal dalam setiap kali memesan obat Dexyclav Tab adalah 70 tablet.
Kendala yang dirasakan oleh bagian gudang farmasi dalam menghitung jumlah pemesanan adalah belum didukung oleh sistem informasi yang memadai
sehingga masih kesulitan untuk mengetahui dan menghitung jumlah pemakaian obat setiap bulannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan:
“…karena kita belum pernah menghitung juga, jadi tidak ada patokan yang benar-benar jelas tentang berapa banyaknya jumlah pemesanan dan karena
disini kita masih manual jadi agak susah juga dalam menghitung pemakaian obat bulanan yang banyak
”
“Sebenarnya karena disini belum terkomputerisasi itu juga menjadi kendala, karena kalau sudah berjalan jadi bisa melakukan perhitungan stock-
kan ”
“Jumlah pasiennya yang tidak bisa diprediksi, jumlah obat yang kita pesan segini kira-kira cukup atau tidak kalau tiba-tiba pasiennya banyak, itu saja yang
suka bikin kita khawatir ”
5.5. Metode Reorder Point ROP dan Buffer Stock