67
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan melalui studi pengendalian obat paten menggunakan data terkait obat paten selama periode triwulan I Januari-Maret tahun 2014 di
Rumah Sakit Zahirah. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah komponen biaya penyimpanan biaya gedung, biaya penanganan bahan, biaya pekerja dan biaya
investasi tidak dihitung secara rinci karena data tidak tersedia sehingga perhitungan biaya penyimpanan menggunakan teori Heizer dan Render 2010,
yaitu 26 dari harga barang.
6.2. Pengendalian Persediaan
RS Zahirah didukung oleh instalasi farmasi khususnya gudang farmasi yang bertanggung jawab mengelola dan menyelenggarakan kegiatan yang mendukung
ketersediaan obat dan alat kesehatan di RS Zahirah. Agar ketersediaan obat dapat berjalan dengan baik, yaitu dengan jumlah yang tepat, disediakan pada waktu
yang dibutuhkan dan dengan biaya yang terendah-rendahnya maka unit gudang farmasi RS Zahirah berupaya melakukan pengendalian persediaan.
Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan kepada 3 orang informan, pengendalian persediaan yang dilakukan oleh unit gudang farmasi RS
Zahirah adalah dengan melakukan stock opname, pencatatan pada kartu stok dan buku defekta. Stock opname di gudang farmasi RS Zahirah dilaksanakan setiap 3
bulan sekali untuk mengecek dan mencocokan kondisi fisik barang dengan kartu
stok. Selain itu melalui stock opname juga dapat diketahui obat yang mendekati kadaluarsa. Obat yang mendekati kadaluarsa akan diinformasikan kepada dokter
agar digunakan terlebih dahulu atau dikembalikan kepada distributor. Hal ini sudah sesuai menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI
2010, yaitu stock opname diperlukan untuk kebutuhan audit dan perencanaan yang wajib dilakukan.
Kartu stok di gudang farmasi RS Zahirah merupakan pencatatan yang dilakukan setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusakkadaluarsa. Sedangkan buku defekta merupakan pencatatan mengenai permintaan dan pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek. Obat
yang diminta oleh apotek dicatat dalam buku tersebut, selanjutnya staf gudang farmasi memeriksa stok yang ada apakah cukup untuk memenuhi permintaan,
setelah itu jumlah obat yang dikirim dan sisa stok yang ada di gudang farmasi dicatat dalam buku tersebut. Hal ini sesuai dengan Dirjend Binakefarmasian dan
Alat Kesehatan RI 2010 yang menjelaskan bahwa pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi yang
keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Di gudang farmasi RS Zahirah, pelayanan penyediaan obat untuk apotek
sering tidak sesuai dengan kebutuhanpermintaan. Hal ini disebabkan karena stok obat yang tidak cukup stock out untuk memenuhui permintaan tersebut.
Kekosongan obat ini menyebabkan dilakukannya pembelian obat ke apotek luar atau RS lain. Kondisi ini dapat mengakibatkan pemborosan, karena obat yang
dibeli ke apotek luar atau RS lain tentunya mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan membeli ke distributor. Seharusnya menurut Aditama
2002, barangbahan yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi harus tersedia dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat sesuai dengan
kebutuhan dengan harga serendah mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelayanan penyediaan obat di gudang RS Zahirah belum berjalan
dengan baik sesuai dengan teori yang ada. Kekosongan obat tersebut sebenarnya dapat dihindari jika dilakukan
perencanaanpenentuan kebutuhan perbekalan farmasi secara terpadu. Hal ini sesuai menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI
2010, yaitu dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu diharapkan perbekalan farmasi yang
direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan dengan 3 informan, penentuanperencanaan kebutuhan di RS Zahirah dilakukan dengan
metode konsumsi, yaitu dengan melihat data pemakaian obat 3 bulan sebelumnya. Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes
RI 2010 perencanaanpenentuan kebutuhan dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu: metode konsumsi data konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu,
metode epidemiologi berdasarkan pola penyakit, dan kombinasi kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang
ada. Hal ini menunjukkan bahwa RS Zahirah menggunakan salah satu metode perencanaan berdasarkan Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan
Kemenkes RI 2010.
Dalam melakukan perencanaan obat di RS Zahirah juga dipegaruhi oleh kecepatan pergerakan obat, yaitu fast moving dan slow moving. Namun dalam
menentukan obat yang tergolong fast moving atau slow moving tidak pernah dilakukan perhitungan, melainkan hanya berdasarkan pengalaman dan perkiraan.
Belum adanya pembagian obat berdasarkan nilai investasi obat menyebabkan jumlah obat yang dipesan oleh RS Zahirah juga belum dibuat perencanaannya
berdasarkan EOQ dan ROP. Sehingga dalam menentukan jumlah obat yang dipesan dan waktu pemesanan obat hanya berdasarkan perkiraan saja, akibatnya
dapat terjadi kelebihan atau kekurangan obat yang dapat menyebabkan kerugian bagi pihak RS Zahirah.
Untuk itu, gudang farmasi RS Zahirah memerlukan perhitungan sesuai dengan data riil kebutuhan pasien mengenai jumlah pemesanan dan waktu
pemesanan yang tepat agar obat dapat tersedia dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang dibutuhkan serta diperoleh dengan harga yang serendah mungkin.
Namun sebelum menentukan jumlah dan waktu pemesanan, perlu diketahui obat mana yang harus diprioritaskan untuk meningkatkan efisiensi persediaan.
Sebagaimana menurut John dan Harding 2001, pengendalian persediaan yang efektif harus dapat menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan
menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali.
6.3. Metode Analisis ABC