Pengaruh Beban Kerja dan Asupan Kalori terhadap Status Gizi Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

(1)

PENGARUH BEBAN KERJA DAN ASUPAN KALORI TERHADAP STATUS GIZI PEKERJA PETERNAKAN AYAM BROILER

DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011

TESIS

OLEH

SURITA GINTING 097032106/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF WORK LOAD AND CALORIE INTAKE ON THE NUTRITIONAL STATUS OF THE BROILER FARM

WORKERS IN SILEBO-LEBO VILLAGE, KUTALIMBARU SUBDISTRICT,

DELI SERDANG DISTRICT 2011

THESIS

By

SURITA GINTING 097032106/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH BEBAN KERJA DAN ASUPAN KALORI TERHADAP STATUS GIZI PEKERJA PETERNAKAN AYAM BROILER

DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SURITA GINTING 097032106/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH BEBAN KERJA DAN ASUPAN KALORI TERHADAP STATUS GIZI

PEKERJA PETERNAKAN AYAM BROILER

DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011 Nama Mahasiswa : Surita Ginting

Nomor Induk Mahasiswa : 097032106

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si)

Ketua Anggota

(Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada tanggal : 21 September 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si Anggota : 1. Ernawati Nasution, S.K.M. M.Kes

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes 3. Umi Salmah, S.K.M. M.Kes


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH BEBAN KERJA DAN ASUPAN KALORI TERHADAP STATUS GIZI PEKERJA PETERNAKAN AYAM BROILER

DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2011

( Surita Ginting ) 097032106/IKM


(7)

ABSTRAK

Pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, menggunakan waktu kerja melebihi waktu kerja normal yang ditetapkan di Indonesia yakni 8 jam/hari dan 40 jam seminggu. Jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan pekerjaan di peternakan yang memerlukan waktu kerja siang dan malam, sedangkan shift kerja antara siang dan malam belum ada. Asupan kalori pekerja belum diperhatikan baik oleh pekerja itu sendiri maupun oleh peternak.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Jenis penelitian adalah explanatory research. Populasi adalah seluruh pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo sebanyak 67 pekerja dan 58 pekerja dijadikan sampel. Pengukuran beban kerja melalui pengukuran waktu kerja dan jenis kegiatan pekerja, pengukuran asupan kalori menggunakan food recall 24 jam dan status gizi pekerja dengan menggunakan indikator indeks massa tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja (p>0,05), karena konsumsi makanan dari sebahagian besar pekerja masih di bawah kecukupan kalori kerja untuk beban kerja di peternakan, sehingga belum cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori normal.

Disarankan kepada peternak, agar saat mengontrol ke peternakan dapat menyediakan makanan atau melaksanakan penyelenggaraan makanan di peternakan dengan memberikan susu dan indomi secara bertahap sampai selesai satu periode. Bagi pekerja, dianjurkan makan 3 kali sehari, ditambah makanan selingan di antara jam makan untuk memenuhi asupan kalorinya sesuai dengan beban kerjanya. Makanan selingan, susu dan indomi yang disediakan peternak sebaiknya dikonsumsi sendiri oleh pekerja. Selain itu pekerja perlu bergantian di malam hari dengan pekerja lain agar waktu tidur dapat tercukupi.


(8)

ABSTRACT

The broiler farm workers in the village of Silebo-Lebo Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District use working hours exceeds the normal working hours which have been determined in Indonesia is 8 hours/day and 40 hours a week. The amount of labor is not comparable with the work on the broiler farms that takes the work day and night, there has been no shift between day and night. Caloric intake of the workers has not been considered either by the worker himself or by the The purpose of this explanatory research study was to analyze the influence of work load (working hours, kinds of activities) and calorie intake on the nutritional status of the workers of broiler farm in Silebo-lebo Village, Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District in 2011. The population of this study were all of the 67 workers working in the broiler farms in Silebo-lebo Village, and 58 of them were selected to be the samples for this study. Work load was measured by measuring the working hours and kinds of activities done by the workers, the calorie intake was measured through a 24-hour food recall, and the nutritional status of the workers was measured by using the indicator of body mass index.

breeder.

The results of this study showed that there were no influence of work load (working hours, kinds of activities) and caloric intake on the nutritional status of the broiler workers (p>0.05), since food consumption of the most workers were still under the adequacy of calories intake of the workers for working load on the broiler farms, so that it was not enough to raise the nutritional

While controlling the broiler workers, the breeders are suggested to provide them food or to carry out the activities of

status of the broiler workers. providing milk and noodle gradually until the completion of breeding period. The workers are requested to eat three meals a day, plus a snack between meals to meet caloric intake in accordance with the workload. Snack, milk and noodle which are provided by breeders should be consumed by the workers themselves. In addition , the shifts for the workers at night are needed to meet the sufficient of their sleeping.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Beban Kerja dan Asupan Kalori terhadap Status Gizi Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku komisi pembimbing I yang telah memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

6. Ernawati Nasution, S.K.M. M.Kes selaku komisi pembimbing II yang telah memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

7. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku penguji tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Umi Salmah, S.K.M. M.Kes selaku penguji tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

9. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Depkes Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan ini.

10. Semon Sembiring, selaku Kepala Desa Silebo-lebo yang telah bersedia memberikan izin tempat penelitian dilakukan dan memberikan banyak informasi serta data yang diperlukan untuk penulisan tesis ini.

11. Peternak dan pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo atas kesediaannya untuk meluangkan waktu dan memberikan informasi, baik dalam wawancara maupan pada saat pengukuran langsung dalam rangka pengambilan data penelitian ini.

12. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Minat Studi Kesehatan Kerja, yaitu Ade Irma Suriyani, Dameria Tarigan, Deni Yaneva, Edi Suranta Surbakti, Jenni Lilis Suriyani, Sherly Saragih, Togar Manalu, Zahera Dewi, Maulana Akbar, yang telah membantu penulis dalam proses penulisan tesis ini hingga selesai.


(11)

13. Buat ibunda yang sangat penulis sayangi, yang selalu perhatian dan mendoakan sepanjang hidup penulis, dan kedua mertuaku yang selalu mendoakan.

14. Teristimewa buat suamiku tersayang Drs. Milisi Sembiring, M.Hum yang selalu sabar, memberikan motivasi, material dan moril kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

15. Anak-anakku terkasih Sri Martha Hizkhi Sembiring, S.E., Samuel Pola Karta Sembiring, Endang Yoanna Sembiring, yang selalu sabar, pengertian dan mendoakan ibundanya dalam menyelesaikan pendidikan ini.

16. Buat adinda Magdalena Ginting, S.K.M. M.Kes yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Hanya Tuhan Yang Maha Pengasih yang dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2011 Penulis,


(12)

RIWAYAT HIDUP

Surita Ginting, lahir di Keriahen Kabupaten Karo pada tanggal 01 Desember 1961, anak pertama dari Alm. S Ginting dan S br Tarigan yang saat ini bertempat tinggal di Lau Gunung Kabupaten Dairi.

Pada tahun 1968 penulis mulai menempuh pendidikan Sekolah Dasar Negeri Pamah dan selesai tahun 1974, Sekolah Menengah Pertama Negeri Kutabuluh tahun 1977, Sekolah Menengah Atas Negeri Tigabinanga tahun 1981. Pada tahun 1981 penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Akademi Perawat Darma Agung Medan, selesai tahun 1984, kemudian tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan menamatkannya tahun 1998, pendidikan Akta IV di Unimed tahun 2002. Pada tahun 2009 penulis kembali diberikan kesempatan melanjutkan pendidikan lanjut S2 di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menikah 20 Februari 1987 dengan Drs. Milisi Sembiring, M.Hum, Candidate Doktor, dan dikaruniai 3 orang putra/putri, yang bernama Sri Martha Hizkhi, S.E yang telah bekerja di Balai Diklat Kementrian PU Medan, Samuel Pola Karta yang sedang kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Endang Yoanna yang masih duduk di kelas III SMAN 1 Medan.

Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar di Poltekkes Depkes Medan pada Jurusan Keperawatan.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK….. ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Hipotesis ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Beban Kerja ... 9

2.1.1. Beban Kerja Berlebih ... 9

2.1.2. Beban Kerja Terlalu Sedikit atau Kurang ... 10

2.1.3. Beban Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 11

2.1.4. Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja ... 11

2.1.5. Kapasitas Kerja ... 11

2.1.6. Waktu Kerja ... 13

2.1.7. Dampak Beban Kerja Berlebih Terhadap Tenaga Kerja ... 13

2.1.7.1. Penurunan Berat Badan ... 14

2.1.7.2. Timbulnya Stres Pekerjaan ... 14

2.1.7.3. Penyakit Akibat Kerja ... 14

2.1.7.4. Kelelahan Kerja ... 16

2.1.8. Analisis Beban Kerja ... 16

2.1.8.1. Perhitungan Beban Kerja ... 16

2.1.9. Beban Kerja pada Pekerja Peternakan Ayam ... 19

2.2. Gizi Tenaga Kerja ... 20

2.2.1. Kebutuhan Gizi Tenaga Kerja ... 21

2.2.2. Dampak Gizi Kurang pada Pekerja ... 23


(14)

2.2.2.2. Penurunan Daya Tahan Tubuh ... 24

2.2.2.3. Anemia ... 25

2.2.3. Status Gizi ... 26

2.2.4. Penilaian Status Gizi ... 26

2.3. Landasan Teori ... 28

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 30

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3. Populasi dan Sampel ... 32

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 34

3.7. Metode Analisis Data ... 39

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Peternakan ... 44

4.2. Analisis Univariat ... 46

4.2.1. Karakteristik Pekerja ... 46

4.2.2. Beban Kerja Berdasarkan Waktu Kerja ... 48

4.2.3. Beban Kerja Berdasarkan Jenis kegiatan ... 48

4.2.4. Asupan Kalori ... 49

4.2.5. Status Gizi Pekerja ... 50

4.3. Analisis Bivariat ... 51

4.3.1. Hubungan Waktu Kerja dengan Status Gzi Pekerja ... 51

4.3.2. Hubungan Jenis Kegiatan dengan Status Gizi Pekerja ... 52

4.3.3. Hubungan Asupan Kalori dengan Status Gizi Pekerja ... 53

4.4. Analisis Multivariat ... 53

BAB 5. PEMBAHASAN ... 55

5.1. Pengaruh Beban Kerja Berdasarkan Waktu Kerja terhadap Status Gizi Pekerja ... 55

5.2. Pengaruh Beban Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan terhadap Status Gizi Pekerja ... 57

5.3. Pengaruh Asupan Kalori terhadap Status Gizi Pekerja ... 59


(15)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1. Kesimpulan ... 63

6.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Kebutuhan Kalori Sesuai Kerja ... 23

2.2. Kadar Haemoglobin (Hb) sebagai Indikator Anemia ... 25

2.3. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh ... 27

3.1. Contoh Perhitungan Waktu Kerja di Peternakan Ayam Broiler ... 36

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 39

4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Umur, Pendidikan, Masa Kerja dan Jenis Kelamin Pekerja di Peternakan Ayam Broiler Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang 2011 ... 47

4.2. Distribusi Frekuensi Beban Kerja Berdasarkan Waktu Kerja Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 48

4.3. Distribusi Frekuensi Beban Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 49

4.4. Distribusi Frekuensi Asupan Kalori Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 49

4.5. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pekerja Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 50

4.6. Hubungan Waktu Kerja dengan Status Gizi Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011………. 51

4.7. Hubungan Jenis Kegiatan dengan Status Gizi Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011………. 52


(17)

4.8. Hubungan Asupan Kalori dengan Status Gizi Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2011………. 53

4.9. Hasil uji regresi Logistik Pengaruh Beban Kerja (Waktu Kerja, Jenis Kegiatan) dan Asupan Kalori Terhadap Status Gzi Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2011………. 54


(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1. Teori menurut UNICEF (1998) ... 29 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 30


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Lembaran Pengukuran ... 69

2. Master Data Penelitian ... 82

3. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 87

4. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 88


(20)

ABSTRAK

Pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, menggunakan waktu kerja melebihi waktu kerja normal yang ditetapkan di Indonesia yakni 8 jam/hari dan 40 jam seminggu. Jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan pekerjaan di peternakan yang memerlukan waktu kerja siang dan malam, sedangkan shift kerja antara siang dan malam belum ada. Asupan kalori pekerja belum diperhatikan baik oleh pekerja itu sendiri maupun oleh peternak.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Jenis penelitian adalah explanatory research. Populasi adalah seluruh pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo sebanyak 67 pekerja dan 58 pekerja dijadikan sampel. Pengukuran beban kerja melalui pengukuran waktu kerja dan jenis kegiatan pekerja, pengukuran asupan kalori menggunakan food recall 24 jam dan status gizi pekerja dengan menggunakan indikator indeks massa tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja (p>0,05), karena konsumsi makanan dari sebahagian besar pekerja masih di bawah kecukupan kalori kerja untuk beban kerja di peternakan, sehingga belum cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori normal.

Disarankan kepada peternak, agar saat mengontrol ke peternakan dapat menyediakan makanan atau melaksanakan penyelenggaraan makanan di peternakan dengan memberikan susu dan indomi secara bertahap sampai selesai satu periode. Bagi pekerja, dianjurkan makan 3 kali sehari, ditambah makanan selingan di antara jam makan untuk memenuhi asupan kalorinya sesuai dengan beban kerjanya. Makanan selingan, susu dan indomi yang disediakan peternak sebaiknya dikonsumsi sendiri oleh pekerja. Selain itu pekerja perlu bergantian di malam hari dengan pekerja lain agar waktu tidur dapat tercukupi.


(21)

ABSTRACT

The broiler farm workers in the village of Silebo-Lebo Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District use working hours exceeds the normal working hours which have been determined in Indonesia is 8 hours/day and 40 hours a week. The amount of labor is not comparable with the work on the broiler farms that takes the work day and night, there has been no shift between day and night. Caloric intake of the workers has not been considered either by the worker himself or by the The purpose of this explanatory research study was to analyze the influence of work load (working hours, kinds of activities) and calorie intake on the nutritional status of the workers of broiler farm in Silebo-lebo Village, Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District in 2011. The population of this study were all of the 67 workers working in the broiler farms in Silebo-lebo Village, and 58 of them were selected to be the samples for this study. Work load was measured by measuring the working hours and kinds of activities done by the workers, the calorie intake was measured through a 24-hour food recall, and the nutritional status of the workers was measured by using the indicator of body mass index.

breeder.

The results of this study showed that there were no influence of work load (working hours, kinds of activities) and caloric intake on the nutritional status of the broiler workers (p>0.05), since food consumption of the most workers were still under the adequacy of calories intake of the workers for working load on the broiler farms, so that it was not enough to raise the nutritional

While controlling the broiler workers, the breeders are suggested to provide them food or to carry out the activities of

status of the broiler workers. providing milk and noodle gradually until the completion of breeding period. The workers are requested to eat three meals a day, plus a snack between meals to meet caloric intake in accordance with the workload. Snack, milk and noodle which are provided by breeders should be consumed by the workers themselves. In addition , the shifts for the workers at night are needed to meet the sufficient of their sleeping.


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk menjalankan aktifitasnya, maka dari itu agar keadaan kesehatan pekerja tetap baik, perlu penyesuaian antara beban kerja dengan kemampuan fisik maupun asupan gizinya. Asupan gizi bagi tenaga kerja sangat penting terutama pekerja berat adalah salah satu faktor penentu tingkat produktifitas kerjanya. Akibat beban kerja yang berat sering menimbulkan penurunan berat badan jika tidak seimbang dengan asupan gizinya. Santoso (2004) menyatakan bahwa pekerjaan memerlukan tenaga yang sumbernya dari makanan yang mana kebutuhan akan gizi tenaga kerja harus sesuai dengan pekerjaannya.

Dalam hubungan pekerjaan, tenaga kerja membutuhkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori untuk melaksanakan pekerjaan. Menurut Sudiarti (2010) kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis, karena itu perlu mendapatkan asupan gizi cukup yang sesuai dengan jenis dan beban pekerjaan yang dilakukannya.

Asupan kalori bagi tenaga kerja ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja yang optimal, untuk


(23)

itu kebutuhan harus sesuai dengan beban kerjanya. Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi pekerja. Namun gizi pekerja sering tidak diperhatikan, baik oleh pengusaha maupun pekerja itu sendiri, mungkin karena belum mengetahui hubungan gizi dengan pekerjaan dan faktor lain mungkin karena kemiskinan , ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup untuk bekerja, bisa juga diakibatkan oleh sistem penggajian yang belum memadai untuk membeli bahan makanan yang cukup dan bergizi, sedangkan pekerja selain memenuhi kebutuhan gizinya sendiri juga akan memenuhi kebutuhan hidup keluarga pekerja tersebut.

Dalam hal kebutuhan gizi bagi pekerja seperti disebutkan di atas didukung oleh pendapat Suma’mur (2009) kondisi gizi kurang diakibatkan oleh kemampuan ekonomi seperti kemiskinan dan tingkat pengupahan yang rendah atau tidak cukupnya pengetahuan tentang masalah gizi yang sangat berkaitan dengan beban pekerjaan yang dilakukannya, ditambah lagi bagi kondisi lingkungan kerja yang buruk.

Keadaan gizi pada pekerja sangat berpengaruh dengan pekerjaannya karena bekerja memerlukan energi yang menghasilkan panas untuk melakukan pekerjaan dan semakin berat beban pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja maka semakin banyak jumlah energi yang digunakan. Jika asupan gizi pekerja tidak cukup maka tubuh akan mengambil cadangan lemak tubuh untuk diubahkan menjadi tenaga, dan bila keadaan ini berlangsung lama akan terjadi penurunan berat badan tenaga kerja tersebut.


(24)

Pekerja yang banyak kekurangan gizi adalah pekerja yang umumnya bekerja ditempat industri kecil, yang belum terjangkau pemerintah dinas tenaga kerja keberadaannya. Kesehatan pekerja belum diperhatikan, umumnya pengusaha hanya terfokus pada hasil produksi yang maksimal dan meraup keuntungan, tanpa memperhatikan efek yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan, sedangkan produksi maksimal sebenarnya dapat dicapai jika salah satu faktor penentu adalah derajat kesehatan tenaga kerja dalam keadaan optimal. Pengusaha dalam merekrut tenaga kerja sering tidak memperhitungkan jumlah tenaga dengan beban pekerjaan yang ada, pengusaha mempekerjakan tenaga kerja bervariasi, baik jumlah tenaga, penggajian maupun waktu/jam kerja.

Beban kerja bila ditinjau dari waktu kerja, terutama di sektor industri kecil, industri rumah tangga, pengusaha mempekerjakan tenaga kerja dengan memberi pekerjaan yang harus selesai pada hari itu juga, atau pekerjaan rutin yang harus dikerjakan sampai tuntas setiap hari. Sementara untuk menyelesaikan tugas tersebut seharusnya jumlah tenaga kerja melebihi dari tenaga kerja yang ada. Keadaan seperti ini jelas bahwa tidak sesuai bagi kesehatan pekerja, yang seharusnya waktu kerja normal di Indonesia 8 jam sehari. Menurut Herrianto (2010) pekerjaan manual di sektor industri yang menggunakan waktu bekerja 8 jam sehari, seseorang tenaga kerja itu dapat bekerja tanpa kelelahan dan waktu istirahat singkat serta sering sangat bermanfaat untuk kebugaran tubuh pekerja.

Ditinjau dari segi penggajian, banyak pekerja yang digaji dibawah upah minimun rata-rata yang ditetapkan pemerintah. Waktu kerja yang berlebih tidak


(25)

dibayar sebagai upah lembur, sehingga gaji yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan gizinya tidak mencukupi, karena selain memenuhi kebutuhan gizinya sendiri, pekerja juga memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sedangkan asupan gizi yang baik sangat berkaitan dengan beban pekerjaan serta produktivitas kerjanya. Hal ini didukung oleh penelitian Nugroho (2007) ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas tenaga kerja wanita di bagian pengepakan PT. Tobacco Gembongan Kartasura.

Peneliti merencanakan melakukan penelitian tentang pengaruh beban kerja terhadap status gizi pekerja, karena sampai saat ini keadaan gizi pekerja belum diperhatikan oleh pihak pengusaha maupun pekerja itu sendiri, ditambah kurangnya pengetahuan mereka mengenai keterkaitan antara kebutuhan gizi dengan faktor pekerjaan. Pengusaha hanya menginginkan bagaimana agar pekerja menghasilkan produk yang maksimal, tanpa memikirkan beban pekerjaan yang ada dengan perekrutan tenaga kerja. Selain itu gaji yang diberikan masih rendah, dimana gaji tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan pekerjaannya.

Di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang, peneliti melihat banyak peternakan ayam broiler, dimana masing-masing peternak bekerjasama dengan pengusaha PIR yang antara lain PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, PT. Unggas Jaya Bersinar dan PT. Satwa Utama Raya. Peternakan ayam di desa ini ada sebanyak 38 kandang dengan jumlah pekerja 67 orang (masing-masing 1, 2 atau 3 orang pekerja pada satu kandang), umumnya 1 keluarga, suami,


(26)

istri dan anak yang sudah dewasa. Pekerja tinggal di lokasi peternakan dan pekerja ini disebut anak kandang.

Hasil wawancara pada saat survei awal dengan beberapa orang pekerja, peneliti telah mendapatkan data yang diperlukan, yaitu pekerja pada peternakan ayam broiler ini bekerja pagi, siang dan malam. Anak ayam yang dipelihara dalam kandang mulai dari umur 2 hari sampai panen, pada saat umur ayam mencapai usia 35 s/d 40 hari, disebut 1 periode. Jumlah ayam yang dipelihara dalam 1 kandang bervariasi mulai dari 4000 ekor dan 5000 ekor ayam. Jika anak ayam baru masuk dalam kandang, perlu penanganan lebih intensif karena masih berumur 2 hari, masih rentan terhadap lingkungan kandang, dan selanjutnya anak ayam ini harus dibangunkan pada malam hari setiap 1 jam sekali agar dapat makan terus menerus. Situasi ini berlangsung lebih kurang 10 hari sehingga mengakibatkan waktu tidur dan istirahat pekerja tidak teratur.

Pekerjaan rutin pada peternakan ayam ini adalah memberi makan dan minum ayam dengan cara membagi-bagikan pakan ketempat makan dan mencampurkan vitamin kedalam air minum ayam 4 kali sehari. Pakan ternak sejumlah lebih kurang 14 ton dalam 1 periode atau lebih kurang 350 kg dalam sehari harus diangkat dan angkut dari gudang penyimpanan ke atas kandang, dimana tinggi kandang 2 meter diatas permukaan tanah. Tempat makan dan minum ayam harus dibersihkan 2 kali sehari sebanyak lebih kurang 80 buah, demikian juga dengan alas lantai tempat ayam harus diganti 2 minggu sekali.


(27)

Setelah panen, kandang dan peralatan harus dibersihkan secara keseluruhan dengan air dan disemprot pakai formalin agar kandang betul-betul bersih dari kotoran dan kuman penyakit ayam, untuk menunggu anak ayam masuk ke dalam kandang pada periode berikutnya.

Selain kerja berat dan waktu kerja yang melebihi dari waktu kerja seharusnya, namun gajinya rendah, dalam 1 periode hanya digaji Rp. 1,2 juta dengan 30 kg beras untuk pekerja pada satu kandang. Jika pada waktu penjualan (panen) jumlah ayam (kg) mencapai target yang telah ditetapkan PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, pekerja akan mendapat bonus maksimal Rp. 1 juta, lalu dibagi dua dengan pemilik peternakan, akan tetapi jika tidak mencapai target, maka bonus tidak ada. Gaji yang diterima tidak memadai untuk membeli bahan pangan bergizi sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya, karena pekerja juga harus membagi keuangan dengan kebutuhan anggota keluarganya. Pekerja berpenampilan kurus dan pucat karena kerjanya berat dan waktu kerjanya juga melebihi standar namun gizi kurang diperhatikan.

Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini, karena sebelum mengadakan survei awal, peneliti sudah pernah tiga kali mengunjungi beberapa peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo ini. Peneliti melihat berbagai masalah di lokasi ini, selain beban kerja berat, waktu kerjanya juga melebihi waktu kerja seharusnya, jelas tidak sesuai bagi kesehatan pekerja. Sementara dengan menambah atau memperpanjang waktu kerja secara otomatis akan menambah beban pekerjaannya, sedangkan selain beban kerja yang sesungguhnya pekerja akan mendapat beban tambahan seperti lingkungan


(28)

tempat kerja tersebut (lingkungan fisik, biologis dan psikologis). Berdasarkan uraian di atas peneliti berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh beban kerja yang dilakukan setiap hari dan asupan kalori terhadap status gizinya.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka permasalahan penelitian adalah apakah ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan), asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan), asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan), asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi pekerja, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tenaga kerja khususnya yang ada di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo,


(29)

mengenai pengaruh pekerjaan yang dilakukan setiap hari terhadap kebutuhan gizinya yang harus seimbang dengan beban kerjanya, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, daya kerja dan produktivitasnya.

2. Bagi peternak, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan boleh secara bersama-sama untuk memperhatikan dan menerapkan gizi kerja yang baik sesuai dengan beban kerja yang ada di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo, karena semakin berat beban kerja yang dilakukan, maka semakin banyak asupan kalori atau bahan makanan yang dibutuhkannya.

3. Bagi perkembangan ilmu, merupakan khasanah ilmu yang dapat menambah pengetahuan dan pengembangan penelitian tentang gizi pekerja, di masa yang akan datang.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Herrianto (2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Menurut Nurmianto (2003) beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh tenaga kerja dalam jangka waktu tertentu. Semua pekerjaan harus selalu diusahakan dengan sikap kerja yang ergonomis. Beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit atau kurang (Munandar, 2008).

2.1.1. Beban kerja berlebih

Beban kerja berlebih, timbul sebagai akibat dari kegiatan yang terlalu banyak diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Munandar (2008) menyatakan bahwa beban kerja berlebih secara fisik dan mental adalah melakukan terlalu banyak kegiatan baik fisik maupun mental, dan ini dapat merupakan sumber stres pekerjaan.

Beban kerja berlebih, akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak untuk menyelesaikan semua tugas yang telah ditetapkan, dan


(31)

ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan diharapkan dapat diselesaikan secara cepat, dalam waktu sesingkat mungkin. Waktu merupakan salah satu ukuran, namun bila desakan waktu dapat menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan pekerja menurun, maka itulah yang merupakan cerminan adanya beban kerja berlebih.

Adanya beban berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik pada kesehatan pekerja. Menurut Munandar (2008) yang mengutip pendapat Friedmen dan Rosenman (1974) menunjukkan bahwa desakan waktu tampaknya memberikan pengaruh tidak baik, pada sistem cardiovasculer, terutama serangan jantung prematur dan tekanan darah tinggi.

2.1.2. Beban kerja terlalu sedikit atau kurang

Beban kerja terlalu sedikit atau kurang, merupakan sebagai akibat dari terlalu sedikit pekerjaan yang akan diselesaikan, dibandingkan waktu yang tersedia menurut standar waktu kerja, dan ini juga akan menjadi pembangkit stres. Pekerjaan yang terlalu sedikit dibebankan setiap hari, dapat mempengaruhi beban mental atau psikologis dari tenaga kerja. Berdasarkan pendapat Munandar (2008) dapat disimpulkan bahwa beban kerja terlalu sedikit, karena tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya atau untuk mengembangkan kecakapan potensinya secara penuh. Keadaan ini menimbulkan kebosanan dan akan menurunkan semangat kerja serta motivasi kerja, timbul rasa ketidakpuasan bekerja, kecenderungan meninggalkan pekerjaan, depresi, peningkatan kecemasan, mudah tersinggung dan keluhan psikosomatik.


(32)

2.1.3. Beban kerja berdasarkan jenis pekerjaan

Berdasarkan jenis pekerjaan, beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja ringan, sedang dan berat. Menurut WHO dalam Santoso (2004) penggolongan pekerjaan/beban kerja meliputi kerja ringan yaitu jenis pekerjaan di kantor, dokter, perawat, guru dan pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin). Kerja sedang adalah jenis pekerjaan pada industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan, petani, kerja di toko dan pekerjaan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin). Kerja berat adalah jenis pekerjaan petani tanpa mesin, kuli angkat dan angkut, pekerja tambang, tukang kayu tanpa mesin, tukang besi, penari dan atlit.

2.1.4. Faktor yang memengaruhi beban kerja

Menurut Tarwaka (2004) secara umum beban kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor external maupun internal. Pengaruh faktor external adalah faktor yang mempengaruhi beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja antara lain tugas-tugas yang dilakukan bersifat fisik seperti tempat kerja, sarana kerja dan sikap kerja. Selain itu organisasi kerja juga dapat memengaruhi beban kerja seperti, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam dan sistem pengupahan. Lingkungan kerja dapat memberikan beban tambahan pada pekerja seperti suhu udara, intensitas penerangan, kebisingan, pencemaran udara, bakteri, virus, parasit, jamur dan serangga.

2.1.5. Kapasitas kerja

Kapasitas Kerja merupakan berat ringannya beban kerja yang dapat diterima oleh tenaga kerja, dan dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang


(33)

tenaga kerja dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya. Semakin berat beban kerja, akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

Herrianto ( 2010 ) menyatakan bahwa untuk pekerjaan manual di sektor industri yang menggunakan waktu selama 8 jam per hari, seseorang dapat bekerja paling banyak 33 %, dari kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Sedangkan untuk pekerjaan manual selama 10 jam per hari, seseorang dapat bekerja hanya 28 %, dari kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Kapasitas kerja individu tergantung pada derajat kebugaran tubuh, kapasitas kerja otot dan kapasitas kerja jantung. 2.1.6. Waktu kerja

Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan organ tubuh secara terorganisasi dalam waktu tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka akan menambah berat beban kerja yang diterimanya dan sebaliknya jika waktu yang digunakan oleh tenaga kerja itu dibawah waktu kerja sebenarnya maka akan mengurangi beban kerja. Suma’mur (2009) menyatakan bahwa aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi, lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik, hubungan antara waktu kerja dan istirahat, dan waktu bekerja menurut periode waktu (pagi, sore, dan malam hari)

Lamanya seseorang bekerja secara normal dalam sehari pada umumnya 8 jam, sisanya 16 jam lagi dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,


(34)

istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan, biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas. Bekerja dalam waktu yang berkepanjangan, timbul kecenderungan terjadi kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan kerja serta ketidakpuasan. Dalam seminggu, seseorang umumnya dapat bekerja dengan baik selama 40 jam.

Menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat 1, setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja meliputi, 7 jam dalam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja, atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja. Ketentuan ini tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja tersebut, wajib membayar upah kerja lembur. Selanjutnya pasal 79 ayat 1, pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja. Waktu istirahat dan cuti meliputi, istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam, setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja, istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu, dan cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari kerja, setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus menerus.

2.1.7. Dampak beban kerja berlebih terhadap tenaga kerja 2.1.7.1. Penurunan berat badan

Beban kerja yang terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan drastis berat badan yang bersangkutan. Ukuran berat badan seseorang umumnya tergantung


(35)

dari keseimbangan antara asupan zat gizi dengan penggunaan zat gizi atau aktivitasnya. Beban kerja berlebih, mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi sesorang tenaga kerja, harus sesuai dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperti beban kerja berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak (Munandar, 2008).

2.1.7.2. Timbulnya stres pekerjaan

Beban kerja yang berlebihan dapat menimbulkan stres, karena kebutuhan untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak, baik secara fisik maupun mental, sehingga merupakan sumber stres pekerjaan. Hal ini didukung oleh penelitian Prihatini (2007) ada hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di tiap ruang rawat inap di RSUD Sidikalang.

2.1.7.3. Penyakit akibat kerja

Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan pekerja menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Prihatini (2007) yang mengutip penelitian Suciani (2006), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar. Menurut Sihombing (2010 ) bekerja dapat berdampak buruk terhadap kesehatannya, terutama bagi pekerja berat, karena status kesehatan pekerja sangat berhubungan dengan pekerjaannya.

2.1.7.4. Kelelahan kerja

Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh, agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut, semuanya berakibat kepada penurunan daya


(36)

kerja. Kelelahan diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Suma’mur, 2009). Menurut penelitian Masnelly Lubis (2007) ada pengaruh signifikan antara beban kerja terhadap efektifitas pekerjaan perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan.

Semakin berat beban kerja atau semakin lama waktu kerja seseorang maka akan timbul kelelahan kerja. Beban kerja berlebih dapat menimbulkan kelelahan. Hal ini didukung oleh Penelitian Febriani (2010) ada pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta. Selanjutnya Budiono dkk, (2003) terdapat dua jenis kelelahan meliputi, kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai dengan gejala tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja.

Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara, dengan pengelolaan waktu bekerja dan lingkungan tempat kerja. Banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis. Pemanfaatan masa libur, rekreasi, kecukupan gizi, penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, adalah merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan.


(37)

2.1.8. Analisis beban kerja

Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang pekerja. Menurut Suyudi (2004), analisa beban kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan kerja.

2.1.8.1. Perhitungan beban kerja

Perhitungan beban kerja merupakan suatu usaha pengamatan dan pengukuran waktu, terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, secara sistematis. Perhitungan ini, menjurus kepada penyelidikan terhadap seluruh aspek yang memengaruhi pekerja dan sangat diperlukan bagi perusahaan untuk menjaga kesetabilan produktivitas yang tinggi atau menaikkan produktivitas kerja yang masih rendah. Namun pengukuran kerja pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar beban kerja seorang pekerja dapat memengaruhi status gizinya, karena agar pekerja itu tetap sehat dan produktif maka asupan gizinya harus disesuaikan dengan berat ringannya pekerjaan yang dilakukannya.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk perhitungan beban kerja, tergantung dari tujuan melakukan perhitungan beban kerja tersebut, salah satunya adalah (Motion and Time Study) analisis gerak dan waktu (Barnes, 1980). Pada


(38)

metode ini peneliti mengamati pergerakan dan waktu dari seorang pekerja mulai dari awal sampai selesai suatu pekerjaan yang dikerjakan. Metode ini sesuai untuk perhitungan beban kerja, jika tujuannya untuk mengetahui seberapa besar beban kerja yang diterima oleh seorang pekerja.

Asri (1979) yang mengutip pendapat Mundel (1973) alat analisis yang umum dipakai untuk mengukur kerja dikenal analisa gerak dan waktu (Motion and Time

Study). Analisis gerak dan waktu yang dibutuhkan dalam suatu keadaan tertentu

untuk suatu kegiatan yang dilakukan pekerja dengan bantuan alat pengukur stopwatch dan alat tulis.

Secara terperinci prosedur pengukuran kerja dengan metode analisa gerak dan waktu dapat dibagi seperti langkah-langkah berikut, pertama mempersiapkan peralatan yang dipakai dalam perhitungan beban kerja , alat utama yang digunakan adalah stopwatch untuk mengukur waktu, dan alat tulis untuk membuat catatan yang akan berguna dalam pengukuran. Kedua, memilih pekerja yang tepat, berpengalaman dan terlatih dalam bidangnya atau disebut sebagai pekerja normal. Pada saat pengukuran harus diperhatikan waktu nyata dari suatu pekerjaan, dan sesudah itu, menghitung waktu normal, menetapkan waktu cadangan (kelonggaran) dan waktu standar.

Menghitung waktu normal dapat dilakukan dengan menghitung waktu kerja nyata dari suatu kegiatan mulai dari awal sampai selesai kegiatan tersebut dengan bantuan alat pengukur waktu stopwatch oleh pekerja yang dianggap sebagai pekerja normal (pekerja yang mempunyai kemampuan jasmani, memiliki keterampilan dan


(39)

pengetahuan untuk pekerjaan yang bersangkutan). Menghitung waktu normal secara lebih akurat dapat dilakukan dengan memilih 5 orang pekerja untuk melakukan suatu kegiatan yang sama dengan menghitung waktu kerja mulai dari awal sampai selesai pekerjaan tersebut, kemudian waktu dari masing-masing 5 orang pekerja tadi diambil waktu rata-ratanya, waktu itulah ditetapkan sebagai waktu normal dari kegiatan tersebut.

Waktu cadangan yang disebut dengan waktu kelonggaran (allowances) adalah waktu yang digunakan keperluan ( rest ) istirahat, keperluan pribadi dan (delay) kelambatan kerja ( Barnes, 1980). Waktu kelonggaran diperlukan rata-rata 30% dari jumlah jam kerja formal (Kep/75/M.Pan/7/2004). Jam kerja formal 8 jam per hari untuk 5 hari kerja atau 7 jam per hari untuk 6 hari kerja. Waktu standar adalah waktu normal ditambah waktu kalonggaran (Asri, 1979).

Pengukuran kerja untuk seorang pekerja dengan merangkai semua kegiatan yang akan dilakukan dalam satu hari, lalu dijumlahkan semua waktu normal dari setiap kegiatan tersebut dan ditambah waktu kelonggaran, kemudian sesuaikan dengan jam kerja formal, apakah waktu kerja pekerja tersebut masih sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah atau berlebih.

Yodhia (2009) menyatakan bahwa metode analisa beban kerja adalah proses untuk menghitung beban kerja suatu posisi/sub posisi dan juga kebutuhan jumlah orang untuk mengisi posisi/sub posisi tersebut. Dalam metode ini terdapat tiga tahapan utama yaitu, pertama menentukan output utama dari suatu fungsi/sub fungsi dan kemudian mengidentifikasi rangkaian aktivitas kerja yang dibutuhkan untuk


(40)

menghasilkan output tersebut. Kedua, membuat rangkaian aktivitas menjadi satuan tugas yang lebih spesifik. Ketiga menghitung jumlah waktu total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan per kelompok tugas tersebut. Dari jumlah total jam kegiatan ini kemudian dapat diprediksi berapa kebutuhan jumlah pegawai yang diperlukan untuk menyelesaikan keseluruhan tugas dan dapat diprediksi bahwa waktu kerja dari pekerja itu sesuai dengan waktu kerja formal atau lebih.

2.1.9. Beban kerja pada pekerja peternakan ayam

Peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo termasuk industri rumah tangga yang merupakan wadah lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja. Di desa ini terdapat 38 kandang peternakan ayam broiler, dengan jumlah tenaga kerja 67 orang, dan mempekerjakan 2 atau 3 orang tenaga kerja untuk setiap kandang, umumnya 1 keluarga (suami, istri dan anak yang sudah dewasa), waktu/jam kerjanya 24 jam selama 1 periode atau lebih kurang 40 hari.

Kegiatan pokok pada peternakan ayam broiler ini adalah mengangkat dan mengangkut pakan ternak sebanyak lebih kurang 14 ton atau 350 kg dalam sehari, selama 1 periode (mulai anak ayam masuk kedalam kandang sampai ayam panen). Anak ayam yang masuk kedalam kandang masih berusia 2 hari, harus dibangunkan dimalam hari agar dapat makan terus menerus, situasi ini berlangsung lebih kurang 10 hari. Selanjutnya memberi makan 2 kali sehari, dan mencampur vitamin kedalam air minum serta membagikannya ketempat minum ayam 4 kali sehari.

Pekerja juga harus membersihkan tempat makan dan minum ayam 2 kali sehari sebanyak lebih kurang 80 buah, menjaga sirkulasi dan suhu udara dalam


(41)

ruangan, serta mengganti atal 2 minggu sekali dalam setiap periode. Selanjutnya, bila ayam telah panen harus membersihkan kandang dan peralatan secara keseluruhan sampai bersih (mencuci dengan air dan menyemprot formalin) untuk dapat digunakan pada periode berikutnya ( data survei awal 5 Februari 2011).

2.2. Gizi Tenaga Kerja

Gizi kerja merupakan gizi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan pekerjaannya, agar derajat kesehatan tetap baik, kapasitas kerja maksimal serta produktivitas kerja tercapai setinggi-tingginya. Dengan gizi kerja diharapkan para pekerja dapat mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraannya, memelihara kemampuan bekerja dan produktivitas kerjanya pada tingkat yang optimal, bahkan bila mungkin lebih ditingkatkan (Santoso, 2004).

Menurut Surat Edaran Menaker dan Transmigrasi No.01/Men/1979, tentang pengadaan kantin dan ruang makan. Pengembangan penerapan gizi kerja antara lain, dengan pengadaan kantin dan ruang tampat makan tenaga kerja. Kantin untuk tenaga kerja hendaknya harga makanan dan minuman diupayakan secara layak dengan kemampuan daya beli tenaga kerja serta selalu diusahakan agar nilai gizi makanan tetap mendapat perhatian yang utama. Zat makanan tersebut dan kalori yang ditimbulkannya, penting peranannya untuk memenuhi kalori, agar pekerjaan dapat dilakukan dan banyaknya kalori yang diperlukan sesuai dengan berat ringannya pekerjaan.


(42)

2.2.1. Kebutuhan gizi tenaga kerja Kebutuhan akan zat makanan tergantung kepada usia, jenis kelamin dan

beban kerja. Zat makanan yang dibutuhkan tubuh meliputi keseluruhan zat gizi, yang paling sesuai adalah makanan seimbang. Hal ini didukung oleh Santoso (2004) proporsi zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus seimbang, agar zat gizi tersebut dapat digunakan didalam tubuh dengan sempurna adalah makanan yang komposisi gizinya terdiri atas karbohidrat (60-70%), protein (12-15%), lemak (20-25%), cukup vitamin dan juga cukup mineral.

Kebutuhan zat gizi tersebut diperoleh melalui pola makan yang baik dan sehat. Pola makan pekerja sebaiknya memenuhi tiga kriteria yaitu jumlah makanan yang dikonsumsi sesuai atau seimbang antara kebutuhan dengan penggunaan kalori, jenis dari makanan yang dikonsumsi bervariasi sumbernya. Jadwal makan teratur sebaiknya tiga kali per hari yaitu dianjurkan makan pagi hari untuk mendapatkan kalori kerja di awal bekerja.

Menurut Mitayani dan Sartika (2010) gizi seimbang adalah makanan yang dimakan harus beraneka ragam, memenuhi syarat kecukupan gizi (empat sehat lima sempurna). Sebaiknya makanan, sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan kalori, batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan kalori. Biasakan makan pagi sebelum pergi bekerja, makanlah makanan yang bersumber zat besi, cukup vitamin dan mineral, cukup air putih dan hindari minuman alkohol.

Berdasarkan pendapat Suma’mur (2009) dapat disimpulkan bahwa pengaruh frekwensi makan tiga kali sehari, komposisi makanan, dan memberi kesempatan


(43)

makan pada saat-saat istirahat kerja, dapat mengurangi kelelahan kerja, bahkan meningkatkan daya kerja. Makan di pagi hari sebelum berangkat kerja, mempunyai pengaruh penting pada produktivitas kerja dan makanan sebaiknya mudah dicerna, yang penting berfungsi menambah kalori untuk bekerja. Kebutuhan kalori kerja dapat dipenuhi melalui asupan makanan berimbang, sehingga tidak perlu ditambah frekwensi makan, kecuali makanan selingan pada waktu istirahat, begitu juga dengan zat gizi lainnya seperti protein, vitamin dan mineral.

Tenaga kerja membutuhkan makanan yang cukup dan bergizi, untuk memelihara kondisi tubuh agar selalu prima. Bahan makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja adalah bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi masyarakat pada umumnya, ditambah dengan kebutuhan kalori untuk keperluan melaksanakan pekerjaan. Kekurangan zat gizi mengakibatkan gangguan kesehatan dan produktivitas kerja. Tingkat gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu derajat produktivitas kerjanya. Pekerja berat, jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup, biasanya akan mengalami penurunan berat badan. Makanan dan beban kerja serta faktor lingkungan kerja, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling memengaruhi.

Banyaknya kalori dari makanan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan tubuh sesuai dengan klasifikasi pekerjaan/aktivitas fisik, secara parktis dapat ditentukan sebagai berikut :


(44)

Tabel 2.1. Kebutuhan Kalori Sesuai Kerja

No Jenis Kerja Laki-laki

Kebutuhan kalori/hari (Kkal) Wanita Kebutuhan kalori/hari (Kkal) 1 2 3 Ringan Sedang Berat 2400 2600 3000 2000 2400 2600 Sumber : Santoso (2004)

2.2.2. Dampak gizi kurang pada pekerja

Sampai saat ini keadaan gizi kurang, khususnya kekurangan energi protein, masih merupakan masalah gizi, terutama di negara-negara miskin dan negara sedang berkembang. Penyebab kekurangan gizi antara lain faktor ekonomi, khususnya pengupahan yang rendah atau pendapatan, ketidaktahuan dan kebiasaan makan. Masalah kurang energi protein adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang dapat menurunkan kualitas fisik serta meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Manifestasi kurang energi protein, tercermin dalam bentuk fisik.

Seorang tenaga kerja hanya dapat bekerja, selama ia memiliki kalori yang diperoleh dari makanan. Gizi kerja yang baik, sesuai dengan beban kerja yang diterimannya akan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja, sehingga angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja maupun penyakit umum dapat ditekan seminimum mungkin dan angka mangkir kerja karena sakit juga akan turun dengan sendirinya, yang pada akhirnya produktivitas akan meningkat.

Kekurangan gizi mempunyai dampak yang negatif, karena orang yang menderita kekurangan gizi khususnya kalori akan memengaruhi kemampuan kerja, waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya pun semakin panjang, sehingga


(45)

produktivitas menurun. Adapun akibat dari gizi kurang terhadap tenaga kerja sebagai berikut :

2.2.2.1.Penurunan berat badan Berat badan merupakan petunjuk utama untuk mengetahui individu itu

kekurangan atau kelebihan masukan kalori dari makanan. Kebutuhan akan zat gizi tidak dapat dipenuhi hanya dengan satu atau dua jenis bahan makanan saja, karena pada umumnya tidak ada satu bahan makanan yang mengandung zat gizi secara lengkap. Bila asupan makanan tidak dipilih sesuai dengan gizi yang diperlukan maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi.

Keadaan gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu tingkat produktivitasnya. Beban kerja terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan drastis berat badan (Rahmawati, 2008). Penurunan berat badan sebagai pertanda kurang gizi yang dapat berakibat tenaga kerja mudah sakit.

2.2.2.2. Penurunan daya tahan tubuh

Pekerja akan mudah terkena penyakit jika menderita gizi kurang. Gizi kurang menyebabkan kekebalan tubuh menurun, dan dapat menjadi sakit sehingga angka absen kerja meningkat serta biaya berobat yang harus dikeluarkan perusahaan akan meningkat pula. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan kemampuan untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi, daya kerja, produktivitas, dan kualitas hidup akibat sering sakit, karena pekerja yang sehat ditentukan dari asupan gizi yang baik (Kurniasih, 2010).


(46)

2.2.2.3. Anemia

Anemia gizi adalah masalah masyarakat pada umumnya, namun pada tenaga kerja juga cukup tinggi yaitu prevalensi anemia gizi pada tenaga kerja dapat mencapai sekitar 50 %, penyebabnya antara lain kekurangan gizi makanan secara keseluruhan terutama defisiensi zat besi. Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kadar haemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok umur yang bersangkutan. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk) dan kecacingan yang masih tinggi.

Tabel 2.2. Kadar Haemoglobin(Hb) Sebagai Indikator Anemia.

No Usia / jenis kelamin Kadar HB (g/l)2

1 2 3 4 5 6

Anak 6 bulan – 5 tahun Anak 5-11 tahun Anak 12-13 tahun Wanita tidak hamil Wanita hamil Laki-laki dewasa < 11,0 < 11,5 < 12,0 < 12,0 < 11,0 < 13,0 Sumber : Fatmah (2010).

Jumlah zat besi dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tubuh (hamil). Zat besi bersumber dari asupan makanan setiap hari, dimana dalam tubuh sebagian disimpan di hati dalam bentuk ferritin, apabila konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, maka zat besi dari ferritin dimobilisasi untuk memproduksi haemoglobin. Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah mengangkut oksigen (O2) dan CO2 serta untuk pembentukan darah. Jumlah zat besi


(47)

yang harus diserap tubuh setiap hari 1 mg yang terkandung dalam makanan. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani untuk produktivitas kerja, karena sel-sel tubuh tidak tercukupi kebutuhannya akan oksigen (Khomsan, 2010).

2.2.3. Status Gizi

Status gizi pada dasarnya merupakan keadaan konsumsi makanan yang kita makan setiap hari, atau merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan zat gizi dan suplai zat gizi. Jadi untuk mengetahui seberapa jauh seseorang telah memperhatikan kecukupan jumlah makanan serta mutu gizinya dengan jelas akan tercermin dalam status gizi. Menurut Waspadji (2010) yang mengutip pendapat Habict (1979), status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan gizi, dan pengeluaran yang terlihat melalui suatu indikator status gizi. Menurut Almatsier (2009) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dan dapat dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik/normal dan lebih.

2.2.4. Penilaian status gizi Untuk mengetahui status gizi pekerja dapat dilakukan dengan penilaian status

gizi secara langsung dan penilaian tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung adalah dengan pemeriksaan secara antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah dengan pemeriksaan survei makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Waryana, 2010).

Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh. Pengukuran antropometri


(48)

bertujuan mengetahui status gizi berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya, misalnya berat badan dan tinggi badan menurut umur (BB dan TB/U) berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB) (Sibagariang, 2010).

Dari beberapa cara pengukuran status gizi, pengukuran antropometri merupakan cara yang paling sering digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu alat mudah diperoleh, pengukuran mudah dilakukan, biaya murah, hasil pengukuran mudah disimpulkan, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu. Penilaian berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) adalah untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran berat dan tinggi badan (Arisman, 2007).

Cara penilaiannya dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini dan selanjutnya hasil perhitungan indeks massa tubuh disesuaikan dengan tabel 2.3

Tabel 2.3. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh

No Status gizi Laki-laki Perempuan

1 Kurus <20,1 <18,7

2 3

Normal Rata-rata

20,1-25,0 22,0

18,7-23,8 20,8

4 Obesitas >25,0 >23,8


(49)

2.3. Landasan Teori

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan antara pengeluaran energi lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi dan begitu juga sebaliknya akan terjadi kelebihan, jika berlangsung lama akan timbul masalah gizi (Waspadji, 2010).

Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisen akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2001)


(50)

Menurut UNICEF (1998) gizi kurang disebabkan oleh beberapa faktor yang kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah seperti dibawah ini :

Dampak

Penyebab lansung

Penyebab tdk langsung

Pokok masalah Kurang pendidikan, pengetahuan, penghasilan, keterampilan ibu di masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan. Akar

masalah

Gambar 2.1 Teori menurut UNICEF (1998) Status gizi

Aktivitas fisik,

Beban kerja Asupan gizi Penyakit Infeksi

Kebutuhan Aktifitas, Gizi kerja

Tdk cukup persediaan pangan

Pola asuh anak tdk memadai

Sanitasi lingkungan, air bersih, pelay.kes. yg

tdk memadai

Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya manusia


(51)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pada kerangka konsep, variabel bebas penelitian ini adalah beban kerja dengan sub variabel waktu kerja dan jenis kegiatan. Waktu kerja meliputi waktu kerja kurang, jika para pekerja di peternakan ayam bekerja kurang dari 8 jam per hari, dan waktu kerja berlebih, jika ternyata waktu kerjanya lebih dari waktu standar yaitu lebih dari 8 jam per hari. Sedangkan jenis pekerjaan meliputi pekerjaan ringan, sedang dan pekerjaan berat seperti angkut dan angkat pakan ternak. Beban kerja dan asupan kalori sangat berkaitan dan akan memengaruhi status gizi pekerja.

Beban Kerja : - Waktu kerja

- Jenis kegiatan

Status Gizi Pekerja


(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyanto, 2007).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, karena pada lokasi ini peneliti melihat beberapa masalah, baik beban kerjanya dari segi waktu kerja dan penampilan pekerja umumnya kurus. Dari segi waktu, jam kerja belum ada ketentuan, untuk menyelesaikan pekerjaan di peternakan ayam ini memerlukan waktu kerja siang dan malam, jumlah tenaga tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang ada, sehingga para pekerja menggunakan waktu kerja melebihi jam kerja standar yang telah ditetapkan pemerintah yaitu 8 jam per hari.

3.2.2. Waktu penelitian


(53)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang bekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang sebanyak 67 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel, namun pada saat pengambilan data dilakukan ada 4 kandang pekerjanya yang libur, pekerja tidak berada ditempat, sehingga peneliti mewawancarai pekerja pada peternakan yang aktif berproduksi saja yaitu sebanyak 58 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pekerja melalui wawancara langsung di peternakan ayam broiler meliputi identitas pekerja, beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan), asupan kalori, tinggi badan dan berat badan. Waktu kerja diperoleh melalui, pengukuran waktu kerja nyata pekerja normal dari setiap kegiatan di peternakan ayam broiler ini. Asupan kalori diperoleh dengan cara food recall 24 jam. Sedangkan berat dan tinggi badan pekerja diperoleh malalui pengukuran langsung.


(54)

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kelurahan Desa Silebo-lebo yang berhu bungan dengan petenakan ayam serta gambaran umum masyarakat dan wilayah Desa Silebo-lebo.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel independen yaitu beban kerja (waktu kerja, jenis pekerjaan) dan asupan kalori. Variabel dependen yaitu status gizi pekerja.

3.5.2. Definisi operasional

1. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan atau aktivitas yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.

a. Waktu kerja adalah waktu yang digunakan pekerja untuk melakukan setiap pekerjaan dari awal bekerja sampai selesai.

b. Jenis kegiatan adalah jenis pekerjaan yang dapat digolongkan kedalam kerja ringan, kerja sedang dan kerja berat.

2. Asupan kalori adalah banyaknya nilai energi (kalori) dari makanan yang dimakan dalam sehari.

3. Status gizi pekerja adalah keadaan tubuh pekerja sebagai akibat dari jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari, dan pada orang dewasa/pekerja dapat dibedakan antara status gizi kurang, status gizi normal dan status gizi lebih.


(55)

3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Waktu kerja

Waktu kerja dapat diukur dan dihitung dengan metode analisis gerak dan waktu (Motion and Time Study) dengan menggunakan bantuan alat stopwacth dan alat tulis. Pada penelitian ini, kegiatan rutin dilakukan berulang-ulang, maka digunakan tipe pengukuran (predetermined time-standard data). Metode ini berdasarkan atas gagasan bahwa semua pekerjaan dapat diperinci menjadi serangkaian gerakan dasar.

Waktu dapat ditentukan untuk setiap gerakan dasar dengan peralatan stopwatch, untuk menciptakan suatu bank data waktu. Dengan menggunakan bank data waktu standar dapat ditetapkan bagi setiap pekerjaan yang mencakup gerakan-gerakan dasar tersebut. Jadi pekerjaan yang akan diukur waktu standarnya diperinci menjadi unsur-unsur gerakan dasar yang waktu masing-masing gerakan telah diketahui (dipublikasikan). Waktu setiap unsur kemudian ditambahkan sehingga besarnya waktu total untuk pekerjaan tersebut dapat ditentukan.

Predetermined time data didasarkan atas tiga asumsi yaitu pertama bahwa waktu yang diperlukan oleh banyak individu untuk melaksanakan unsur pekerjaan yang sama akan mendekati distribusi normal. Kedua waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan terpisah adalah bersifat dapat ditambahkan. Ketiga bahwa analis studi waktu mempunyai kemampuan untuk menggambarkan secara akurat prosedur melakukan pekerjaan, merinci pekerjaan menjadi unsur-unsur yang tepat, sehingga dapat menentukan waktu cadangan secara tepat.


(56)

Sebelum melakukan pengukuran, semua jenis kegiatan dirangkai lebih rinci, untuk mendapatkan data standar dari masing-masing kegiatan. Waktu normal dapat ditentukan dari menghitung waktu kerja nyata seorang pekerja normal, dan dapat dilakukan untuk masing-masing jenis kegiatan (Handoko, 2000).

Pengukuran kerja pada pekerja peternakan ayam broiler ini dilakukan melalui pengukuran waktu kerja pekerja normal. Jika memberi makan ayam dilakukan oleh pekerja normal dengan menggunakan waktu 1 siklus, jika kegiatan dilakukan berulang-ulang (Handoko, 2000 : 201) = 30 mt/siklus dan memberi minum ayam 1 siklus = 20 mt (disebut waktu normal), maka jika pekerja lain di peternakan ayam broiler ini melakukan kegiatan memberi makan ayam 2 siklus berarti 2 x 30 mt = 60 mt, dan memberi minum ayam 2 siklus berarti 2 x 20 mt = 40 mt dan seterusnya.

Waktu cadangan atau kelonggaran (allowances time = AT) adalah waktu yang digunakan pekerja untuk istirahat, keperluan pribadi dan kelambatan kerja,

besarnya 30 % dari waktu normal (Kep/75/M.Pan/7/2004). Sedangkan waktu standar adalah waktu yang diperlukan seorang pekerja dalam melakukan setiap jenis kegiatan dalam sehari dengan rumus : standard time (ST) = NT + AT (Asri, 1979).

Dalam hal ini jika jenis kegiatan pekerja memberi makan ayam, maka waktu standar pekerja tersebut adalah : ST = 60 mt (data waktu normal di atas) + 30 % (60) = 60 mt + 18 mt, berarti standard time (waktu standar) = 78 mt.

Waktu standar dari semua kegiatan kemudian dijumlahkan, sehingga besarnya waktu standar total pekerjaan tersebut dalam 1 hari dapat ditentukan (Handoko,


(57)

2000:204). Untuk mendapatkan standard time dari seorang pekerja peternakan ayam broiler dalam sehari dengan berbagai jenis kegiatan adalah seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Contoh Perhitungan Waktu Kerja di Peternakan Ayam Broiler

No Jenis kegiatan Sehari NT

(mt)

NT (mt)

AT (30%

NT) (mt)

ST (∑ NT

+AT (mt)

1x 2x 3x 4x

1 Memberi makan ayam √ 30 60 18 78

2 Memberi minum ayam √ 20 40 12 62

3 n………. n mt

Total waktu standar 140+n

mt. Sumber : Handoko (2000)

Total waktu standar dijumlahkan selama 1 periode (40 hari) dikurang 5 hari minggu, kemudian total waktu standar tersebut dirata-ratakan selama hari kerja efektif yaitu 35 hari, untuk mendapatkan waktu kerja dalam sehari. Waktu kerja sehari dari masing-masing pekerja tersebut dapat diketahui, apakah waktu kerja masih sesuai standar menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat 1, yaitu 8 jam/hari dan 40 jam seminggu.

Jika waktu standar telah dapat ditentukan, maka untuk menentukan waktu kerja seorang pekerja dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Waktu kerja kurang, jika waktu digunakan untuk bekerja kurang dari 8 jam/hari. b. Waktu kerja standar, jika waktu yang digunakan untuk bekerja sesuai dengan

standar 8 jam/hari dan 40 jam seminggu.


(58)

3.6.2. Jenis kegiatan

Pengukuran berat ringannya beban kerja berdasarkan jenis kegiatan adalah dengan analisa penggolongan jenis pekerjaan menurut WHO. Jenis pekerjaan ringan adalah kebersihan, mencuci. Jenis pekerjaan sedang adalah pekerjaan pada industri kecil, sedangkan jenis pekerjaan berat adalah seperti kuli angkat dan angkut. Pada peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo jenis kegiatan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Kerja ringan, jika pekerja melakukan pekerjaan membersihkan dan mencuci tempat makan dan minum ayam setiap hari dan waktu kerja < 8 jam/hari.

b. Kerja sedang, jika pekerja melakukan pekerjaan rutin di peternakan ayam seperti memberi makan dan minum ayam, membersihkan tempat makan dan minum ayam selama 8 jam/hari atau 40 jam seminggu.

c. Kerja berat, jika pekerja melakukan pekerjaan rutin di peternakan serta mengangkat dan mengangkut pakan ternak setiap hari.

3.6.3. Asupan kalori

Metode pengukuran asupan kalori untuk individu pada penelitian ini adalah metode ingatan 24 jam (24-hours recall method). Metode ini untuk menilai konsumsi pangan pekerja dengan melakukan cara mengingat-ingat apa saja yang dimakan selama kurun waktu 24 jam (Siagian, 2010). Pengumpul data melakukan wawancara dan pencatatan jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi selama kurun waktu 24 jam yang lalu dan dilakukan 2 x 24 jam, dengan ukuran rumah tangga.


(59)

Pengukuran asupan kalori dengan menggunakan formulir ingatan 24 jam. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM dan Nutri Survey Software serta membandingkannya dengan AKG untuk pekerja ringan, pekerja sedang dan pekerja berat. Hasil wawancara asupan kalori yang diperoleh melalui food recall 24 jam akan disesuaikan dengan kebutuhan kalori beban kerja yang dilakukan pekerja seperti dibawah ini (Santoso, 2004) :

a. Asupan kalori untuk beban kerja ringan, 2400 kalori /hari untuk laki-laki dan 2000 kalori/hari untuk perempuan.

b. Asupan kalori untuk beban kerja sedang, 2600 kalori/hari untuk laki-laki dan 2400 kalori/hari untuk perempuan.

c. Asupan kalori pada pekerja berat, jika asupan minimal 3000 kalori/hari untuk laki-laki dan 2600 kalori untuk perempuan.

3.6.4. Status gizi pekerja

Status gizi pekerja diukur dengan menggunakan antropometri berdasarkan indeks massa tubuh yang diperoleh dengan membandingkan berat badan (kg) dan tinggi badan kwadrat (m). Data berat badan dan tinggi badan diperoleh dengan melakukan pengukuran secara langsung. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,001 kg, sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan pengukur microtoise dengan memiliki ketelitian 0,1 cm. Setelah data berat dan tinggi badan pekerja diperoleh, maka indeks massa tubuh pekerja dapat dihitung dengan rumus berikut :


(60)

Hasil perhitungan indeks massa tubuh (IMT) pekerja (Irianto, 2007) adalah : a. Status gizi kurang, jika IMT laki-laki <20,1 dan IMT perempuan <18,7

b. Status gizi baik, jika IMT laki-laki 20,1-25,0 dan IMT perempuan 18,7-23,8 c. Status gizi lebih, jika IMT laki-laki >25,0 dan IMT perempuan >234,8.

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

No Nama Variabel Jlh

pengukuran Cara dan alat ukur Skala ukur Hasil pengukuran 1 2 3 4 Waktu kerja Jenis kegiatan Asupan kalori

Status gizi pekerja

16 16 3 2 wawancara, stopwacth wawancara wawancara, food recall

alat ukur BB, dan TB

ordinal

ordinal

ordinal

ordinal

< 8 jam/hari 8jam /hari > 8jam/hari kerja ringan kerja sedang kerja berat kurang baik lebih

status gizi kurang status gizi normal status gizi lebih

3.7. Metode Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini mencakup :

1. Analisis univariat, dilakukan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) mengenai variabel-variabel independen dan variabel dependen (beban kerja, asupan kalori dan status gizi pekerja). Data tersebut akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan selanjutnya dilakukan analisis terhadap tampilan data tersebut.


(61)

2. Analisis bivariat, dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen, menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95% (p < 0,05). Variabel independen yang masuk kedalam model analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik multinomial, harus memiliki nilai p < 0,25 pada hasil uji bivariat.

3. Analisis multivariat adalah analisis lanjutan dari analisis bivariat yang memiliki nilai p < 0,25. Analisis ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara variabel independen (beban kerja dan asupan kalori) terhadap variabel dependen (status gizi pekerja) dengan menggunakan uji regresi logistik multinomial. Uji ini digunakan karena variabel dependen penelitian ini adalah lebih dari dua kategori dengan skala ordinal (Hosmer dan Lemeshow, 1989)

Untuk model regresi logistik multinomial, jika variabel dependen terdiri dari tiga kategori yang masing-masing diberi kode 0,1,2, maka pada penelitian ini status gizi kurang diberi kode 0, baik dengan kode 1 dan status gizi lebih diberi kode 2. Persamaan model regresi logistik multinomial dapat dituliskan sebagai berikut (Hosmer dan lemeshow, 1989) :

gj(x) = βj0 + βj1x1 + βj2x2 + βj3x3….+ βjp xp ; j = 0,1,2

Keterangan : gj(x) : variabel dependen yang berupa variabel kategori politomus dengan skala pengukuran nominal (logit pada variabel j; j=0,1,2)

xp : variabel independen


(62)

βjo : persamaan parameter koefisien regresi.

Jika pada variabel independen terdapat skala kategori, maka dilakukan transformasi dengan memasukkan (dummy variable) ke dalam model. Dengan demikian fungsi logistik dengan p variabel independen dan m dummy variable akan menjadi :

gj(x) = βj0 + βj1x1 + βj2x2 + βj3x3 + + βjp xp

Keterangan : βjmvDjmv = dummy variable dari variabel ke - m fungsi logit ke - j

Secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logostik multinomial adalah :

1. Melakukan pengujian parameter secara simultan untuk mengetahui kesesuaian model analisis tersebut.

2. Melakukan pengujian parameter secara parsial untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dalam model tersebut.

3. Melakukan interpretasi terhadap nilai rasio kecenderungan yang terbentuk.

Untuk penyelesaian sampai diperoleh nilai estimasi parameternya digunakan algoritma Newton Raphson, setelah itu dilakukan uji taraf nyata parameter menggunakan uji ratio likelihood dan uji wald.

a. Pengujian parameter dengan uji likelihood ratio (uji simultan)

Statistik uji G, yaitu uji yang digunakan untuk menguji peranan variabel independen dalam model secara bersama-sama (Hosmer dan Lemeshow, 1989).


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan signifikan antara beban kerja (waktu kerja dan jenis kegiatan) dengan status gizi pekerja.

2. Ada hubungan signifikan antara asupan kalori dengan status gizi pekerja

3. Tidak ada pengaruh waktu kerja, jenis kegiatan dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja. Hal ini disebabkan karena konsumsi makanan dari sebagian besar pekerja, masih dibawah kecukupan kalori kerja untuk jenis kegiatan di peternakan, sehingga asupan kalori pekerja belum cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori normal atau lebih.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti mengemukakan beberapa saran antara lain :

1. Kepada peternak/pemilik peternakan ayam broiler yang ada di Desa Silebo-lebo, agar pada saat mengontrol ke peternakan dapat menyediakan makanan atau melaksanakan penyelengaraan makanan untuk pekerja di peternakan. Dalam hal ini penyediaan susu kaleng dan indomi untuk pekerja tidak hanya di awal periode saja, tetapi tetap disediakan sepanjang 1 periode. Selain itu perlu diberikan


(2)

makanan selingan di antara jam makan berupa roti atau gorengan dan buah, yang penting dapat menambah kalori kerja. Pemberian makanan selingan jangan dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk barang seperti susu, roti atau gorengan, buah dan indomi agar penyediaan tersebut tidak dialihkan pekerja untuk penggunaan yang lain.

2. Bagi pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo, disarankan agar memperhatikan kebutuhan gizinya. Pekerja dianjurkan makan 3 kali sehari, ditambah makanan selingan di antara jam makan, karena pekerjaan di peternakan membutuhkan gizi/makanan sesuai dengan pekerjaan berat. Makanan selingan berupa roti atau gorengan, indomi, buah dan susu yang disediakan pemilik peternakan, sebaiknya dimakan dan diminum sendiri oleh pekerja untuk menambah tenaga dalam melaksanakan pekerjaan di peternakan.

Jika pada malam hari, bekerja membangunkan anak ayam, sebaiknya ada makanan selingan atau minum susu, kopi untuk menambah tenaga. Selain itu pekerja perlu bergantian di malam hari dengan pekerja lain agar waktu tidur dapat tercukupi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta.

Arisman, M.B., 2007, Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

____________, 2011, Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas Diabetes Melitus dan Dislipidemia, Penerbit EGC Jakarta.

Almatsier, S., 2009, Pinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama.

Asri, M., 1079, Perencanaan, Penarikan dan Pengukuran Karyawan, Yogyakarta, Penerbit : Medio.

Barnes, R.M., 1980, Motion And Time Study Design and Measuerment of work, seventh edition, New York.

Budianto, H.A.K., 2009, Dasar-dasar Ilmu Gizi, Malang, Penerbit : UMM Press. Budiono Sugeng, A.M., dkk, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja,

Semarang

Christopher, E.J., Herianto B., 2010, Panen Ayam Broiler, Cetakan I, Penerbit PT Agro Media Pustaka.

Fatmah, 2010, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Jakarta, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada.

Febriani, E, 2010, Skripsi, Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta.

Handoko, T.H., 2000, Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi, Edisi I, Yogyakarta, Penerbit : BPFE.

Herrianto, R.,2010, Kesehatan Kerja, Jakarta, Penerbit : Buku kedokteran EGC. Hastono, S.P., 2004, Analisis Data, Jakarta, Penerbit : FKM UI.


(4)

Irianto, D.P., 2007, Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan, Yogyakarta, penerbit : CV Andi OFFSET.

Khomsan, A., 2010, Pangan dan Gizi untuk kesehatan, Jakarta, Penerbit : PT Radja Grafindo Persada.

Kurniasih, D., Hilmansyah, H., Astuti, M.P., Imam, S., 2010, Sehat Dan Bugar Berkat Gizi Seimbang, Jakarta, Penerbit : Sarana Bobo.

Feisal Tamin, 2004, KEP/75/M.PAN/7/2004, Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

Lubis, M. 2007, Tesis, Pengaruh Beban Kerja terhadap Efektivitas Pekerjaan Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU.Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007. Mitayani., Sartika W., 2010, Ilmu Gizi, Jakarta, Penerbit : CV Trans Info Media. Munandar, A.S., 2008, Psikologi Industri Dan Organisasi, Jakarta, Penerbit :

Universitas Indonesia (UI Press).

Nasution, A.H., 2006, Manajemen industry, Yogyakarta, Penertbit : C.V. Andi Ofset. Nurmianto, E, 2003, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya, PT Guna

Widya.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi Revisi, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

______________, 2006, Prinsip-Prinsip dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Nugroho, V.A., 2006, Skripsi, Hubungan Antara Status Gizi Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita, di PT Java Tobacco Gembongan Kartasura.

Pitoyo, W., 2010, Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan, Cetakan I, Jakarta, Penerbit : Visi Media.

Prihatini, L.D., 2007, Tesis, Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat di tiap Ruang Rawat Inap di RSD Sidikalang.

Rachmawati, I.K., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Penerbit : ANDI.


(5)

Santoso, G.,2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta, Penerbit : Prestasi Pustaka.

________, 2004, Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Jakarta, Penerbit : Prestasi Pustaka.

Sastroasmoro, S., 2008, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke III, Jakarta, Penerbit : CV.Sagung Seto.

Saryono, 2009, Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta, Penerbit : Mitra Cendikia Press.

Sedarmayanti., Hidayat, S., 2002, Metodologi Penelitian, Bandung, Penerbit : CV Mandar Maju.

Siagian, A., 2010, Epidemiologi Gizi, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Singarimbun, M., Sofian E., 2006, Metodologi Penelitian Survai, Jakarta, Penerbit LP3ES.

Sibagariang, E.E., 2010, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, Jakarta, Penerbit : Trans Info media.

Sihombing, R.N.E., Widyastuti P., 2010, Praktek Kedokteran Kerja, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Siswono, 2007, Mengatur Pola Makan Sehat Dengan Tiga J, Gizi net,

(diakses 5 Februari 2011).

Sugiyanto, 2007, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, R dan D, Jakarta, Penerbit : Alfabeta.

Suma’mur, PK, 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Jakarta, Penerbit : Sagung Seto.

Sujudi, A, 2004, Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.

Supranto, J., Limakrisna, N., 2009, Statistika Untuk Penelitian Pemasaran Dan Sumber Daya Manusia, Jakarta, Penerbit : Mitra Wacana Media.

Sudiarti, T., Utari, D.M., 2010, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Jakarta, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada.


(6)

Tarwaka, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas , Penerbit UNIBA Press, Universitas Islam Surakarta.

Waryana, 2010, Gizi Reproduksi, Yogyakarta, Penerbit : Pustaka Rihama.

Waspadji, S., Suyono S., Sukardji K., Kresnawan SAT., 2010, Pengkajian Status Gizi, Jakarta, Penerbit FKUI.

Yodhia, 2009, Cara melakukan Analisis Beban Kerja, http://rajapresentasi.Com. (diakses 2 Februari 2011).

NN, Analisis Regresi Logistik Multinomial, file:///D:/Multinomial%2019-5-2011.htm (diakses tanggal 19-5-2010)