memiliki status gizi kurang. Hasil uji chi square dengan nilai p value = 0,000 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara jenis kegiatan dengan status gizi pekerja.
4.3.3. Hubungan asupan kalori dengan status gizi pekerja
Hubungan asupan kalori dengan status gizi pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.8. Hubungan Asupan Kalori dengan Status Gizi Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Asupan Kalori
Status Gizi pekerja Total
Value Sig
Kurang Normal
N N
N
Kurang Baik
35 66,0
18 5
34,0 100,0
53 5
100,0 100,0
8,326 0,007
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 53 pekerja dengan asupan kalori kurang, ditemukan 35 66,0 pekerja memiliki status gizi kurang, 18 34 pekerja
memiliki status gizi normal. Sedangkan 5 pekerja dengan asupan kalori baik seluruhnya memiliki status gizi normal. Rata-rata asupan kalori dibawah 2000 kkal.
Hasil uji chi square dapat dilihat nilai p value = 0,0070,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara asupan kalori dengan status gizi pekerja.
4.4. Analisis Multivariat
Berdasarkan analisis hubungan antara beban kerja waktu kerja, jenis kegiatan dan asupan kalori dengan status gizi pekerja, maka dapat diidentifikasi
Universitas Sumatera Utara
secara keseluruhan bahwa variabel independen dapat dimasukkan dalam analisis multivariat, karena nilai pada uji chi-square semua variabel independen menunjukkan
nilai p 0,05. Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengidentifikasi variabel
independen yang mempunyai pengaruh paling dominan secara statistik terhadap variabel dependen, dan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistik karena
variabel independen dan dependen, telah rekategorisasi kedalam 2 kategori. Uji untuk variabel independen yang bermakna kemudian dilanjutkan dengan model regresi
logistik. Hasil uji regresi logistik penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9. Hasil uji regresi Logistik Pengaruh Beban Kerja Waktu Kerja, Jenis Kegiatan dan Asupan Kalori terhadap Status Gzi Pekerja
Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Variabel B
P Value Expβ
Waktu kerja Jenis kegiatan
Asupan kalori Konstanta
1,253 1,040
21,448 17,770
0,218 0,054
0,999 0,999
0,283 0,354
2,065E9 0,000
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji regresi logistik, variabel waktu kerja, jenis kegiatan dan asupan kalori tidak berpengaruh terhadap status gizi
pekerja p0,05. Hal ini disebabkan karena konsumsi makanan dari sebagian besar pekerja, masih di bawah kecukupan kalori kerja untuk jenis kegiatan di peternakan,
sehingga asupan kalori pekerja belum cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori normal atau lebih.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Beban Kerja Berdasarkan Waktu Kerja terhadap Status Gizi Pekerja
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, pekerja yang menggunakan waktu kerja lebih dari 8 jamhari, ditemukan 84,8 memiliki status gizi kurang, 15,2 status
gizi baik. Selanjutnya pekerja yang menggunakan waktu kerja kurang dari 8 jamhari, ditemukan 72,0 memiliki status gizi baik, 28,0 memiliki status gizi kurang. Hal
ini berarti bahwa pekerja yang menggunakan waktu bekerja lebih dari 8 jam sehari cenderung memiliki status gizi kurang dan sebaliknya pekerja yang menggunakan
waktu kerja kurang dari 8 jam sehari cenderung memiliki status gizi baik. Jadi waktu kerja dapat memengaruhi status gizi pekerja.
Hasil uji regresi logistik pada penelitian ini tidak ada pengaruh antara waktu kerja dan status gizi pekerja, hal ini disebabkan karena pekerja yang menggunakan
waktu kerja lebih dari 8 jamhari masih ada ditemukan 15,2 status gizi baik. Sedangkan secara teoritis waktu kerja berlebih atau memperpanjang waktu kerja akan
menambah beban kerja dan beban kerja berat harus dibarengi dengan asupan kalori sesuai pekerjaannya. Setelah ditelusuri ternyata pekerja yang 15,2 status gizi baik
adalah pekerja yang masa kerjanya masih 6 bulan, jadi karena belum lama bekerja di peternakan, maka belum memengaruhi status gizinya.
Namun pada uji chi square ada hubungan signifikan antara waktu kerja dengan status gizi pekerja. Hal ini diperkuat oleh penelitian Nugroho 2007 ada
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara status gizi dengan produktivitas tenaga kerja wanita di bagian pengepakan PT Tobacco Gembongan Kartasura. Selanjutnya menurut. Santoso
2004 menyatakan bahwa pekerjaan memerlukan tenaga yang sumbernya dari makanan yang mana kebutuhan akan gizi tenaga kerja harus sesuai dengan
pekerjaannya. Ditinjau dari jumlah waktu kerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-
lebo, belum ada ketentuan yang digunakan, masing-masing peternak mempekerjakan tenaga kerja dengan sistem borongan, kegiatan rutin yang harus diselesaikan dalam
sehari memerlukan waktu banyak, yang tidak mungkin dikerjakan dengan waktu normal, oleh tenaga kerja yang dipekerjakan di peternakan tersebut, sehingga tenaga
kerja umumnya mandapat waktu kerja melebihi waktu kerja normal, dan waktu berlebih tidak dibayar sebagai upah lembur, karena dianggap pekerjaan borongan,
namun ada juga pekerja yang menggunakan waktu kerja kurang dari 8 jamhari, yaitu pekerja perempuan ini disebabkan karena pada umumnya pakerja adalah sekeluarga
dalam 1 kandang. Menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat 1, setiap pengusaha wajib
melaksanakan ketentuan waktu kerja meliputi, 7 jam dalam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja, atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari
kerja. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja tersebut, wajib membayar upah kerja lembur. Munandar 2008 menyatakan bahwa beban kerja
berlebih, mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi sesorang tenaga kerja, harus sesuai dengan berat ringannya
Universitas Sumatera Utara
beban kerja yang diterimanya, seperti beban kerja berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang menggunakan waktu kerja melebihi 8 jamhari dominan pada pekerja laki-laki dan asupan kalori tidak sesuai
dengan beban kerja yang diterimanya, sehingga ditemukan dominan status gizinya kurang, hal ini berarti semakin lama seorang tenaga kerja menggunakan waktu kerja
dalam sehari, tanpa memperhatikan kecukupan gizi sesuai dengan pekerjaannya akan berdampak terhadap status gizinya. Beban kerja yang terlalu berat tanpa kecukupan
gizi sering penurunan drastis berat badan yang bersangkutan. Ukuran berat badan seseorang umumnya tergantung dari keseimbangan antara asupan makanan dengan
penggunaanaktivitasnya. Tenaga kerja membutuhkan kalori untuk melaksanakan pekerjaan, keadaan
gizi sangat berpengaruh dengan pekerjaannya, semakin berat pekerjaan dan semakin lama waktu bekerja yang digunakan, maka semakin banyak jumlah energi yang
digunakan. Jika asupan gizi tidak cukup maka tubuh akan mengambil cadangan lemak untuk diubahkan menjadi tenaga dan bila keadaan ini berlangsung lama akan
terjadi penurunan berat badan tenaga kerja tersebut dan akan memengaruhi status gizi pekerja.
5.2. Pengaruh Beban Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan terhadap Status Gizi Pekerja