Latar Belakang Umi Salmah, S.K.M. M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk menjalankan aktifitasnya, maka dari itu agar keadaan kesehatan pekerja tetap baik, perlu penyesuaian antara beban kerja dengan kemampuan fisik maupun asupan gizinya. Asupan gizi bagi tenaga kerja sangat penting terutama pekerja berat adalah salah satu faktor penentu tingkat produktifitas kerjanya. Akibat beban kerja yang berat sering menimbulkan penurunan berat badan jika tidak seimbang dengan asupan gizinya. Santoso 2004 menyatakan bahwa pekerjaan memerlukan tenaga yang sumbernya dari makanan yang mana kebutuhan akan gizi tenaga kerja harus sesuai dengan pekerjaannya. Dalam hubungan pekerjaan, tenaga kerja membutuhkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori untuk melaksanakan pekerjaan. Menurut Sudiarti 2010 kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis, karena itu perlu mendapatkan asupan gizi cukup yang sesuai dengan jenis dan beban pekerjaan yang dilakukannya. Asupan kalori bagi tenaga kerja ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja yang optimal, untuk Universitas Sumatera Utara itu kebutuhan harus sesuai dengan beban kerjanya. Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi pekerja. Namun gizi pekerja sering tidak diperhatikan, baik oleh pengusaha maupun pekerja itu sendiri, mungkin karena belum mengetahui hubungan gizi dengan pekerjaan dan faktor lain mungkin karena kemiskinan , ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup untuk bekerja, bisa juga diakibatkan oleh sistem penggajian yang belum memadai untuk membeli bahan makanan yang cukup dan bergizi, sedangkan pekerja selain memenuhi kebutuhan gizinya sendiri juga akan memenuhi kebutuhan hidup keluarga pekerja tersebut. Dalam hal kebutuhan gizi bagi pekerja seperti disebutkan di atas didukung oleh pendapat Suma’mur 2009 kondisi gizi kurang diakibatkan oleh kemampuan ekonomi seperti kemiskinan dan tingkat pengupahan yang rendah atau tidak cukupnya pengetahuan tentang masalah gizi yang sangat berkaitan dengan beban pekerjaan yang dilakukannya, ditambah lagi bagi kondisi lingkungan kerja yang buruk. Keadaan gizi pada pekerja sangat berpengaruh dengan pekerjaannya karena bekerja memerlukan energi yang menghasilkan panas untuk melakukan pekerjaan dan semakin berat beban pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja maka semakin banyak jumlah energi yang digunakan. Jika asupan gizi pekerja tidak cukup maka tubuh akan mengambil cadangan lemak tubuh untuk diubahkan menjadi tenaga, dan bila keadaan ini berlangsung lama akan terjadi penurunan berat badan tenaga kerja tersebut. Universitas Sumatera Utara Pekerja yang banyak kekurangan gizi adalah pekerja yang umumnya bekerja ditempat industri kecil, yang belum terjangkau pemerintah dinas tenaga kerja keberadaannya. Kesehatan pekerja belum diperhatikan, umumnya pengusaha hanya terfokus pada hasil produksi yang maksimal dan meraup keuntungan, tanpa memperhatikan efek yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan, sedangkan produksi maksimal sebenarnya dapat dicapai jika salah satu faktor penentu adalah derajat kesehatan tenaga kerja dalam keadaan optimal. Pengusaha dalam merekrut tenaga kerja sering tidak memperhitungkan jumlah tenaga dengan beban pekerjaan yang ada, pengusaha mempekerjakan tenaga kerja bervariasi, baik jumlah tenaga, penggajian maupun waktujam kerja. Beban kerja bila ditinjau dari waktu kerja, terutama di sektor industri kecil, industri rumah tangga, pengusaha mempekerjakan tenaga kerja dengan memberi pekerjaan yang harus selesai pada hari itu juga, atau pekerjaan rutin yang harus dikerjakan sampai tuntas setiap hari. Sementara untuk menyelesaikan tugas tersebut seharusnya jumlah tenaga kerja melebihi dari tenaga kerja yang ada. Keadaan seperti ini jelas bahwa tidak sesuai bagi kesehatan pekerja, yang seharusnya waktu kerja normal di Indonesia 8 jam sehari. Menurut Herrianto 2010 pekerjaan manual di sektor industri yang menggunakan waktu bekerja 8 jam sehari, seseorang tenaga kerja itu dapat bekerja tanpa kelelahan dan waktu istirahat singkat serta sering sangat bermanfaat untuk kebugaran tubuh pekerja. Ditinjau dari segi penggajian, banyak pekerja yang digaji dibawah upah minimun rata-rata yang ditetapkan pemerintah. Waktu kerja yang berlebih tidak Universitas Sumatera Utara dibayar sebagai upah lembur, sehingga gaji yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan gizinya tidak mencukupi, karena selain memenuhi kebutuhan gizinya sendiri, pekerja juga memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sedangkan asupan gizi yang baik sangat berkaitan dengan beban pekerjaan serta produktivitas kerjanya. Hal ini didukung oleh penelitian Nugroho 2007 ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas tenaga kerja wanita di bagian pengepakan PT. Tobacco Gembongan Kartasura. Peneliti merencanakan melakukan penelitian tentang pengaruh beban kerja terhadap status gizi pekerja, karena sampai saat ini keadaan gizi pekerja belum diperhatikan oleh pihak pengusaha maupun pekerja itu sendiri, ditambah kurangnya pengetahuan mereka mengenai keterkaitan antara kebutuhan gizi dengan faktor pekerjaan. Pengusaha hanya menginginkan bagaimana agar pekerja menghasilkan produk yang maksimal, tanpa memikirkan beban pekerjaan yang ada dengan perekrutan tenaga kerja. Selain itu gaji yang diberikan masih rendah, dimana gaji tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan pekerjaannya. Di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang, peneliti melihat banyak peternakan ayam broiler, dimana masing-masing peternak bekerjasama dengan pengusaha PIR yang antara lain PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, PT. Unggas Jaya Bersinar dan PT. Satwa Utama Raya. Peternakan ayam di desa ini ada sebanyak 38 kandang dengan jumlah pekerja 67 orang masing- masing 1, 2 atau 3 orang pekerja pada satu kandang, umumnya 1 keluarga, suami, Universitas Sumatera Utara istri dan anak yang sudah dewasa. Pekerja tinggal di lokasi peternakan dan pekerja ini disebut anak kandang. Hasil wawancara pada saat survei awal dengan beberapa orang pekerja, peneliti telah mendapatkan data yang diperlukan, yaitu pekerja pada peternakan ayam broiler ini bekerja pagi, siang dan malam. Anak ayam yang dipelihara dalam kandang mulai dari umur 2 hari sampai panen, pada saat umur ayam mencapai usia 35 sd 40 hari, disebut 1 periode. Jumlah ayam yang dipelihara dalam 1 kandang bervariasi mulai dari 4000 ekor dan 5000 ekor ayam. Jika anak ayam baru masuk dalam kandang, perlu penanganan lebih intensif karena masih berumur 2 hari, masih rentan terhadap lingkungan kandang, dan selanjutnya anak ayam ini harus dibangunkan pada malam hari setiap 1 jam sekali agar dapat makan terus menerus. Situasi ini berlangsung lebih kurang 10 hari sehingga mengakibatkan waktu tidur dan istirahat pekerja tidak teratur. Pekerjaan rutin pada peternakan ayam ini adalah memberi makan dan minum ayam dengan cara membagi-bagikan pakan ketempat makan dan mencampurkan vitamin kedalam air minum ayam 4 kali sehari. Pakan ternak sejumlah lebih kurang 14 ton dalam 1 periode atau lebih kurang 350 kg dalam sehari harus diangkat dan angkut dari gudang penyimpanan ke atas kandang, dimana tinggi kandang 2 meter diatas permukaan tanah. Tempat makan dan minum ayam harus dibersihkan 2 kali sehari sebanyak lebih kurang 80 buah, demikian juga dengan alas lantai tempat ayam harus diganti 2 minggu sekali. Universitas Sumatera Utara Setelah panen, kandang dan peralatan harus dibersihkan secara keseluruhan dengan air dan disemprot pakai formalin agar kandang betul-betul bersih dari kotoran dan kuman penyakit ayam, untuk menunggu anak ayam masuk ke dalam kandang pada periode berikutnya. Selain kerja berat dan waktu kerja yang melebihi dari waktu kerja seharusnya, namun gajinya rendah, dalam 1 periode hanya digaji Rp. 1,2 juta dengan 30 kg beras untuk pekerja pada satu kandang. Jika pada waktu penjualan panen jumlah ayam kg mencapai target yang telah ditetapkan PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, pekerja akan mendapat bonus maksimal Rp. 1 juta, lalu dibagi dua dengan pemilik peternakan, akan tetapi jika tidak mencapai target, maka bonus tidak ada. Gaji yang diterima tidak memadai untuk membeli bahan pangan bergizi sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya, karena pekerja juga harus membagi keuangan dengan kebutuhan anggota keluarganya. Pekerja berpenampilan kurus dan pucat karena kerjanya berat dan waktu kerjanya juga melebihi standar namun gizi kurang diperhatikan. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini, karena sebelum mengadakan survei awal, peneliti sudah pernah tiga kali mengunjungi beberapa peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo ini. Peneliti melihat berbagai masalah di lokasi ini, selain beban kerja berat, waktu kerjanya juga melebihi waktu kerja seharusnya, jelas tidak sesuai bagi kesehatan pekerja. Sementara dengan menambah atau memperpanjang waktu kerja secara otomatis akan menambah beban pekerjaannya, sedangkan selain beban kerja yang sesungguhnya pekerja akan mendapat beban tambahan seperti lingkungan Universitas Sumatera Utara tempat kerja tersebut lingkungan fisik, biologis dan psikologis. Berdasarkan uraian di atas peneliti berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh beban kerja yang dilakukan setiap hari dan asupan kalori terhadap status gizinya.

1.2. Permasalahan