Pengaruh Beban Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan terhadap Status Gizi Pekerja

beban kerja yang diterimanya, seperti beban kerja berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang menggunakan waktu kerja melebihi 8 jamhari dominan pada pekerja laki-laki dan asupan kalori tidak sesuai dengan beban kerja yang diterimanya, sehingga ditemukan dominan status gizinya kurang, hal ini berarti semakin lama seorang tenaga kerja menggunakan waktu kerja dalam sehari, tanpa memperhatikan kecukupan gizi sesuai dengan pekerjaannya akan berdampak terhadap status gizinya. Beban kerja yang terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan drastis berat badan yang bersangkutan. Ukuran berat badan seseorang umumnya tergantung dari keseimbangan antara asupan makanan dengan penggunaanaktivitasnya. Tenaga kerja membutuhkan kalori untuk melaksanakan pekerjaan, keadaan gizi sangat berpengaruh dengan pekerjaannya, semakin berat pekerjaan dan semakin lama waktu bekerja yang digunakan, maka semakin banyak jumlah energi yang digunakan. Jika asupan gizi tidak cukup maka tubuh akan mengambil cadangan lemak untuk diubahkan menjadi tenaga dan bila keadaan ini berlangsung lama akan terjadi penurunan berat badan tenaga kerja tersebut dan akan memengaruhi status gizi pekerja.

5.2. Pengaruh Beban Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan terhadap Status Gizi Pekerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang melaksanakan pekerjaan berat, ditemukan 82,1 memiliki status gizi kurang, 17,9 memiliki status gizi baik. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pekerja yang melaksanakan pekerjaan ringan, ditemukan 84,2 memiliki status gizi baik, 15,8 memiliki status gizi kurang. Hal ini berarti bahwa pekerja yang melaksanakan pekerjaan berat cenderung memiliki status gizi kurang dan sebaliknya pekerja yang melaksanakan pekerjaan ringan dominan memiliki status gizi baik, jadi berat ringannya pekerjaan yang dilakukan akan berdampak terhadap status gizinya. Pada hasil uji regresi logistik penelitian ini tidak ada pengaruh antara jenis kegiatan dan status gizi pekerja, karena pekerja yang melaksanakan pekerjaan berat seharusnya memerlukan asupan kalori sesuai pekerjaannya. Sama halnya dengan waktu kerja bahwa pekerja yang 17,9 yang memiliki status gizi baik adalah pekerja laki-laki yang masa kerjanya masih 6 bulan, Jadi karena belum lama bekerja di peternakan maka belum memengaruhi status gizinya. Namun pada uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kegiatan dan status gizi pekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati, 2008 bahwa beban kerja terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan drastis berat badan. Penurunan berat badan sebagai pertanda kurang gizi atau status gizi kurang. Jenis kegiatan di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo ini, tergolong jenis pekerjaan berat, karena selain memberi makan dan jenis kegiatan lainnya yang harus dikerjakan secara manual, tenaga kerja harus mengangkat pakan ternak ayam 14 ton dalam 1 periode. Mengangkat pakan ternak adalah beban kerja yang berat yang memerlukan tenaga, dan dapat menimbulkan kelelahan bagi tenaga kerja, yang Universitas Sumatera Utara mana kelelahan diartikan sebagai proses menurunnya kekuatan atau ketahanan fisik untuk terus melanjutkan kegiatan. Hal ini didukung oleh penelitian Febriani 2010 ada pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar klewer Surakarta. Upaya untuk membantu mengurangi kelelahan adalah salah satunya dengan kecukupan gizi. Beban kerja yang berat akibat mengangkat dan mengangkut beban sangat memerlukan tenaga yang sumbernya adalah makanan. Makanan dan beban kerja merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling berhubungan. Menurut Irianto 2007, dalam tubuh terjadi proses metabolisme untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk bekerja dan juga menghasilkan cadangan energi yang disimpan dalam tubuh berupa ATP, glikogen dan lemak. Pada saat orang bekerja, aktivitas katabolisme meningkat karena diperlukan sejumlah energi, sehingga ATP akan diurai dan menghasilkan kalori yang diperlukan untuk bekerja. Selanjutnya menurut Suma’mur 2009, bila kebutuhan kalori untuk metabolisme basal pada aktivitas melakukan pekerjaan tidak dipenuhi, maka kalori akan diambil dari pembakaran cadangan energi tubuh, sehingga menimbulkan menurunnya berat badan tenaga kerja yang bersangkutan. 5.3. Pengaruh Asupan Kalori terhadap Status Gizi Pekerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mendapat asupan kalori kurang, ditemukan 66,0 memiliki status gizi kurang dan 34 memiliki status gizi normal. Sedangkan pekerja yang mendapat asupan kalori baik, seluruhnya memiliki Universitas Sumatera Utara status gizi baik. Hal ini berarti bahwa semakin baik asupan kalori seorang pekerja sesuai dengan berat ringanya pekerjaan yang dilakukan, maka status gizi pekerja tersebut akan baiknormal. Pada hasil penelitian ini ada ditemukan 34,0 asupan kalori kurang, namun memiliki status gizi baik. Kedaan ini dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain beban kerja yang dilakukan pekerja tersebut lebih ringan, terutama pada pekerja perempuan, dapat juga terjadi karena masih ada cadangan lemak tubuh pekerja, terutama bagi yang masa kerjanya masih 6 bulan di peternakan. Hasil uji regresi logistik penelitian ini tidak ada pengaruh antara asupan kalori dengan status gizi, karena pada pekerja yang asupan kalorinya kurang masih ada 34,0 memiliki status gizi baik, yang seharusnya jika asupan kalori kurang akan memiliki status gizi kurang. Pekerja yang memiliki asupan kalori kurang tetapi status gizi baik adalah pekerja perempuan, yaitu beban kerja ringan dan asupan kalori kurang tetapi status gizi baik, ini terjadi karena pekerja perempuan menggunakan waktu kerja sedikit dan ringan, walaupun asupan kalorinya kurang tidak begitu memengaruhi status gizinya menjadi kurang namun pada hasil pengukuran indeks massa tubuh pekerja tersebut adalah kebanyakan nilainya pada batas bawah IMT normal. Jadi penyebabnya adalah konsumsi makanan dari sebagian besar pekerja masih dibawah kecukupan gizi yang dianjurkan untuk kebutuhan gizi pekerja pada peternakan. Namum pada uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan kalori dan status gizi pekerja. Hal ini diperkuat menurut Universitas Sumatera Utara pendapat Waspadji 2010 yang mengutip pendapat Habict 1979, status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara asupan makanan, dan pengeluaran yang terlihat melalui suatu indikator status gizi. Jadi cukup tidaknya asupan kalori sesuai pekerjaan yang dilakukan akan tergambar melalui status gizi pekerja, asupan kalori dan status gizi saling berhubungan. Asupan kalori adalah banyaknya nilai energi kalori dari makanan yang dimakan dalam sehari. Asupan kalori bagi tenaga kerja ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja yang optimal, untuk itu kebutuhan harus sesuai dengan beban kerjanya. Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi pekerja. Asupan kalori pekerja di peternakan ayam di Desa Silebo-lebo masih kurang memadai terlihat dari hasil penelitian bahwa masih dominan ditemukan asupan kalori kurang dan memiliki status gizi kurang, sedangkan semua pekerja yang asupan kalorinya baik sesuai beban kerjanya memiliki status gizi baiknormal. Kurangnya asupan kalori pekerja disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang hubungan asupan kalori terhadap pekerjaan yang dilakukan, ditambah lagi kurangnya kemampuan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan gizinya dan dilihat dari pokok permasalahan asupan kalori adalah rendahnya sistem pengupahanpenggajian, yaitu dalam 1 periode 40 hari, pekerja diberi upah Rp.1,2 juta dengan beras 30 kg, susu kental manis 2 kaleng dan supermi 10 bungkus untuk 1 keluarga atau uang Rp 50.000,- untuk beli susu. Pendapatan seperti ini jelas bahwa untuk membeli bahan Universitas Sumatera Utara makanan kurang memadai, berhubung pekerja, selain memenuhi kebutuhan gizinya juga memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dalam hal asupan kalori kurang pada pekerja di peternakan ayam ini, sesuai dengan pendapat Suma’mur 2009 menyatakan bahwa kondisi gizi kurang diakibatkan oleh kemampuan ekonomi seperti kemiskinan dan tingkat pengupahan yang rendah atau tidak cukupnya pengetahuan tentang masalah gizi yang sangat berkaitan dengan beban pekerjaan yang dilakukannya, ditambah lagi bagi kondisi lingkungan kerja yang buruk. Menurut Sudiarti 2010 kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat dan kurang bersemangat, karena itu perlu mendapatkan asupan gizi sesuai dengan jenis dan beban pekerjaan yang dilakukannya. Asupan kalori pekerja dapat terpenuhi dengan baik dengan memperhatikan beberapa hal yaitu frekwensi makan tiga kali sehari, komposisi makanan, makanan selingan pada saat-saat istirahat kerja, dapat mengurangi kelelahan kerja, bahkan meningkatkan daya kerja. Makan di pagi hari mempunyai pengaruh penting pada produktivitas kerja. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada hubungan signifikan antara beban kerja waktu kerja dan jenis kegiatan dengan status gizi pekerja. 2. Ada hubungan signifikan antara asupan kalori dengan status gizi pekerja 3. Tidak ada pengaruh waktu kerja, jenis kegiatan dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja. Hal ini disebabkan karena konsumsi makanan dari sebagian besar pekerja, masih dibawah kecukupan kalori kerja untuk jenis kegiatan di peternakan, sehingga asupan kalori pekerja belum cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori normal atau lebih.

6.2. Saran