Universitas Sumatera Utara
makanan. Mereka menceritakan kisah lucu untuk diketahui, meskipun kisah itu tidak terlalu penting, misalnya.
5. Fungsi regeneratif. Pers berfungsi menceritakan bagaimana sesuatu dilakukan di masa
lampau dan bagaimana dunia ini dijalankan sekarang, bagaimana sesuatu itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah. Jadi, pers membantu
menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru supaya terjadi proses regenerasi dari angkatan yang lebih tua kepada angkatan yang lebih muda.
6. Fungsi pengawalan hak-hak warga negara. Pers juga berfungsi mengawal dan
mengamankan hak-hak pribadi sesesorang. Demikian pula bila terdapat massa yang berunjuk rasa misalnya, pers harus menjaga baik-baik, jangan sampai timbul tirani
golongan mayoritas, golongan yang menguasai dan menekan golongan minoritas. 7.
Fungsi ekonomi. Pers melayani sistem ekonomi melalui iklan yang tersedia di media massa itu. Tanpa media elektronik dan media cetak, tentu sangat berat
mengembangkan perekonomian sepesat sekarang ini. Dengan menggunakan iklan, penawaran akan berlangsung dari tangan ke tangan sehingga produk dan jasa dapat
dijual. 8.
Fungsi swadaya. Pers mempunyai kewajiban memupuk kemampuannya sendiri, supaya dapat membebaskan dirinya dari berbagai pengaruh, seperti tekanan-tekanan
dalam bidang keuangan. Karena itu, guna memelihara kebebasannya yang murni, pers juga berkewajiban memupuk kekuatan permodalannya sendiri.
2.1.3 Etika, Etika Pers dan Etika Jurnalistik
Kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos bentuk tunggal atau etha bentuk jamak. Kata itu pada awalnya sekali berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap dan cara berpikir. Dalam sejarah perkembangannya kemudian, akhirnya, kata itu berarti moral. Istilah moral sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata mos tunggal atau
mores jamak, yang awalnya juga berarti adat kebiasaan. Dengan kata lain, akar kata ‘etika’ sama dengan akar kata ‘moral’, tetapi yang pertama berasal dari bahasa Yunani dan yang
kedua berasal dari bahasa Latin Sukardi, 2012. Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan
kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat Mufid, 2009. Dalam kaitannya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dengan penelitian kali ini, maka etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Menurut Darmodiharjo dan Shidarta 2004, sifat dasar etika adalah sifat kritis, karenanya etika bertugas :
1. Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar
suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu terhadap norma yang dapat berlaku.
2. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat
mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya.
3. Etika memersoalkan pula hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara dan
agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati. 4.
Etika memberi bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap semua norma.
5. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli
dan siapa saja yang tidak mau diombang-ambingkan oleh norma-norma yang ada. Etika pers adalah filsafat di bidang moral pers, yaitu bidang yang mengenai kewajiban-
kewajiban pers dan tentang apa yang merupakan pers yang baik dan pers yang buruk, pers yang benar dan pers yang salah, pers yang tepat dan pers yang tidak tepat. Etika pers
mempermasalahkan bagaimana seharusnya pers itu dilaksanakan agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Pers yang etis adalah pers yang memberikan informasi dan fakta yang
benar dari berbagai sumber sehingga khalayak pembaca dapat menilai sendiri informasi tersebut Sumadiria, 2005.
Berdasarkan aspek ini, kita dapat melihat betapa luasnya bidang etika pers, mulai dari pencarian berita, pengorganisasian data sampai penulisan berita. Persoalan siapa yang
diwawancarai, pertanyaan-pertanyaan apa yang akan dajukan, tema apa yang akan diambil, sudut mana yang akan dibidik, semata-mata tidaklah sekedar persoalan teknis atau keahlian,
tetapi juga persoalan etis Sobur, 2001. Etika jurnalistik sebagai sistem norma aktivitas jurnalistik seharusnya memang
ditegakkan, di samping perlu mendapat perhatian dari semua pihak untuk memperkecil terjadinya pertikaian antara insan pers dengan jurnalistik di lapangan. Etika jurnalistik dapat
diartikan sebagai sistem nilai atau norma yang menjadi acuan insan pers dalam menjalankan tugas dan fungsi jurnalistik. Etika jurnalistik merupakan aturan main yang disepakati dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dijunjung tinggi insan pers, baik sebagai individu maupun lembaga. Substansi dari keberadaan etika jurnalistik adalah “menegakkan kebenaran” dalam praktik dan pelaksanaan
tugas jurnalistik Yunus, 2010. Penegakan etika jurnalistik yang optimal pada akhirnya akan membentuk
profesionalisme wartawan dalam menjalankan tugas, di samping mampu menciptakan industri media massa yang objektif dan dapat dipercaya. Profesionalisme wartawan dan
objektivitas media massa merupakan landasan moral yang harus dipegang dalam menjalankan aktivitas jurnalistik. Etika jurnalistik merupakan persoalan moral dalam industri
media massa. Etika jurnalistik bertumpu pada penyajian informasi dan berita yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, tanpa mengabaikan etika dalam proses
pemberitaan. Beberapa aturan main jurnalistik yang terkait dengan penegakan etika antara lain dituangkan dalam UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik