Universitas Sumatera Utara
sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian Bungin, 2005. Dalam penelitian ini populasi yang akan dijadikan objek
penelitian adalah harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013 yang berjumlah 27 eksemplar, dengan catatan tanggal 1-3 Januari dan tanggal 24 Januari libur tidak
terbit.
b Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan mempunyai sifat populasi. Sampel merupakan wakil yang
bersifat representatif dari populasi, khususnya dalam hal pendataan Bulaeng, 2004. Berdasarkan populasi tersebut, maka sampel yang digunakan adalah berita-berita di
Rubrik Siantar Raya pada harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013, yakni berjumlah 157 berita.
Teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel adalah teknik sampel total, yaitu dengan memakai seluruh populasi dalam pelaksanaan penelitian. Sampel
dibuat berdasarkan teknik Guido H. Stempel, dimana dia mengemukakan bahwa sampel yang terdiri dari 6, 12, 24, 48 edisi surat kabar apabila diperbandingkan, maka
terdapat suatu kesimpulan bahwa penambahan ukuran sampel di atas 12 terbitan tidak membawa perbedaan yang berarti dalam hasil penelitian Flournoy, 1989.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Berikut merupakan teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini : 1.
Studi dokumenter, yaitu data unit analisis dikumpulkan dengan cara mengumpulkan data dari bahan-bahan tertulis, yakni berita pada rubrik Siantar Raya di harian Siantar
24 Jam edisi Januari 2013. 2.
Studi kepustakaan library research, yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaaan yang
relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah
yang dibahas.
3.5 Teknik Analisis Data
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap, antara lain sebagai berikut :
1. Penyusunan kategorisasi
Tahapan pengukuran dalam analisis isi adalah menyusun kategori. Kategori berhubungan dengan bagaimana isi content kita kategorikan Eriyanto, 2011.
Menyusun kategori harus dilakukan secara baik dan berhati-hati. Paling tidak terdapat tiga prinsip penting dalam penyusunan kategori: kategori haruslah mutually exclusive,
exhaustive dan reliabel Neuendorf, 2002. Mutually exlusive artinya terpisah satu sama lain. Kategori harus dapat
dibedakan secara jelas antarsatu kategori dengan kategori lain. Exhaustive artinya lengkap. Maksudnya, kategori harus dapat menampung semua kemungkinan yang
muncul. Sedangkan reliabel maksudnya kategori tersebut harus dipahami secara sama oleh semua orang Eriyanto, 2011.
Adapun kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1.
Tema berita 1.1
Tema Berita Merupakan pokok pikiran atau pokok cerita yang paling ditonjolkan
diutamakan dalam suatu pemberitaan. 2.
Pelanggaran tulisan Kode Etik Jurnalistik pasal 4 2.1
Bohong dan Fitnah Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan
sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Fitnah berarti menyebarkan berita secara sengaja berisi tuduhan tidak mendasar, bahkan
sudah diketahui tidak benar dengan niat yang buruk. 2.2
Sadis Sadis berarti menggambarkan suatu kronologis atau kejadian yang di
dalamnya banyak terdapat kekejaman atau tidak mengenal belas kasihan. 2.3
Cabul Cabul maksudnya penggambaran tingkah laku secara erotis dengan tulisan
yang dapat membangkitkan nafsu birahi pembacanya. 3.
Pelanggaran foto Kode Etik Jurnalistik pasal 4 3.1
Sadis
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Foto dalam suatu berita yang dapat menggambarkan suatu kekejaman, tidak mengenal belas kasihan, atau pemandangan mengerikan yang tidak
pantas dikonsumsi publik. 3.2
Cabul Foto, gambar atau grafis dalam suatu berita yang dapat membangkitkan
nafsu birahi orang yang melihatnya. 4.
Pelanggaran tulisan Kode Etik Jurnalistik pasal 5 4.1
Menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila Yaitu penyiaran atau penyebutan nama korban, alamat korban, nama
keluarga korban maupun identitas korban dari kejahatan asusila pemerkosaan, pencabulan, pelecehan seksual dan sebagainya.
4.2 Menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan
Yaitu penyiaran atau penyebutan nama, alamat, keluarga maupun identitas lainnya atas pelaku kejahatan yang masih berusia di bawah 16 tahun.
5. Pelanggaran foto Kode Etik Jurnalistik pasal 5
5.1 Menampilkan identitas foto korban kejahatan susila
Maksudnya menampilkan foto atau gambar korban dari kejahatan asusila tanpa sensor sehingga pembaca dapat mengenali identitas dari korban
tersebut. 5.2
Menampilkan identitas foto anak yang menjadi pelaku kejahatan Maksudnya menampilkan foto atau gambar pelaku kejahatan yang masih
berusia di bawah 16 tahun tanpa sensor sehingga pembaca dapat mengenali identitas dari pelaku tersebut.
2. Coding
Proses mengisi lembar coding disebut sebagai coding, sementara orang yang mengisi lembar coding disebut sebagai coder. Coder membaca teks dan mengisi ke
dalam lembar coding yang telah disediakan. Proses ini dilakukan sampai semua berita telah di-coding semua. Proses coding sangat ditentukan oleh unit analisis yang dipakai
dalam analisis isi. Dalam penelitian ini digunakan unit sintaksis. Unit sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan satuan sintaksis kata,
kalimat. Proses coding untuk analisis yang menggunakan unit sintaksis adalah dengan jalan menghitung. Neuman 2000 menyebut sebagai manifest coding. Tugas
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
coder hanyalah menghitung apa yang terlihat secara nyata dalam bentuk kata, kalimat dan gambar Eriyanto, 2011.
3. Uji Reliabilitas
Dalam analisis isi, alat ukur yang kita pakai adalah lembar coding coding sheet. Peneliti harus memastikan bahwa lembar coding yang akan dipakai adalah alat
ukur yang dipercaya reliabel. Penelitian dibantu oleh pengkoding lain guna meningkatkan kepercayaan pengkodingan. Reliabilitas pengkodingan menggunakan
rumus Holsti Bungin, 2003.
Reliabilitas Antar-Coder =
2 �
�1+�2
Keterangan : M
= Jumlah coding yang sama disetujui oleh masing-masing coder N1
= Jumlah coding yang dibuat oleh coder 1 N2
= Jumlah coding yang dibuat oleh coder 2
Reliabilitas bergerak antara 0 hingga 1, dimana 0 berarti tidak ada satupun yang disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuan sempurna di antara para coder.
Makin tinggi angka, makin tinggi pula angka reliabilitas. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70 persen. Artinya, kalau
hasil perhitungan menunjukkan angka reliabilitas di atas 0,7, berarti alat ukur ini benar-benar reliabel. Tetapi jika di bawah angka 0,7, berarti alat ukur coding sheet
bukan alat yang reliabel. Sama dengan presentase persetujuan, reliabilitas Holsti ini juga harus dipakai untuk semua kategori yang digunakan. Hasil dari reliabilitas dari
masing-masing kategori ini ditampilkan dalam laporan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap objek penelitian, yaitu berita- berita yang terdapat dalam Rubrik Siantar Raya di harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013,
maka terdapatlah 157 item berita yang akan diteliti. Selanjutnya, peneliti melakukan proses pengkodingan. Dalam proses tersebut, peneliti melakukan pengelompokkan terhadap
keseluruhan sampel berita berdasarkan kategori-kategori yang telah ditetapkan sebelumnya. Berita-berita yang terpilih tadi dilihat berdasarkan pasal 4 dan 5 Kode Etik Jurnalistik.
Untuk mengukur apakah kedua pasal ini telah dijalankan dengan baik, peneliti melihatnya dari segi tulisan dan gambar foto dalam berita yang dijadikan sampel. Misalnya, pada pasal
4 Kode Etik Jurnalistik, peneliti melihat adakah tulisan bohong, fitnah, sadis dan cabul serta adakah gambar yang mengandung unsur sadis dan cabul. Sedangkan pada pasal 5 Kode Etik
Jurnalistik, peneliti melihat apakah ada penyebutan dan penyiaran korban kejahatan asusila baik dalam tulisan atau foto serta penyebutan dan penyiaran identitas anak yang menjadi
pelaku kejahatan baik tulisan atau foto. Dalam proses pengkodingan tersebut, peneliti bertindak sebagai pengkoding I coder I,
yaitu melakukan pengkodingan terhadap seluruh sampel berita untuk pertama kali. Kemudian sampel berita tersebut kembali dikoding oleh pengkoding II coder II. Dalam proses
pengkodingan kedua, peneliti dibantu oleh seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi Jurnalistik FISIP USU, yaitu Dedy Panggabean. Selanjutnya, Dedy bertindak
sebagai pengkoding II. Sebelum melakukan proses pengkodingan kedua, peneliti terlebih dahulu menjelaskan
kategori-kategori yang dipergunakan sebagai unit analisis dalam upaya mengurangi perbedaan pandangan dan persepsi antara peneliti sebagai pengkoding I coder I dan
pengkoding II coder II. Hal ini bertujuan agar hasil pengkodingan nantinya dapat berjalan secara maksimal.
Universitas Sumatera Utara