Analisis Isi Kerangka Teori .1 Positivisme

Universitas Sumatera Utara Pers memiliki tanggung jawab utama untuk menentukan dan menerapkan standar tanggung jawab sosial, tapi prosesnya juga harus “sejalan dan sistematis dengan usaha-usaha masyarakat, konsumen dan pemerintah”. Pemerintah bisa membantu agar distribusi lebih universal dan seimbang, dengan cara menghilangkan batasan-batasan terhadap aliran gagasan, mengurangi kebingungan masyarakat dan mendukung debat publik serta memberikan aturan hukum atas pelanggaran yang dilakukan pers. Esensi dari pers bebas adalah tidak diperkenankannya langkah ataupun tindakan preventif dalam kehidupan hukum kita : larangan sensor, pembredelan pers, dihapuskannya SIT, yang eksistensinya adalah sementara sifatnya. Sedangkan rasa tanggung jawab hendaknya dicapai dan diperkembangkan oleh pers melalui kode etik sebagai suatu refleksi dari tanggung jawab itu sendiri. Ia merupakan suatu pola yang komunikatornya hendak mewujudkan rasa tanggung jawabnya dengan mengadakan suatu peraturan yang diletakkan pada dirinya sendiri. Pers sendiri akan menggunakan dan menempuh segala jalan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas staf serta efektivitas dalam membentuk staf yang kompeten. Kesemuanya itu dilakukan dengan maksud supaya pers dapat menghadapi tugasnya dengan terampil dan rasa tanggung jawab Adji, 1987. Memang benar, pers adalah pemegang kekuasaan keempat the fourth estate setelah kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Namun, seperti ditegaskan Oemar Seno Adji dalam Mass Media dan Hukum, kemerdekaan pers harus diartikan sebagai kemerdekaan untuk mempunyai dan menyatakan pendapat dan bukan sebagai kemerdekaan untuk memperoleh alat-alat dari expression seperti dikemukakan oleh negara-negara sosialis. Kebebasan itu bukanlah tidak terbatas, tidak mutlak dan bukanlah tidak bersyarat sifatnya. Ia merupakan suatu kebebasan dalam lingkungan batas-batas tertentu, dengan syarat-syarat limitatif dan demokrasi, seperti oleh hukum nasional, hukum internasional dan ilmu hukum. Kemerdekaan pers dibimbing oleh rasa tanggung jawab dan membawa kewajiban-kewajiban Sumadiria, 2005.

2.1.6 Analisis Isi

Menurut Krippendorf 1980, analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasi ditiru dan sahih datanya dengan memperhatikan konteksnya. Sedangkan, menurut Riffe, Lacy dan Fico 1998, analisis isi adalah pengujian yang sistematis dan dapat direplikasi dari simbol-simbol komunikasi, di mana simbol ini diberikan nilai numerik berdasarkan pengukuran yang valid. Analisis isi menggunakan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara metode statistik untuk menggambarkan isi komunikasi, menarik kesimpulan dan memberikan konteks, baik produksi maupun konsumsi. Secara umum, ada dua bentuk aliran paradigma dalam studi analisis isi. Pertama, aliran transmisi. Aliran ini melihat komunikasi sebagai bentuk penerimaan pesan. Komunikasi di sini dilihat sebagai proses yang statis. Proses dilihat secara linear dari pengirim ke penerima. Asumsi aliran ini adalah adanya hubungan satu arah dari media kepada khalayak. Peranan dalam menyampaikan pesan digambarkan sebagai yang satu aktif, dan yang lain pasif Fiske, 1990. Kedua, aliran produksi dan pertukaran makna. Aliran ini melihat komunikasi sebagai proses penyebaran pengiriman dan penerimaan pesan, maka aliran ini melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Yang menjadi titik perhatian bukan bagaimana seseorang mengirimkan pesan, tetapi bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Di sini tidak ada pesan dalam arti yang statis yang saling dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dengan penerima atau pihak yang berkomunikasi Fiske, 1990. Perbedaan utama antara aliran transmisi dan aliran produksi dan pertukran makna ialah pada definisi tentang pesan dan makna. Pada aliran transmisi, kata kuncinya adalah pesan message. Pesan adalah apa yang pengirim sampaikan kepada khalayak, dapat berupa berita, kartun, pidato dan iklan. Pesan merupakan isi yang statis bentuk seperti yang disampaikan oleh pengirim Eriyanto, 2011. Sementara pada aliran produksi dan pertukaran makna, kata kuncinya adalah makna meaning. Makna bukan isi yang statis. Makna di sini bukan apa yang dikirimkan, tetapi apa yang dikonstruksi atau apa yang dibaca. Makna bukan sesuatu yang fisik dan statis seperti pandangan transmisi, tetapi justru merupakan produk konstruksi dan interaksi antara pengirim dan penerima Eriyanto, 2011. Dalam praktiknya, aliran transmisi itu melahirkan teknik analisis isi yang dikenal sebagai analisis isi kuantitatif quantitative content analysis. Pada analisis isi kuantitatif, yang menjadi pusat perhatian dari peneliti adalah menghitung dan mengukur secara akurat aspek atau dimensi dari teks. Sementara aliran produksi dan pertukaran makna, menghasilkan beragam metode analisis seperti analisis framing, wacana, semiotika dan naratif. Semua metode ini mempunyai satu kesamaan, yaitu menekankan pada penafsiran atau pemaknaan. Peneliti tidak memusatkan perhatian kepada apa yang terlihat dalam teks, tetapi makna dari teks tersebut Eriyanto, 2011. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Krippendorf 2004 melihat penggunaan analisis isi pertama kali dapat dilacak pada abad XVIII di Swedia. Krippendorf menguraikan sebuah peristiwa menyangkut sebuah buku populer yang berisi 90 himne berjudul Nyanyian Zion Song of Zion. Buku ini lolos dari sensor negara, tetapi menimbulkan kontroversi di kalangan gereja ortodoks di Swedia. Kalangan gereja khawatir bahwa nyanyian yang terdapat dalam buku ini menyimpang dari ajaran gereja. Kalangan gereja kemudian mengumpulkan sejumlah sarjana untuk membuat penelitian mengenai nyanyian himne ini. Sebagian para sarjana menghitung simbol-simbol agama yang ada dalam nyanyian. Sementara sarjana yang lain menghitung simbol-simbol yang sama yang terdapat dalam buku nyanyian resmi, dan membandingkannya dengan yang terdapat dalam buku Nyanyian Zion. Ternyata dari hasil penelitian ini tidak ada perbedaan simbol diantara keduanya. Peristiwa ini merupakan salah satu peristiwa awal bagaimana analisis isi dipakai untuk menyelidiki isi dengan jalan menguraikan isi, melakukan kategorisasi dan menghitung karakteristik dari isi ini. Perkembangan penting analisis isi terjadi pada awal abad XIX. Ini ditandai dengan mulai dibukanya studi mengenai jurnalisme dan surat kabar di Amerika. Sekolah-sekolah kewartawanan tumbuh seperti cendawan kemudian mencuatkan kebutuhan akan penelitian empiris terhadap fenomena persuratkabaran. Sejak saat itu, banyak bermunculan studi mengenai analisis isi terhadap surat kabar. Penelitian misalnya melakukan pengukuran sederhana untuk mengungkapkan berapa ruang yang disediakan oleh surat kabar untuk memberitakan masalah ekonomi, politik, skandal dan seks Eriyanto, 2011. Adapun karakteristik atau ciri-ciri analisis isi adalah sebagai berikut : • Objektif Objektif maksudnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti. Ada dua aspek penting dari objektifitas, yakni validitas dan reliabilitas. Validitas berkaitan dengan apakah analisis isi mengukur apa yang benar-benar ingin diukur. Sementara reliabilitas berkaitan dengan apakah analisis isi akan menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang yang berbeda dan waktu yang berbeda. Analisis isi disebut reliabel jikalau menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang dengan latar belakang dan kecenderungan yang berbeda. • Sistematis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sistematis ini bermakna, semua tahapan dan proses penelitian telah dirumuskan secara jelas dan sistematis. Kategori diturunkan dari variabel, variabel diturunkan berdasarkan teori, pengujian dibuat berdasarkan hipotesis. Sistematis ini juga berarti setiap kategori yang dipakai menggunakan suatu definisi tertentu, dan semua bahan dianalisis dengan menggunakan kategori dan definisi yang sama. • Replikabel Artinya, penelitian dengan temua tertentu dapat diulang dengan menghasilkan temuan yang sama pula. Hasil-hasil dari analisis isi sepanjang menggunakan bahan dan teknik yang sama, harusnya juga menghasilkan temuan yang sama. Temuan yang sama ini berlaku untuk peneliti yang berbeda, waktu yang berbeda dan konteks yang berbeda Nuendorf, 2002. • Isi yang Tampak Manifest Analisis isi tidak dapat dipakai untuk menilai isi yang tidak tampak latent. Mengapa demikian ? Ada dua argumentasi. Pertama, analisis isi kuantitatif harus dibedakan dengan secara tegas dengan teknik penelitian lain yang juga meneliti mengenai isi – seperti semiotika, framing, wacana, naratif dan hermeutika. Ciri khas analisis isi kuantitatif adalah ia hanya dapat dipakai untuk meneliti pesan yang tampak. Kedua, aspek penting dari analisis isi objektif, reliabel, valid dan replikabel hanya dapat dicapai jikalau analisis hanya membatasi pada isi yang tampak manifest saja. • Perangkuman Summarizing Analisis isi umumnya dibuat untuk membuat gambaran umum karakteristik dari suatu isi pesan. Analisis isi sebaliknya tidak berpretensi untuk menyajikan secara detail satu atau beberapa kasus isi. Analisis isi dapat dikategorikan sebagai penelitian yang bertipe nomotetik yang ditujukan untuk membuat generalisasi dari pesan, dan bukan penelitian jenis idiographic yang umumnya bertujuan membuat gambaran detail dari suatu fenomena Neuendorf, 2002. • Generalisasi Analisis isi tidak hanya bertujuan untuk melakukan perangkuman summarizing tetapi juga berpretensi untuk melakukan generalisasi. Ini terutama jikalau analisis isi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara menggunakan sampel. Hasil dari analisis isi dimaksudkan untuk memberikan gambaran populasi. Analisis isi tidak dimaksudkan untuk menganalisis secara detail satu demi satu kasus. Berikut ini merupakan tujuan dari analisis isi : • Menggambarkan Karakteristik Pesan Describing the Characteristics of Message Analisis isi menggambarkan secara detail deskripsi dari suatu pesan. Ada analisis isi yang hanya menggambarkan pesan teks. Tetapi ada juga analisis isi yang di desain unttuk melakukan perbandingan komparatif. Paling tidak ada empat desain analisis isi yang umumnya dipakai untuk menggambarkan karakteristik pesan, yaitu : a. Analisis yang dipakai untuk menggambarkan pesan dari sumber yang sama tetapi dalam waktu yang berbeda. b. Analisis isi yang dipakai untuk melihat pesan pada situasi yang berbeda. c. Analisis isi yang dipakai untuk melihat pesan pada khalayak yang berbeda. d. Analisis isi yang dipakai untuk melihat pesan dar komunikator yang berbeda. • Menarik Kesimpulan Penyebab dari Suatu Pesan Inferences about the Causes of Communication Analisis isi dapat digunakan untuk menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan. Yang menjadi fokus analisis isi di sini tidak deskripsi dari pesan, tetapi menjawab pertanyaan mengapa pesan isi muncul dalam bentuk tertentu. Merumuskan tujuan analisis isi merupakan bagian yang sangat penting dalam desain analisis isi. Desain analisis isi tidak dapat dibuat tanpa adanya tujuan penelitian yang dirumuskan secara jelas. Mengapa ? Karena desain riset pada dasarnya merupakan bangunan konstruksi yang dibuat untuk menjawab tujuan penelitian. Dilihat dari pendekatan analisis isi, dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yakni analisis isi deskripstif, eksplanatif dan prediktif. • Analisis Isi Deskriptif Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan diantara variabel. Analisis isi semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu pesan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara • Analisis Isi Eksplanatif Analisis isi eksplanatif adalah analisis isi yang di dalamnya terdapat pengujian hipotesis tertentu. Analisis isi ini juga membuat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Analisis tidak hanya sebatas menggambarkan secara deskriptif isi dari suatu pesan, tetapi juga mencoba mencari hubungan antara isi pesan ini dan variabel lain. • Analisis Isi Prediktif Jenis ketiga dari analisis isi adalah apa yang disebut dengan analisis isi prediktif. Analisis isi berusaha untuk memprediksi hasil seperti tertangkap dalam analisis isi dengan variabel lain. Di sini peneliti bukan hanya menggunakan variabel lain di luar analisis isi, tetapi juga harus menggunakan hasil penelitian dari metode lain – seperti survei, eksperimen. Data dari dua hasil penelitian analisis isi dan metode lain itu dihubungkan, dan dicari keterkaitannya Eriyanto, 2011.

2.2 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK OLEH SURAT KABAR KRIMINAL Analisis Isi Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pada Surat Kabar Memo Arema Edisi 13 1 Agustus 2007

0 3 2

Etika Pers Dan Kerja Jurnalistik Dalam Surat Kabar (Studi Etnometodologi Wartawan Surat Kabar Lampu Hijau Jawa Pos)

11 70 201

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION FOTO JURNALISTIK PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION FOTO JURNALISTIK KORBAN BENCANA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik dan Penulisan Caption Foto Jurnalistik

0 2 18

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL ANAK PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL ANAK (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Pemberitaan Kasus Kekerasan Seks

0 5 17

DESKRIPSI SUBYEK PENELITIAN PENERAPAN KODE ETIK PEMBERITAAN KASUS KECELAKAAN DI SURAT KABAR POS KOTA DAN WARTA KOTA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Pemberitan Kecelakan di Tol Jagorawi Pada Surat Kabar Harian Pos Kota dan

0 4 19

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Surat Kabar (Studi Analisis Isi Penerapan Pasal 4 dan Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik di Rubrik Siantar Raya dalam Surat Kabar Siantar 24 Jam Edisi Januari 2013)

2 21 91

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik Dalam Berita Kejahatan Susila di Harian Umum Koran Merapi Periode Januari

0 3 21

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTIONDALAM FOTO JURNALISTIK PEMBERITAAN KECELAKAAN PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DAN PENULISAN CAPTION DALAM FOTO JURNALISTIK PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT SUKHOI (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode

0 3 17

KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA Studi Analisis Framing Mengenai Penerapan Kode Etik Jurnalistik Indonesia Dalam Tayangan Berita Langsung TV One Edisi Penggerebekan Teroris di Temanggung yang Ditayangkan Selama 18 Jam

0 3 17

KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PENERAPAN St

0 0 20