Universitas Sumatera Utara
mereka juga, kebenaran pengetahuan harus dapat teruji melalui verifikasi data realitas yang ada.
Pada tahap awal, para ilmuwan yang bersikukuh memperkenalkan paradigma ini kebanyakan muncul dari kalangan ilmu-ilmu alam yang berkembang pesat pada masa itu.
Dengan kata lain, positivisme sendiri sejak perkembangan awalnya merupakan suatu aliran pemikiran filsafat yang secara tegas menyatakan bahwa ilmu-ilmu alam empiris sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari studi filosofis atau metafisik Narwaya, 2006.
Comte menegaskan, dengan memberi penekanan pada aspek metodologi, positivisme berpendapat bahwa pengetahuan ilmu menganut tiga prinsip utama: empiris-objektif,
deduktif-nomologis jika…,maka…, serta instrumental-bebas nilai. Prinsip ini tidak hanya berlaku pada ilmu-ilmu alam, tapi juga harus berlaku pada ilmu-ilmu sosial. Implikasinya
terurai sebagai berikut. 1.
Prosedur metodologis ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana pada ilmu-ilmu yang objeknya benda alam, subjektivitas manusia
tidak boleh mengganggu observasi atas tindakan sosial. Artinya, objek ilmu-ilmu sosial disejajarkan dengan objek ilmu-ilmu alam.
2. Seperti dalam ilmu-ilmu alam, hasil riset ilmu-ilmu sosial dirumuskan dalam bentuk
hukum-hukum yang universal, berlaku kapan pun dan dimana pun, yang dalam bahasa filsafat ilmu disebut nomothetik.
3. Ilmu-ilmu sosial harus bersifat teknis, menyediakan pengetahuan yang instrumental
murni, tidak memihak. Pengetahuan harus dapat dipakai untuk keperluan apa saja, sehingga tidak bersifat etis. Dengan kata lain, sebagaimana ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu
sosial harus bebas nilai dan tidak berpihak. Ilmu adalah untuk ilmu Vardiansyah, 2008.
2.1.2 Berita, Jurnalistik dan Pers
Menurut Sumadiria 2005, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media
berkala seperti surat kabar, radio, televisi, film dan bahkan juga sekarang ini internet. Dalam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
definisi jurnalistik, seperti dikutip Assegaf 1984 dikatakan, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang
dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi
dan ketegangan. Sangat boleh jadi istilah “news”, istilah Inggris untuk maksud “berita”, berasal dari
“new” baru dengan konotasi kepada hal-hal yang baru. Dalam hal ini segala yang baru merupakan bahan informasi bagi semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain,
semua hal yang baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam bentuk berita news. Secara etimologis, istilah “berita” dalam bahasa Indonesia
mendekati istilah “bericht en” dalam bahasa Belanda. Dalam bahasa Belanda istilah “bericht en” dijelaskan sebagai “mededeling” pengumuman yang berakar kata dari
“made delen” dengan sinonim kata pada “bekend maken” memberitahukan, mengumumkan, membuat terkenal dan “vertelen” menceritakan atau memberitahukan
Suhandang, 2010. Nilai berita news values, menurut Downie JR dan Kaiser, merupakan istilah yang
tidak mudah didefinisikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikonkretkan. Nilai berita juga menjadi tambah rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep apa yang disebut
berita. Beberapa elemen nilai berita yang mendasari pelaporan kisah berita, ialah : immediacy, proximity, consequence, conflict, oddity, sex, emotion, prominence, suspence
dan progress. Di dalam sebuah kisah berita, bisa jadi terdapat beberapa elemen yang saling mengisi dan terkait dengan peristiwa yang dilaporkan wartawan Santana K., 2005.
• Immediacy
Immediacy kerap diistilahkan dengan timeliness. Artinya terkait dengan kesegeraan peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita dinyatakan sebagai laporan dari apa yang
baru saja terjadi. Unsur waktu amat penting di sini. •
Proximity Proximity ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam
keseharian hidup mereka. Khalayak berita akan tertarik dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dekatnya, di sekitar kehidupan sehari-harinya.
• Consequence
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. Misalnya, lewat berita kenaikan gaji pegawai negeri atau kenaikan harga
BBM bahan bakar minyak, masyarakat dengan segera akan mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi kalkulasi ekonomi sehari-hari yang harus mereka hadapi.
• Conflict
Peristiwa-peristiwa perang, demonstrasi atau kriminal, merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan. Perseteruan antar individu, antar tim atau antar
kelompok, sampai berita antar negara merupakan elemen-elemen natural dari berita- berita yang mengandung konflik.
• Oddity
Peristiwa yang tidak biasa terjadi adalah sesuatu yang diperhatikan segera oleh masyarakat. Kelahiran bayi kembar lima, goyang gempa berskala Richter tinggi,
pencalonan tukang sapu sebagai kandidat calon gubernur merupakan hal-hal yang akan menjadi perhatian masyarakat.
• Sex
Kerap seks menjadi suatu elemen utama dari sebuah pemberitaan. Tapi, seks sering pula menjadi elemen tambahan dari pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports,
selebritis atau kriminal. •
Emotion Elemen emotion ini kadang dinamakan elemn human interest. Elemen ini menyangkut
kisah-kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan, simpati, cinta, kebencian atau humor. Elemen emotion sama dengan komedi atau tragedi.
• Prominance
Elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah “names make news”, nama membuat berita. Ketika seseorang menjadi terkenal, maka ia akan selalu diburu oleh
pembuat berita. Unsur keterkenalan ini tidak hanya dibatasi atau hanya ditujukan kepada status VIP semata. Beberapa tempat, pendapat dan peristiwa termasuk ke
dalam elemen ini.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
• Suspense
Elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap sebuah peristiwa, oleh masyakarat. Adanya ketegangan menunggu pecahnya perang invasi AS ke Irak,
adalah salah satu contohnya. Namun, elemen ketegangan ini tidak terkait dengan paparan kisah berita yang berujung pada klimaks kemisterian. Kisah berita yang
menyampaikan fakta-fakta tetap merupakan hal yang penting. Kejelasan fakta dituntut masyarakat.
• Progress
Elemen ini merupakan elemen “perkembangan” peristiwa yang ditunggu masyarakat. Kesudahan invasi militer AS ke Irak, misalnya, tetap ditunggu masyarakat Santana
K., 2005.
Penulisan berita tidaklah sama dengan menulis makalah, laporan pertanggungjawaban atau hasil rapat. Dalam jurnalistik, ihwal penulisan berita ini punya tempat yang khusus,
dalam arti, dibahas secara khusus: melalui karakteristik dan batasan-batasan yang mesti dipenuhinya. Jurnalistik kemudian membakukan beberapa kategori pemberitaan, seperti :
hard news, feature, sports, social, interpretive, science, consumer dan financial Santana K., 2005.
• Hard News
Kisah berita ini merupakan desain utama dari sebuah pemberitaan. Isinya menyangkut hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan pembaca, pendengar atau
pemirsa. Kisah-kisahnya biasanya adalah hal-hal yang dianggap penting, dan karena itu segera dilaporkan oleh koran, radio atau televisi dari semenjak peristiwanya
terjadi. •
Feature News Berita feature ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan kegemparan atau
imaji-imaji pencitraan. Peristiwanya bisa jadi bukan termasuk yang teramat penting harus diketahui masyarakat, bahkan kemungkinan hal-hal yang telah terjadi beberapa
waktu lalu. Kisahnya memang didesain untuk menghibur. •
Sports News
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berita-berita olahraga bisa masuk ke kategori hard news atau feature. Selain dari, hasil-hasil pertandingan atau perlombaan atau rangkaian kompetisi musiman,
pemberitaan juga meliputi berbagai bidang lain yang terkait sports, seperti tokoh- tokoh olahragawan, kehidupan para pemain olahraga sampai penggemar olahraga
tertentu yang fanatik. •
Social News Kisah-kisah kehidupan sosial, seperti sports, bisa masuk ke dalam pemberitaan hard
atau feature news. Umumnya, meliputi pemberitaan yang terkait dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, dari soal-soal keluarga sampai ke soal perkawinan anak-anak.
• Interpretive
Di kisah berita interpretive ini wartawan berupaya untuk memberi kedalaman analisis, dan melakukan survei terhadap berbagai hal yang terkait dengan peristiwa yang
hendak dilaporkan. •
Science Dalam kisah berita ini, para wartawan berupaya untuk menjelaskan, dalam bahasa
berita, ikhwal kemajuan perkembangan keilmuan dan teknologi. •
Consumer Para penulis a consumer story ialah para pembantu khalayak yang hendak membeli
barang-barang kebutuhan sehari-hari, baik yang bersifat kebutuhan primer dan sekunder, seperti peralatan rumah tangga sampai aksesoris pakaian.
• Financial
Para penulis financial news memokus perhatiannya pada bidang-bidang bisnis, komersial atau investasi. Para penulisnya umumnya mempunyai referensi akademis
atau kepakaran terhadap subyek-subyek yang dibahasnya Santana K., 2005. Macam dan jenis berita dapat dibagi berdasarkan tiga hal, yaitu :
1. Berdasarkan sifat kejadian
• Berita yang dapat diduga
• Berita yang tidak dapat diduga
2. Berdasarkan jarak geografis
• Berita lokal
• Berita regional
• Berita nasional
• Berita internasional
3. Berdasarkan persoalan
• Berita politik
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
• Berita ekonomi
• Berita hukum dan peradilan
• Berita kriminal
• Berita kecelakaan
• Berita seni dan budaya
• Berita olahraga
• Berita ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK
• Berita perang
• Berita lainnya
Kata jurnalistik berasal dari kata Latin: diurnalis Latin, journal Inggris, atau du jour Prancis, yang berarti informasi atau peristiwa yang terjadi sehari-hari. Bersamaan dengan
munculnya istilah press Inggris atau pers Belanda, yang sebenarnya berarti menekan pressing, karena mesin cetak menekan kertas untuk memunculkan tulisan. Akibatnya,
secara umum, terdapat dua istilah yang kini muncul di masyarakat dan sering diartikan sama, yaitu jurnalis wartawan dan pers. Sepintas lalu, arti kedua itu memang sama, jurnalis
journalist merupakan orang pers yang tugasnya mencari informasi guna menjadi bahan berita Mondry, 2008.
Praktik jurnalistik awalnya dikembangkan oleh para budak belian orang-orang Romawi kaya, yang diberi tugas mengumpulkan berita setiap hari. Pada masa itu 60 SM, Julius
Caesar mengumumkan hasil-hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya,
dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis yang dikenal dengan acta diurna. Dari acta diurna itulah para budak belian tadi memperoleh berita-berita
tentang segala sesuatu yang terjadi di negerinya. Dari sebutan acta diurna itu pula para budak belian pencari berita dijuluki Diurnarius tunggal atau Diurnarii jamak. Sangat boleh jadi
istilah itu pula yang menjadi sumber istilah jurnalis kini Suhandang, 2010. Adinegoro menegaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang
pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas- luasnya Amar, 1984. Onong Uchjana Effendy mengemukakan secara sederhana jurnalistik
dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai pada menyebar luaskan kepada masyarakat Effendy, 2003. Secara teknis jurnalistik adalah
kegiatan menyiapkan, mencari mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya
Sumadiria, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Bill Kovach Tom Rosenstiel, dalam The Element of Journalism : What Newspeople Should Know and the Public Should Expect 2001 merumuskan sembilan elemen
jurnalisme. Berbagai elemen ini merupakan dasar jurnalisme agar bisa dipercaya masyarakat. Kebajikan utama jurnalisme adalah menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat
hingga mereka dan mampu mengatur dirinya. Media jurnalisme menjadi wacthdog, anjing penjaga, berbagai peristiwa yang baik dan buruk, dan mengangkat aspirasi yang luput dari
telinga orang banyak. Semua itu terjadi berdasar informasi yang sama. Informasi itu disampaikan jurnalisme kepada masyarakat Santana K., 2005. Untuk itu jurnalisme
memiliki tugas : 1.
Menyampaikan kebenaran 2.
Memiliki loyalitas kepada masyarakat 3.
Memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi 4.
Memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya 5.
Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan 6.
Menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik 7.
Menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik 8.
Membuat berita secara komprehensif dan proporsional 9.
Memberi keleluasaaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka Menurut Undang-Undang no. 40 tahun 1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam
bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang
tersedia. Ibarat sebuah bangunan, pers hanya akan bisa berdiri kokoh apabila bertumpu pada tiga
pilar penyangga utama yang satu sama lain berfungsi saling menopang, tritunggal. Ketiga pilar itu ialah : idealisme, komersialisme dan profesionalisme. Berikut merupakan penjelasan
lebih lanjut mengenai ketiga pilar penyangga pers tersebut : •
Idealisme Pers haruslah memiliki dan mengemban idealisme. Idealisme adalah cita-cita, obsesi,
sesuatu yang terus dikejar untuk bisa dijangkau dengan segala daya dan cara yang dibenarkan menurut etika dan norma profesi yang berlaku serta diakui oleh
masyarakat dan negara. Menegakkan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, memperjuangkan keadilan dan kebenaran, adalah contoh idealisme yang harus
senantiasa diperjuangkan pers. Tentu saja, hanya pers yang mengemban, memiliki dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
memperjuangkan idealisme yang bersentuhan erat dengan kepentingan bangsa yang akan berumur panjang dan didukung oleh segenap kalangan dan lapisan masyarakat.
Dari idealisme yang kokoh, pers akan emmiliki kepribadian terpercaya yang dihargai serta disegani siapapun.
• Komersialisme
Selain cita-cita yang ideal, pers juga harus memiliki kekuatan serta keseimbangan. Kekuatan untuk menggapai cita-cita dan keseimbangan dalam mempertahankan nilai-
nilai profesi yang diyakininya. Agar mendapat kekuatan, maka pers harus berorientasi kepada kepentingan komersial. Sebagai lembaga ekonomi, penerbitan pers harus
dijalankan dengan merujuk pada pendekatan dan kaidah ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Hanya dengan berpijak pada nilai-nilai komersial, penerbitan pers bisa
mencapai cita-citanya yang ideal. •
Profesionalisme Pada umumnya, ada lima hal yang menurut para sosiolog tercakup dalam
profesionalisme, yang disarankan sebagai struktur sikap yang diperlukan bagi setiap jenis profesi. Kelima hal tersebut, menurut Alex Sobur dalam Etika Pers,
Profesionalisme dengan Nurani 2001 adalah : a.
Profesional menggunakan organisasi atau kelompok profesional sebagai kelompok referensi utama. Tujuan-tujuan dan aspirasi profesional bukanlah
diperuntukkan bagi seorang majikan atau status lokal dari masyarakat setempat; kesetiaannya adalah pada bidang tugas
b. Profesional melayani masyarakat. Tujuannya, melayani masyarakat dengan
baik. Ia altruistik, mengutamakan kepentingan umum. c.
Profesional memiliki kepedulian atau rasa terpanggil dalam bidangnya. Komitmen ini memperteguh dan melengkapi tanggung jawabnya dalam
melayani masyarakat. d.
Profesional memiliki rasa otonomi. Profesional membuat keputusan-keputusan dan ia bebas untuk mengorganisasikan pekerjaannya di dalam kendala-kendala
fungsional tertentu. e.
Profesional mengatur dirinya sendiri self regulation. Ia mengontrol perilakunya sendiri. Dalam hal kerumitan tugas dan persyaratan keterampilan,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
hanya rekan-rekan sepekerjaannya yang mempunyai hak dan wewenang untuk melakukan penilaian.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka jelas pers termasuk bidang pekerjaan yang mensyaratkan kemampuan profesionalisme. Sebagai lembaga kemasyarakatan, pers memang
sangat luwes, fleksibel, dalam menyikapi apa pun persoalan atau fenomena yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. Namun, sebagai lembaga ekonomi, tak ada pilihan lain bagi
pers kecuali berorientasi secara komersial. Dari orientasi komersial itu, pers diharapkan meraih keunggulan finansial, industrial, institusional, moral dan sosial Sumadiria, 2005.
Menurut Assegaff 1983, fungsi pers meliputi memberi informasi, menghibur, mendidik serta kontrol sosial dan sebenarnya fungsi kontrol sosial merupakan yang
terpenting. Sedangkan menurut Kusumaningrat Kusumaningrat 2006, mengemukakan fungsi pers antara lain :
1. Fungsi informatif. Merupakan fungsi memberi informasi melalui berita secara teratur
kepada khalayak. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak dan kemudian menulisnya. Pers tentu akan memberitakan berbagai
kejadian pada hari itu, memberitakan berbagai pertemuan atau berbagai pengangkatan pejabaat di kantor pemerintahan. Pers juga memperingatkan khalayak tentang
berbagai peristiwa yang diduga akan terjadi, seperti perubahan cuaca dan bencana alam.
2. Fungsi kontrol. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan berjalan tidak
baik. Fungsi “anjing penjaga” watchdog atau fungsi kontrol ini harus dilakukan pers dengan lebih aktif daripada kelompok masyarakat lainnya. Pers dengan kelebihannya
yang mampu menyampaikan informasi kepada khalayak masyarakat tentang yang baik dan tidak itu, supaya segera mendapat perhatian dan penanganan sebagaimana
perlunya. 3.
Fungsi interpretatif. Pers memberikan interpretasi dan bimbingan bagi khalayak. Pers harus menjelaskan kepada masyarakat tentang arti dari sebuah kejadian. Ini dapat
dilakukan pers melalui tulisan pada tajuk rencana editorial atau tulisan-tulisan latar belakang. Secara tidak langsung, pers ikut mendidik masyarakat tentang mengapa
perlu melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 4.
Fungsi menghibur. Para wartawan atau reporter menulis atau menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik. Mereka menyajikan humor, drama dan musik atau
berbagai hal yang berkaitan dengan seni lainnya, termasuk tentang pariwisata dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
makanan. Mereka menceritakan kisah lucu untuk diketahui, meskipun kisah itu tidak terlalu penting, misalnya.
5. Fungsi regeneratif. Pers berfungsi menceritakan bagaimana sesuatu dilakukan di masa
lampau dan bagaimana dunia ini dijalankan sekarang, bagaimana sesuatu itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah. Jadi, pers membantu
menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru supaya terjadi proses regenerasi dari angkatan yang lebih tua kepada angkatan yang lebih muda.
6. Fungsi pengawalan hak-hak warga negara. Pers juga berfungsi mengawal dan
mengamankan hak-hak pribadi sesesorang. Demikian pula bila terdapat massa yang berunjuk rasa misalnya, pers harus menjaga baik-baik, jangan sampai timbul tirani
golongan mayoritas, golongan yang menguasai dan menekan golongan minoritas. 7.
Fungsi ekonomi. Pers melayani sistem ekonomi melalui iklan yang tersedia di media massa itu. Tanpa media elektronik dan media cetak, tentu sangat berat
mengembangkan perekonomian sepesat sekarang ini. Dengan menggunakan iklan, penawaran akan berlangsung dari tangan ke tangan sehingga produk dan jasa dapat
dijual. 8.
Fungsi swadaya. Pers mempunyai kewajiban memupuk kemampuannya sendiri, supaya dapat membebaskan dirinya dari berbagai pengaruh, seperti tekanan-tekanan
dalam bidang keuangan. Karena itu, guna memelihara kebebasannya yang murni, pers juga berkewajiban memupuk kekuatan permodalannya sendiri.
2.1.3 Etika, Etika Pers dan Etika Jurnalistik