Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Tulisan Cabul
Pengertian cabul dalam kategori ini adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan tulisan yang dapat membangkitkan nafsu birahi pembacanya. Pers sebenarnya tidak
dilarang dalam memuat berita-berita dengan tema pemerkosaan atau pencabulan. Hal yang dilarang adalah membuat pemberitaan dengan cara yang cabul, yakni dengan
menggambarkan bagaimana kronologi peristiwa tersebut. Umpamanya dengan melukiskan secara detail, apalagi berlebihan, bagaimana perkosaan itu terjadi sehingga yang muncul
adalah pelukisan yang cabul. Berikut merupakan hasil pengamatan peneliti dalam kategori tulisan cabul :
50 100
150 200
Ada tulisan cabul
Tidak ada tulisan cabul
Tidak jelas
Ju m
la h
B e
ri ta
Ada tulisan cabul Tidak ada tulisan
cabul Tidak jelas
Tulisan Cabul 3
154
Frekuensi Tulisan Cabul
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan diagram di atas, dapat kita lihat bahwa walaupun sedikit 1,9, ternyata tulisan cabul masih ditemukan dalam berita di rubrik Siantar Raya. Artinya, masih ada tulisan
erotis yang dapat membangkitkan nafsu birahi pembaca. Berikut merupakan salah satu contoh berita yang mengandung tulisan cabul :
“Karena menanjak, kereta yang mereka tunggangi lajunya mulai perlahan, dan saat itulah tiba-tiba tangan kedua centeng itu memegang payudara Suci,” katanya.
Nah, saat hendak pulang ke Sukosari, di tempat yang sama, ketiga gadis ini kembali bertemu dengan Robert dan Bibit. Diduga karena aksi mereka pertama berjalan mulus, disitu kedua
centeng tersebut langsung meremas payudara Suci dan Sri, bahkan nyaris membuat mereka terjatuh dari atas kereta.” “Remas Dada Kembang Desa 2 Centeng Sipef Dipolisikan”,
Siantar 24 Jam, 15 Januari 2013 Dari contoh berita tersebut dapat kita lihat bahwa penulis wartawan menggambarkan
pelecehan seksual yang dilakukan dalam frase “remas payudara”. Hal ini tentu saja dapat membangkitkan nafsu birahi pembaca harian Siantar 24 Jam. Padahal, wartawan tidak mesti
menggunakan kata tersebut, melainkan hanya menyebutkan bahwa kedua wanita tadi dilecehkan oleh kedua pelaku. Contoh lain berita yang mengandung unsur cabul dapat dilihat
dalam tulisan berikut :
Di dalam kamar, Dedy mengajak Laras berhubungan badan, meski ditolak Dedy tetap memaksa dan berjanji akan bertanggung jawab menikahinya. Termakan bujuk rayu,
akhirnya Laras mau berbuka paha, mahkotanya berhasil direnggut Dedy. Malam itu Dedy 2 kali menyetubuhi Laras. “Cabuli Siswi SMP Kuli Bangunan Ditangkap Di Hotel Mutiara”,
Siantar 24 Jam, 27 Januari 2013.
1.9
98.1 0.0
Persentase Tulisan Cabul
Ada Tulisan Cabul Tidak Ada Tulisan Cabul
Tidak Jelas
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Frase “berbuka paha” serta kalimat “malam itu Dedy 2 kali menyetubuhi Laras” mengandung unsur erotisme. Sang wartawan seharusnya tidak perlu menggunakan kata-kata
kiasan yang erotis atau menggambarkan bagaimana kronologis pencabulannya. Penggunaan kata-kata erotis dan penggambaran kejadian pencabulan hanya akan menimbulkan birahi
tanpa adanya tujuan edukasi, seni atau pun ilmiah bagi pembaca. Secara keseluruhan, tingkat reliabilitas dalam kategori tulisan cabul ini adalah sebesar 0,99.
4.3 Pelanggaran Foto Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 Selain pelanggaran tulisan, peneliti juga membuat kategorisasi berdasarkan pelanggaran
foto. Hal ini peneliti lakukan berdasarkan pertimbangan bahwa pelanggaran tidak hanya dapat terjadi dalam penulisan saja, namun juga dapat kita lihat dalam foto yang ditampilkan.
Dalam pelanggaran foto Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 ini, peneliti membuat dua kategorisasi, yakni foto sadis dan foto cabul. Berikut merupakan hasil penelitian dalam kategori ini :
4.3.1 Foto Sadis