Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berita cukup penting peranannya bagi kehidupan kita sehari-hari. Berita dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai hiburan bagi pembacanya. Saat ini berita
telah tampil sebagai kebutuhan dasar basic need masyarakat modern di seluruh dunia. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau
penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online internet Sumadiria, 2005.
Berita dapat disampaikan melalui berbagai media, mulai dari media cetak, media elektronik auditif radio, media elektronik audiovisual televisi dan media daring online.
Media cetak merupakan media yang tertua diantara media yang telah disebutkan. Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diurna dan Acta Senatus di kerajaan
Romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak. Hingga kini media cetak sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar koran, tabloid dan
majalah. Peranan media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan negara-bangsa
nation state modern bisa hadir tanpa keberadaannya. Selama berabad-abad media cetak menjadi satu-satunya alat pertukaran dan penyebaran informasi, gagasan dan hiburan, yang
sekarang ini dilayani oleh aneka media komunikasi. Selain menjadi alat utama menjangkau publik, media cetak juga menjadi sarana utama untuk mempertemukan pembeli dan penjual
Rivers, Peterson dan Jensen, 2008. Organisasi atau perusahaan yang menjalankan kegiatan jurnalistiknya di media cetak
biasa disebut dengan pers. Kemerdekaan pers dijamin oleh pemerintah. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang no. 40 tahun 1999 pasal 4 ayat 1 yang berbunyi “Kemerdekaan pers
dijamin sebagai hak asasi warga negara”. Jadi, pers memiliki kemerdekaan atau kebebasan dalam mencari, memperoleh, serta menyebarluaskan gagasan dan informasi. Namun,
kebebasan tersebut bukan berarti bebas tanpa batas sehingga dapat menginjak hak-hak orang lain. Ada juga pasal-pasal yang mengatur kebebasan tersebut. Salah satunya adalah Kode Etik
Jurnalistik. Secara singkat dan umum Kode Etik Jurnalistik berarti, himpunan atau kumpulan
mengenai etika di bidang jurnalistik yang dibuat oleh, dari dan untuk kaum jurnalis
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
wartawan sendiri. Dengan kata lain, Kode Etik Jurnalistik dibuat oleh kaum jurnalis wartawan sendiri dan berlaku juga hanya terbatas untuk kalangan jurnalis wartawan saja.
Tiada satu orang atau badan lain pun yang diluar yang ditentukan oleh Kode Etik Jurnalistik tersebut terhadap para jurnalis wartawan, termasuk menyatakan ada tidak pelanggaran etika
berdasarkan Kode Etik Jurnalistik itu Sukardi, 2012. Wartawan bersama seluruh masyarakat, wajib mewujudkan prinsip-prinsip kemerdekaan
pers yang profesional dan bermartabat. Tugas dan tanggung jawab yang luhur itu hanya dapat dilaksanakan, apabila wartawan selalu berpegang teguh kepada Kode Etik Jurnalistik, dan
masyarakat memberi kepercayaan penuh serta menghargai integritas profesi tersebut. Namun dalam kenyataannya terkadang ada saja wartawan yang tidak menjalankan tugasnya sebagai
mana telah diatur oleh Kode Etik Jurnalistik. Dalam suatu kesempatan, peneliti membaca salah satu surat kabar yang ada di kota
Siantar, yaitu Siantar 24 Jam. Siantar 24 Jam merupakan surat kabar yang berdiri sejak 1 Desember 2008. Usianya memang masih terbilang cukup muda. Namun, ternyata Siantar 24
Jam terbukti mampu bersaing dalam merebut hati pembaca. Terbukti dari jumlah oplahnya yang mencapai 8.000 eksemplar setiap hari berdasarkan data tahun 2012. Oplah tersebut
terbilang cukup banyak untuk ukuran surat kabar yang baru berdiri selama lima tahun Sumber: Siantar 24 Jam.
Sebagai salah satu surat kabar yang cukup dikenal oleh masyarakat Siantar- Simalungun, tentu wartawan di harian Siantar 24 Jam haruslah mematuhi berbagai peraturan
mengenai pers seperti Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik untuk menjaga kredibilitas mereka. Profesionalisme para wartawan dan kualitas isi dari berita haruslah
diawasi dan dijaga. Namun, peneliti menemukan beberapa hal menarik ketika membaca harian Siantar 24 Jam ini. Misalnya ketika peneliti membaca harian Siantar 24 Jam edisi
Jum’at, 4 Januari 2013. Dalam headline di edisi tersebut, peneliti melihat sebuah foto dari seorang bocah enam tahun yang tewas terpanggang.
Parahnya, foto tersebut ditampilkan tanpa sensor sedikitpun. Menurut peneliti, hal
tersebut sudah melanggar Kode Etik Jurnalistik, khususnya pasal 4 yang menyebutkan bahwa
wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Foto mayat bocah yang terpanggang tanpa sensor tersebut termasuk dalam berita yang sadis. Pelanggaran yang
peneliti temukan itu tentu saja dapat mencoreng kredibilitas dari Siantar 24 Jam itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kemudian, peneliti juga melihat sebuah berita di Harian Siantar 24 Jam edisi 12 Januari 2013 dalam rubrik Siantar Raya. Ada salah satu berita yang berjudul “Dituduh Cabuli Bocah
4 Tahun, Siswa SD Dipolisikan”. Dalam berita tersebut diceritakan HN 11, seorang pelajar kelas 2 Sekolah Dasar yang tinggal di Jalan SM Raja, Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar
Timur dilaporkan ke polisi karena dituduh telah mencabuli L boru S, bocah yang usianya belum genap 4 tahun. Dalam berita tersebut juga disertakan foto HN 11, dengan sensor,
namun hanya di bagian matanya saja. Menurut peneliti, berita ini telah melanggar pasal Kode Etik Jurnalistik, yakni pasal 5
yang berbunyi : “Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan”.
Dalam penafsiran pasal 5 ini disebutkan bahwa identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. Sedangkan
anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah. Dalam berita itu memang wartawan menyingkat nama siswa tersebut dengan inisial HN.
Namun, wartawan Siantar 24 Jam kemudian mencantumkan juga alamat dari HN. Hal ini sebenarnya tidak boleh dilakukan, mengingat usia HN yang masih 11 tahun. Apalagi, HN
statusnya hanya tertuduh, belum dikategorikan sebagai terdakwa oleh yang berwajib. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti secara sekilas, ditemukan juga bahwa tema-tema
yang paling sering ditonjolkan, khususnya dalam headline dan rubrik Siantar Raya, kebanyakan merupakan tema-tema kriminalitas, seperti pembunuhan, pemerkosaan dan
pencurian. Padahal, sebagai surat kabar yang cukup luas cakupan distribusinya, Siantar 24 Jam haruslah menyediakan berbagai jenis berita, bukan hanya satu tema saja yang
ditonjolkan. Menurut peneliti, redaksi Siantar 24 Jam patut memberikan porsi berita secara merata dalam setiap temanya. Walaupun tema kriminalitas kerap menjadi daya tarik
tersendiri bagi para pembaca, namun bukan berarti tema-tema seperti itu saja yang harus ditonjolkan. Berita-berita yang memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada masyarakat
jauh lebih penting. Setelah melihat beberapa hal tersebut, kemudian peneliti tertarik untuk meneliti lebih
jauh mengenai penerapan Kode Etik Jurnalistik, khususnya pasal 4 dan pasal 5 serta tema- tema yang sering ditayangkan dalam harian Siantar 24 Jam. Tujuannya adalah untuk
mengetahui tema-tema apa saja yang paling sering dimunculkan dan berapa banyak berita
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang melanggar pasal 4 dan 5 Kode Etik Jurnalistik, khususnya dalam rubrik Siantar Raya. Rubrik Siantar Raya dipilih karena berita yang ditampilkan memiliki unsur proximity
kedekatan dengan pembacanya. Kedekatan yang dimaksud adalah kedekatan geografis dimana berita yang ada menggambarkan kejadian di lingkungan masyarakat sekitar Siantar,
Simalungun, Balige dan Asahan.
1.2 Rumusan Masalah