33
Gambar 4.1 Grafik saat mulai terjadinya diare
Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa pemberian suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb menyebabkan perubahan waktu yang sangat
berarti, yaitu pada menit ke-107,8, dimana waktu mulai terjadinya diare lebih lama dibandingkan dengan EESP dosis 25 mgkg bb 82,4 menit dan 50 mgkgbb
91,8 menit, lebih cepat daripada dosis 75 mgkg bb 114 menit dan 100 mgkg bb 127,2 menit. Hasil pengamatan saat mulai terjadinya diare dapat dilihat pada
Lampiran 18, halaman 70. Berdasarkan uji statistik anova kemudian dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan, suspensi EESP dosis 100 mgkg bb berbeda
secara signifikan dari semua dosis yang diuji. Dosis yang tidak berbeda secara signifikan adalah dosis 25 mgkg bb dengan dosis 50 mgkg bb, serta dosis 75
mgkg bb tidak berbeda secara signifikan dengan dosis loperamid 1 mgkg bb. Hasil analisis uji beda rata-rata Duncan dapat dilihat pada Lampiran 23,
halaman 78.
56,8 107,8
82,4 91,8
114 127,2
20 40
60 80
100 120
140
OR + CMC 1 bb
OR + Loperamid
HCl 1 mgkg bb
OR + EESP 25 mgkg bb
OR + EESP 50 mgkg bb
OR + EESP 75 mgkg bb
OR + EESP 100 mgkg
bb
Wak tu
mu lai
te rjad
in ya
d iar
e
me n
it
Perlakuan
34 Pengujian efek antidiare dilakukan dengan metode defekasi. Metode ini
telah dilakukan oleh Enda 2010 dan Sugiarto 2008, namun perlakuannya berbeda pada penelitian ini. Oleum ricini diberikan terlebih dahulu kemudian satu
jam setelah pemberian oleum ricini, diberikan suspensi yang akan diuji. Sampel uji dinyatakan memiliki aktivitas antidiare, jika waktu mulai terjadi diare yang
diperoleh lebih lama daripada kontrol negatif dan semakin cepat terjadinya diare, maka aktivitas antidiare akan semakin lemah.
4.4.2 Penentuan konsistensi feses diameter serapan air dan berat feses
Penentuan konsistensi feses dilakukan dengan cara melihat bentuk feses yang terjadi, dapat dikategorikan ke dalam kelompok, yaitu konsistensi feses
berlendir BL dengan diameter serapan air lebih besar dari 2 cm, konsistensi feses lembek L dengan diameter serapan air antara 1-2 cm dan konsistensi feses
normal N dengan diameter serapan air lebih kecil dari 1 cm. Pengamatan terhadap waktu terjadinya dan berat feses BF yang terbentuk juga diamati.
Hasil data konsistensi feses dan waktu defekasi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6.
Tabel 4.4 Hasil analisis data konsistensi feses diameter serapan air
Keterangan: OR : oleum ricini
EESP : ekstrak etanol sabut pinang No
Kelompok mgkg bb
Diameter serapan air berlendir
cm ± SD lembek
cm ± SD Normal
cm ± SD 1
OR + CMC 1 bv 3,88±0,19
1,66±0,21 0,36±0,05
2 OR + Loperamid HCL 1
2,38±0,11 1,26±0,05
0,20±0,00 3
OR + EESP 25 3,42±0,13
1,48±0,16 0,26±0,05
4 OR + EESP 50
3,28±0,13 1,46±0,11
0,24±0,05 5
OR + EESP 75 2,36±0,11
1,28±0,08 0,20±0,10
6 OR + EESP 100
2,12±0,04 1,24±0,05
0,18±0,04
35
Gambar 4.2 Grafik diameter serapan air Tabel 4.5 Hasil analisis data konsistensi feses berat feses
Keterangan: OR : oleum ricini
EESP : ekstrak etanol sabut pinang
Gambar 4.3 Grafik berat feses
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
OR + CMC 1
bb OR +
Loperamid HCL 1
mgkg bb OR +
EESP 25 mgkg bb
OR + EESP 50
mgkg bb OR +
EESP 75 mgkg bb
OR + EESP 100
mgkg bb 3,88
2,38 3,42
3,28 2,36
2,12 1,66
1,26 1,48
1,46 1,28
1,24 0,36
0,2 0,26
0,24 0,2
0,18 D
iamt er serap
an air
cm
Berlendir Lembek
Normal
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
OR + CMC 1
bb OR +
Loperamid HCL 1
mgkg bb OR +
EESP 25 mgkg bb
OR + EESP 50
mgkg bb OR +
EESP 75 mgkg bb
OR + EESP 100
mgkg bb 3,83
2,29 3,41
3,27 2,36
2,12 1,6
1,19 1,47
1,36 1,2
1,18 0,3
0,16 0,23
0,22 0,17
0,15 B
erat f eses
g
Berlendir Lembek
Normal
No Kelompok
mgkg bb Berat feses
berlendir g ± SD
lembek g ± SD
Normal g ± SD
1 OR + CMC 1 bv
3,83±0,18 1,60±0,18
0,30±0,06 2
OR + Loperamid HCL 1 2,29±0,10
1,19±0,06 0,16±0,03
3 OR + EESP 25
3,41±0,13 1,47±0,15
0,23±0,05 4
OR + EESP 50 3,27±0,11
1,36±0,09 0,22±0,03
5 OR + EESP 75
2,36±0,11 1,20±0,05
0,17±0,03 6
OR + EESP 100 2,12±0,04
1,18±0,03 0,15±0,01
Perlakuan
Perlakuan