Morfologi tumbuhan Kandungan sabut pinang

7 memiliki potensi yang baik dalam bidang farmasi. Towel dan Christensen 1973 menyatakan bahwa sejak dahulu pektin digunakan dalam penyembuhan diare dan menurunkan kadar kolesterol darah Hariyati, 2006. Pektin sebagai antidiare bekerja dengan cara membentuk gumpalan seperti gel, sehingga feses yang terbentuk menjadi lebih padat. Pektin juga bekerja melawan bakteri tertentu yang dapat menyebabkan diare dan oleh flora normal di usus dapat membentuk suatu lapisan yang menutupi bagian usus yang mengalami iritasi, selain itu pektin dapat menghambat motilitas usus Yajima, 1985. b. Pektin oksalat Pektin oksalat merupakan pektin yang tidak larut dalam air yang disebut dengan protopektin Chanakya dan Malayil, 2011. Protopektin dengan adanya larutan asam akan terhidrolisis menjadi pektin yang mudah larut Hariyati, 2006. c. Selulosa Selulosa adalah polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik. Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan tidak mudah larut. Selulosa tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni di alam, tetapi selalu berikatan dengan hemiselulosa dan lignin membentuk kerangka utama dinding sel tumbuhan Mosier, dkk., 2005. Molekul selulosa pada tumbuhan tersusun dalam bentuk fibril yang terdiri atas beberapa molekul paralel yang dihubungkan oleh ikatan glikosidik, sehingga sulit diuraikan. Komponen-komponen tersebut dapat diuraikan oleh aktivitas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme mampu menghidrolisis selulosa untuk digunakan sebagai sumber energi, seperti bakteri dan fungi Sukumaran, dkk., 2005. 8 d. Hemiselulosa Hemiselulosa adalah polimer glukosa dengan lima monomer yang berbeda, yaitu glukosa, mannosa, galaktosa, xylosa dan arabinosa. Hemiselulosa sangat dekat hubungannya dengan selulosa dalam dinding sel tanaman. Rantai molekul hemiselulosa jauh lebih pendek bila dibandingkan dengan selulosa Hermiati, dkk., 2010. e. Lignin Lignin atau zat kayu adalah polimer terbanyak kedua setelah selulosa yang terdapat di antara sel-sel dan di dalam dinding sel. Lignin berfungsi sebagai pengikat antar sel dan menguatkan dinding sel, sehingga tumbuhan yang besar seperti pohon yang tingginya lebih dari 15 m tetap dapat kokoh berdiri. Struktur molekul lignin sangat berbeda dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam, sehingga susunan lignin yang pasti di dalam suatu tanaman tidak menentu. Nofriadi, 2009. f. Flavonoid Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia C 6 -C 3 -C 6 Redha, 2010. Flavonoid dapat mengobati diare dengan cara menghambat produksi prostaglandin E 2 Meite, dkk., 2009 karena pada kondisi diare prostaglandin E 2 menyebabkan hipersekresi dan bertumpuknya cairan di usus akibat resorpsi air dan elektrolit yang terganggu, sehingga meningkatkan motilitas usus dan cairan 9 yang dikeluarkan terlalu banyak, serta menambah frekuensi defekasi Sanchez de Medina, dkk., 1997.

2.1.4 Manfaat tumbuhan

Tanaman pinang memiliki banyak manfaat, misalnya daun pinang sebagai obat antidiabetes Mondal, dkk., 2012, bijinya sebagai obat antifertilitas Aulanni’am, dkk., 2007, antelmintik Tiwow, dkk., 2013, antibakteri, antivirus Joshi, dkk., 2012, antioksidan Zhang, dkk., 2009 dan lain-lain. Batang pinang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jembatan dan saluran air, sedangkan serabut buah secara tradisional digunakan sebagai obat gangguan pencernaan, edema dan beri- beri, serta dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kuas gambar atau kuas alis mata Dalimartha, 2009.

2.2 Simplisia dan Ekstrak

2.2.1 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan Ditjen POM, 2000.

2.2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengesktraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang 10 sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ditjen POM, 1995. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut, sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM, 2000. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu: 1. Cara dingin, yaitu: a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu terus menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya. b. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction, yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan kamar. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesan atau penampungan esktrak, terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.