Penentuan konsistensi feses diameter serapan air dan berat feses

35 Gambar 4.2 Grafik diameter serapan air Tabel 4.5 Hasil analisis data konsistensi feses berat feses Keterangan: OR : oleum ricini EESP : ekstrak etanol sabut pinang Gambar 4.3 Grafik berat feses 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 OR + CMC 1 bb OR + Loperamid HCL 1 mgkg bb OR + EESP 25 mgkg bb OR + EESP 50 mgkg bb OR + EESP 75 mgkg bb OR + EESP 100 mgkg bb 3,88 2,38 3,42 3,28 2,36 2,12 1,66 1,26 1,48 1,46 1,28 1,24 0,36 0,2 0,26 0,24 0,2 0,18 D iamt er serap an air cm Berlendir Lembek Normal 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 OR + CMC 1 bb OR + Loperamid HCL 1 mgkg bb OR + EESP 25 mgkg bb OR + EESP 50 mgkg bb OR + EESP 75 mgkg bb OR + EESP 100 mgkg bb 3,83 2,29 3,41 3,27 2,36 2,12 1,6 1,19 1,47 1,36 1,2 1,18 0,3 0,16 0,23 0,22 0,17 0,15 B erat f eses g Berlendir Lembek Normal No Kelompok mgkg bb Berat feses berlendir g ± SD lembek g ± SD Normal g ± SD 1 OR + CMC 1 bv 3,83±0,18 1,60±0,18 0,30±0,06 2 OR + Loperamid HCL 1 2,29±0,10 1,19±0,06 0,16±0,03 3 OR + EESP 25 3,41±0,13 1,47±0,15 0,23±0,05 4 OR + EESP 50 3,27±0,11 1,36±0,09 0,22±0,03 5 OR + EESP 75 2,36±0,11 1,20±0,05 0,17±0,03 6 OR + EESP 100 2,12±0,04 1,18±0,03 0,15±0,01 Perlakuan Perlakuan 36 Tabel 4.6 Hasil analisis data waktu defekasi Keterangan: OR : oleum ricini EESP : ekstrak etanol sabut pinang Tabel 4.4 dan Gambar 4.2, Tabel 4.5 dan Gambar 4.3, serta Tabel 4.6 memperlihatkan hubungan antara dosis dengan konsistensi feses. Kelompok kontrol negatif, yaitu suspensi CMC Na 1 bv terjadinya BL pada menit ke-56,8 dengan BF 3,83 g, L pada menit ke-217,6 dengan BF 1,60 g dan N pada menit ke- 339,4 dengan BF 0,30 g. Kelompok kontrol positif, yaitu suspensi loperamid HCl 1 mgkg bb terjadinya BL pada menit ke-107,8 dengan BF 2,29 g, L pada menit ke-126,8 dengan BF 1,19 g dan N pada menit ke-232,2 dengan BF 0,16 g. Kelompok bahan uji, yaitu suspensi EESP dosis 25 mgkg bb terjadinya BL pada menit ke-82,4 dengan BF 3,41 g, L pada menit ke-213,4 dengan BF 1,47 dan N pada menit ke-273,4 dengan BF 0,23 g; dosis 50 mgkg bb terjadinya BL pada menit ke-91,8 dengan BF 3,27 g, L pada menit ke-197,8 dengan BF 1,36 dan N pada menit ke-267,8 dengan BF 0,22 g; dosis 75 mgkg bb terjadinya BL pada menit ke-114 dengan BF 2,36 g, L pada menit ke-128,6 dengan BF 1,20 dan N pada menit ke-229,4 dengan BF 0,17 g; dan dosis 100 mgkg bb terjadinya BL pada menit ke-127,2 dengan BF 2,12 g, L pada menit ke-158,6 dengan BF 1,18 No Kelompok mgkg bb Waktu defekasi berlendir g ± SD lembek g ± SD Normal g ± SD 1 OR + CMC 1 bv 56,8±2,28 217,6±17,42 339,4±14,42 2 OR + Loperamid HCL 1 107,8±11,7 128,6±3,27 232,2±11,61 3 OR + EESP 25 82,4±2,51 213,4±2,51 273,4±2,51 4 OR + EESP 50 91,8±2,95 197,8±2,95 267,8±2,95 5 OR + EESP 75 114,0±9,11 128,6±2,19 229,4±22,06 6 OR + EESP 100 127,2±10,11 158,6±8,76 202,8±8,49 37 dan N pada menit ke-202,8 dengan BF 0,15. Hubungan antara dosis, waktu defekasi dan konsistensi feses dapat dilihat pada Lampiran 19, halaman 71. Berdasarkan uji anova kemudian dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan diperoleh konsistensi feses dengan pemberian suspensi CMC Na 1 bv menunjukkan perbedaan secara signifikan terhadap masing-masing kelompok. Pemberian suspensi loperamid HCl 1 mgkg bb dengan suspensi EESP dosis 75 mgkg bb, tidak memberikan perbedaan secara signifikan, begitu juga dengan kelompok suspensi EESP dosis 25 dengan 50 mgkg bb tidak berbeda secara signifikan. Kelompok suspensi EESP dosis 100 mgkg bb memberikan perbedaan secara signifikan terhadap masing-masing kelompok. Hasil analisis uji beda rata- rata Duncan dapat dilihat pada Lampiran 23, halaman 78. Penentuan konsistensi feses yang dilakukan menunjukkan bahwa semakin cepat terbentuknya konsistensi feses yang berlendirberair, maka aktivitas antidiare akan semakin lemah dan semakin cepat terjadinya perubahan konsistensi kearah normal, maka aktivitas antidiare semakin kuat.

4.4.3 Penentuan frekuensi diare

Hasil analisis data frekuensi diare dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil analisis data frekuensi diare Keterangan: OR : oleum ricini EESP : ekstrak etanol sabut pinang No Kelompok frekuensi ± SD 1 OR + CMC 1 bv 7,00±0,00 2 OR + Loperamid HCL 1 mgkg bb 2,80±0,45 3 OR + EESP 25 mgkg bb 5,00±0,70 4 OR + EESP 50 mgkg bb 4,40±0,55 5 OR + EESP 75 mgkg bb 3,20±0,84 6 OR + EESP 100 mgkg bb 2,40±0,55 38 Gambar 4.4 Grafik frekuensi diare Tabel 4.7 dan Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa kelompok pemberian suspensi CMC Na 1 bv menunjukkan lebih banyak terjadinya diare, yaitu sebanyak 7 kali, daripada kelompok pemberian suspensi loperamid HCl 1 mgkg bb 2,8 kali diare, kelompok suspensi EESP dosis 25 mgkg bb 5 kali diare, dosis 50 mgkg bb 4,4 kali diare, dosis 75 mgkg bb 3,2 kali diare dan dosis 100 mgkg bb 2,4 kali diare. Hasil pengamatan frekuensi diare dapat dilihat pada Lampiran 20, halaman 72. Berdasarkan hasil analisis statistik anova dilanjutkan uji beda rata-rata Duncan, menunjukkan hasil kelompok pemberian suspensi CMC Na 1 bv berbeda secara signifikan terhadap masing-masing kelompok. Efek yang tidak berbeda secara signifikan dihasilkan kelompok pemberian suspensi loperamid HCl 1 mgkg bb dengan suspensi EESP dosis 75 dan 100 mgkg bb, juga kelompok pemberian suspensi EESP dosis 25 dengan 50 mgkg bb. Hasil analisis uji beda rata-rata Duncan dapat dilihat pada Lampiran 23, halaman 81. 7 2,8 5 4,4 3,2 2,4 1 2 3 4 5 6 7 8 OR + CMC 1 bb OR + Loperamid HCL 1 mgkg bb OR + EESP 25 mgkg bb OR + EESP 50 mgkg bb OR + EESP 75 mgkg bb OR + EESP 100 mgkg bb Ju m lah di ar e Perlakuan