Simplisia Ekstrak Simplisia dan Ekstrak

10 sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ditjen POM, 1995. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut, sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM, 2000. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu: 1. Cara dingin, yaitu: a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu terus menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya. b. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction, yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan kamar. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesan atau penampungan esktrak, terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan. 11 2. Cara panas, yaitu: a. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Proses pengulangan umumnya dilakukan pada residu pertama sampai 3-5 kali, sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna. b. Sokletasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat soklet, sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. c. Digesti adalah proses penyarian simplisia dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 °C. d. Infundasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 °C selama waktu tertentu 15-20 menit. e. Dekoktasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut air pada waktu yang lebih lama ≥30 menit dan temperatur sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.

2.3 Diare

Diare merupakan suatu gejala klinis dari gangguan pencernaan yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya dan 12 berulang-ulang yang disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi lembek atau cair tergantung dari individu Sugiarto, 2008. Peningkatan frekuensi didefinisikan oleh tiga atau lebih buang air besar per hari. Berat feses normal pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan gula, bervariasi dari 100 sampai 200 ghari, sehingga berat feses 200 ghari dianggap diare, namun beberapa orang yang mengkonsumsi serat memiliki berat feses 300 ghari atau lebih dengan konsistensi feses normal, tidak berarti diare. Kombinasi frekuensi, konsistensi feses, dan berat feses harus diperhitungkan untuk menentukan diare Navaneethan dan Giannella, 2011. Makanan yang terdapat di dalam lambung, secara normal dicerna menjadi bubur kimus, kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan. Sisa kimus yang terdiri dari 90 air dan sisa-sisa makanan yang sukar dicerna, diteruskan ke usus besar colon. Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di usus besar mencerna lagi sisa-sisa serat-serat tersebut, sehingga sebagian besar dari sisa-sisa tersebut dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Air juga diresorpsi kembali sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh menjadi tinja feses, namun pada diare terjadi peningkatan peristaltik usus, sehingga pelintasan kimus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air dan atau terjadinya hipersekresi Tan dan Rahardja, 2008.

2.3.1 Klasifikasi diare

Berdasarkan klasifikasinya, diare dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: