Metode Penyediaan Kitosan TINJAUAN PUSTAKA

dengan HCl 1 M selama 24 jam lalu disaring. Hasil saringan direfluks dengan NaOH 1 M pada suhu 100 o C selama 5 jam dan kemudian dicuci dengan air suling dan dikeringkan. Metode Alimuniar, A dan Zainuddin, R Kitin udang yang telah bersih dan kering direndam dengan HCl 2 M selama 24 jam untuk menghilangkan mineral yang terkandung dalam kulit. Untuk menghilangkan protein dilakukan dengan merendam selama 24 jam dengan NaOH 2 M, kemudian dicuci dengan air bersih lalu dikeringkan dengan penyinaran matahari.

2.4. Metode Penyediaan Kitosan

Metode penyediaan kitosan yang pertama dilakukan oleh Hope Seyler pada tahun 1984 yaitu dengan merefluks kitin dalam kalium hidroksida pada suhu 180 o C. Terdapat beberapa metode penyediaan kitosan lainnya antara lain Muzzarelli,1977: Metode Wolfrom dan Rigby Kitin dicampur dengan 40 larutan NaOH dan direfluks pada suhu 115 o C selama 4 jam, kemudian didinginkan dan seterusnya dicuci dengan air. Metode Fujita Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007. USU e-Repository © 2008 Kitin dicampur dengan NaOH 50 dan larutan paraffin selama 2 jam pada suhu 120 o C, campuran tersebut dituangkan dalam air dan seterusnya disaring dan dibilas dengan air suling. Metode Horowitz Kitin dicampur dengan larutan KOH dan campuran logam nikel dibawah aliran gas nitrogen. Campuran dipanaskan pada suhu 180 o C selama 30 menit, setelah itu dimasukkan kedalam etanol dan akan mengendap kemudian hasil yang diperoleh dicuci dengan air suling. Metode Alimuniar dan Zainuddin Kitin dicampur dengan NaOH 40 dan dibiarkan selama 6 hari, dan setiap harinya dilakukan pengadukan kemudian dicuci dengan air. Kitosan yang diperoleh lalu dijemur. Pembuatan kitosan yang menggunakan metode Alimuniar dan Zainuddin 1992 lebih ekonomis penyediaannya dibandingkan dengan metode lainnya karena: 1. Proses deasetilasi kitin terjadi tanpa pemanasan pada temperatur 30 o C. 2. Pada umumnya metode lain menggunakan vessel khusus dengan kontrol atmosfir selama waktu tertentu, sedangkan pada metode ini hanya menggunakan vessel sederhana. 3. Pada metode lain untuk mengontrol reaksi pembentukan produk dibutuhkan sejumlah bahan aditif, sedangkan pada metode ini tidak menggunakan konsumsi bahan aditif lainnya. Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007. USU e-Repository © 2008 Kitin yang terdapat pada kulit atau cangkang ini masih terikat dengan protein, CaCO 3 pigmen dan lemak. Berbagai teknik dilakukan untuk memisahkannya, tetapi pada umumnya melalui tiga tahapan yaitu demineralisasi dengan HCl encer, deproteinisasi dengan NaOH encer setelah tahap ini diperoleh kitin dan selanjutnya deasitilasi kitin menggunakan NaOH pekat Brine, 1981 dan Shahidi dkk, 1999. Deproteinisasi Proses deproteinisasi menggunakan berbagai pereaksi seperti NaOH yang lebih banyak. Perlakuan dengan larutan NaOH bervariasi antara 0,25 N hingga 2,5 N dan berbagai suhu serta lama perendaman seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 Roberts,1992. Tabel 2.4. Kondisi Perlakuan dengan NaOH pada proses Deproteinisasi Sumber Kosentrasi NaOH N Suhu o C Lama Reaksi jam Tulang rawan cumi 0,125 0,25 0,75 1,25 100 65 100 100 0,5 1 2 0,5 Udang kepiting 0,5 1,0 1,0 1,0 1,25 1,25 65 80 100 100 85-90 100 2 3 36 72 1,5-2,25 24 2,5 sk 72 Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007. USU e-Repository © 2008 Lobster 1,0 1,25 2,5 100 80-85 100 60 1 2,5 Sumber : Roberts, 1992 Keterangan : sk = suhu kamar Penggunaan enzim untuk memisahkan protein juga dilakukan dalam beberapa penelitian diantaranya dengan pepsin, tripsin, enzim proteolitik seperti tuna proteinase dan papain, setelah didemineralisasi sebelumnya dengan HCl. Perlakuan dengan enzim ini masih menyisakan protein sekitar 5 yang memerlukan proses lanjutan Roberts, 1992. Demineralisasi Proses demineralisasi menggunakan HCl dengan konsentrasi 0,275 – 1 N, dengan kisaran suhu perendaman – 20 o C sampai dengan 22 o C Tabel 2.5. Perendaman pada suhu kamar lebih banyak dilakukan untuk meminimalkan hidrolisis pada rantai polimer Roberts, 1992. Proses demineralisasi bertujuan untuk memisahkan CaCO 3 dari kitin . Tabel 2.5. Kondisi Perlakuan dengan HCl pada proses Demineralisasi Sumber Konsentrasi HCl N Suhu o C Lama Reaksi jam Tulang rawan cumi 0,275 sk 16 Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007. USU e-Repository © 2008 0,5 1,25 1,57 sk sk 20 – 22 1 1 1 – 3 Udang kepiting 0,65 1,0 1,0 1,57 2,0 11,0 sk sk sk sk sk -20 24 12 8 5 48 4 Lobster 1,57 2,0 2,0 sk sk sk 11 –14 5 48 Sumber : Roberts 1992 Keterangan : sk = suhu kamar Deasetilasi Kitin yang diperoleh dari proses deproteinisasi dan demineralisasi tidak dapat larut dalam sebagian besar pereaksi kimia. Untuk memudahkan kelarutannya, maka kitin di deasetilasi dengan pelarut alkali menjadi kitosan. Setelah melalui proses deasetilasi maka daya adsorbsi kitin akan meningkat dengan bertambahnya gugus amina NH 2 yang terdapat didalamnya, proses ini terjadi tanpa pemutusan rantai polimernya. Perbedaan antara kitin dan kitosan terletak pada gugus asetamida pada karbon C-2 di dalam strukturnya. Pada kitosan sebagian dari gugus asetil digantikan dengan atom hidrogen melalui reaksi hidrolisis dengan basa kuat Muzzarelli, 1977. Proses deasetilasi kimiawi dilakukan untuk menghilangkan gugus asetil kitin melalui perebusan dalam larutan alkali konsentrasi tinggi. Hwang dan Shin 2000 menggunakan larutan NaOH 40 dalam proses deasetilasi kitin, pada suhu 70 o C selama 6 jam yang menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi 92 . Derajat Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007. USU e-Repository © 2008 deasetilasi kitosan tergantung dari konsentrasi alkali yang digunakan, lama reaksi, ukuran partikel kitin dan berat jenis. Makin tinggi konsentrasi alkali yang digunakan, makin rendah suhu atau makin singkat waktu yang diperlukan dalam proses ini. Rigby dan Dupont dalam Roberts 1992 membuat beberapa variasi deasetilasi seperti 5 NaOH, 150 o C, 24 jam; 40 NaOH,100 o C,1 jam. Menurut Yunizal, dkk. 2001 ekstraksi kitosan dari kepala udang putih Penaeus merguensis dengan kondisi perlakukan yang tepat adalah deproteinase dengan NaOH 3 , demineralisasi dengan HCl 1,25 N dan proses deasetilasi menggunakan NaOH 50 .

2.5. Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan