BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Komposisi kimia limbah cair pemindangan ikan
Penentuan komposisi kimia limbah cair pemindangan ikan yang digunakan pada proses koagulasi dimana dapat diketahui kandungan komposisi kimianya yang
terdapat dalam limbah cair tersebut. Dari hasil analisis limbah cair pemindangan ikan menunjukkan kandungan
komposisi kimianya cukup baik, yaitu dengan kadar proteinnya 12,38 Tabel 4.2. Hasil ini menggambarkan bahwa limbah cair pemindangan ikan cukup baik untuk
diolah selanjutnya dalam proses koagulasi dengan penambahan kitosan sebagai koagulan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan.
Tabel 4.1. Komposisi kimia limbah cair pemindangan ikan.
Komponen Jumlah kandungan
Protein 12,38 Lemak 2,20
Abu 3,04 Air 71,79
Garam 10,59
Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007.
USU e-Repository © 2008
4.2. Pengaruh variasi dosis kitosan dan pH koagulasi terhadap kadar protein limbah cair pemindangan ikan
Hasil pengujian penggunaan kitosan sebagai koagulan untuk menentukan kadar protein dalam limbah cair industri pemindangan ikan dapat dilihat pada
Gambar 4.1 berikut ini:
20 25
30 35
40 45
50 55
4 5
6 7
8
pH Ka
da r Pr
ot e
in
dosis kitosan 200 mgL dosis kitosan 400 mgL
dosis kitosan 600 mgL dosis kitosan 800 mgL
dosis kitosan 1000 mgL
Gambar 4.1. Grafik hubungan pengaruh variasi dosis kitosan mgL dan pH koagulasi terhadap kadar protein limbah cair industri pemindangan
ikan
Dari Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa perolehan kadar protein optimum terjadi pada pH 7 dengan penambahan dosis kitosan 1000 mgL. Pada pH 8 perolehan
kadar protein untuk dosis kitosan 400 mgL, 600 mgL dan 1000 mgL mengalami penurunan hal ini disebabkan proses adsorbsi partikel-partikel koloid ke dalam
Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007.
USU e-Repository © 2008
kitosan berkurang karena akan bersaing dengan ion H dalam larutan untuk menempati grup amina bebas dari kitosan sehingga keaktifan gugus NH
3 +
dalam larutan berkurang untuk menggumpalkan protein. Knorr 1984 menyatakan bahwa pada pH
yang tinggi proses adsorbsi partikel-partikel koloid dalam larutan berkurang, dengan demikian fungsi kitosan untuk mengadsorbsi dalam larutan semakin berkurang
sehingga kemampuan mengendapkan protein semakin kecil. Kadar protein setelah proses koagulasi diperoleh sebesar 50,56 Lampiran
B terjadi pada penambahan kitosan sebanyak 1000 mgL dan pH 7. Hal ini memenuhi standarisasi kadar protein untuk dapat digunakan sebagai bahan baku yang
diizinkan oleh pemerintah yaitu: minimal 35 Deptan, 1996. Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Harnentis 1998 pada proses koagulasi limbah cair hasil
samping pengolahan limbah udang untuk menggumpalkan protein dengan kitosan sebagai koagulan diperoleh kadar proteinnya sebesar 44,24 dengan konsentrasi
kitosan 300 mgL pada pH 7. Menurut Holland 1986 penggumpalan protein dalam limbah cair dengan penambahan kitosan sebagai koagulan dapat meningkatkan gugus
NH
3 +
dalam larutan melalui mekanisme yaitu NH
3 +
NH
2
+ H
+
Gugus amino dalam kesetimbangan yang bergantung pada konsentrasi kitosan dan pH, dimana pada konsentrasi kitosan yang tinggi dan pH netral dapat
meningkatkan keaktifan gugus amino dalam larutan akan meningkat sehingga
Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007.
USU e-Repository © 2008
kemampuan gugus fungsional kitosan dalam menggumpalkan protein juga akan meningkat.
4.3. Pengaruh variasi dosis kitosan mgL dan pH koagulasi terhadap kadar lemak limbah cair pemindangan ikan
Hasil pengujian penggunaan kitosan sebagai koagulan untuk menentukan kadar lemak dalam limbah cair industri pemindangan ikan dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut ini:
3 3.2
3.4 3.6
3.8 4
4.2 4.4
4.6 4.8
5
4 5
6 7
8
pH Kadar
Lem a
k
dosis kitosan 200 mgL dosis kitosan 400 mgL
dosis kitosan 600 mgL dosis kitosan 800 mgL
dosis kitosan 1000 mgL
Gambar 4.2. Grafik hubungan pengaruh variasi dosis kitosan mgL dan pH koagulasi terhadap kadar lemak limbah cair industri pemindangan ikan
Dari Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa perolehan kadar lemak optimum terjadi pada penambahan kitosan 800 mgL dan pH 7. Pada pH di atas pH 7
mengalami penurunan hal ini disebabkan kitosan yang ditambahkan ke dalam limbah
Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007.
USU e-Repository © 2008
cair sudah jenuh dan tidak dapat lagi bereaksi lagi dengan partikel-partikel koloid dengan sempurna. Pada pH 5 untuk penambahan kitosan 400 mgL dan penambahan
kitosan 1000 mgL terjadi penurunan perolehan kadar lemak hal ini disebabkan tidak sempurnanya penggumpalan protein dalam larutan karena sebagian sisa polimer yang
berada dalam larutan tidak cukup untuk mengikat partikel lain sehingga jembatan partikel tidak sempurna terbentuk. Bastaman 1989 menyatakan bahwa kitosan dapat
berinteraksi dengan bahan organik terutama protein dimana perolehan kadar protein berpengaruh terhadap perolehan kadar lemak dalam limbah cair. Hal ini dilihat pada
penambahan kitosan sebanyak 800 mgL dan pH 7 diperoleh kadar lemak sebesar 4,75 Lampiran B. Hal ini memenuhi standarisasi kadar lemak untuk dapat
digunakan sebagai bahan baku yang diizinkan oleh pemerintah yaitu: maksimal 5 Deptan, 1996. Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Fadjar 2002 pada
proses koagulasi limbah cair precooking tuna kaleng untuk menggumpalkan protein dengan kitosan sebagai koagulan diperoleh kadar lemaknya sebesar 2,54 dengan
konsentrasi kitosan 300 mgL pada pH 7.
4.4. Pengaruh Variasi dosis kitosan dan pH koagulasi terhadap kadar serat limbah cair pemindangan ikan
Hasil pengujian penggunaan kitosan sebagai koagulan untuk menentukan kadar serat dalam limbah cair industri pemindangan ikan dapat dilihat pada Gambar
4.3 berikut ini:
Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007.
USU e-Repository © 2008
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
2.2 2.4
2.6 2.8
3 3.2
4 5
6 7
8
pH K
a d
a r S
e ra
t
dosis kitosan 200 mgL dosis kitosan 400 mgL
dosis kitosan 600 mgL dosis kitosan 800 mgL
dosis kitosan 1000 mgL
Gambar 4.3. Grafik hubungan variasi dosis kitosan mgL dan pH koagulasi terhadap kadar serat limbah cair industri pemindangan ikan
Dari Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa perolehan kadar serat optimum terjadi pada penambahan kitosan 800 mgL dan pH 7. Pada pH 5 untuk penambahan kitosan
200 mgL dan 400 mgL mengalami penurunan perolehan kadar serat hal ini disebabkan tidak sempurnanya partikel-partikel koloid dalam larutan berinteraksi
dengan kitosan dalam menggumpalkan protein sehingga partikel-partikel padatan yang terlarut dalam limbah cair semakin kecil. Pada pH 8 untuk penambahan 200
mgL, 800 mgL dan 1000 mgL mengalami penurunan perolehan kadar serat hal ini disebabkan partikel-partikel padatan yang terlarut dalam limbah cair sudah jenuh
sehingga kemampuan kitosan untuk mengkoagulasi limbah cair tidak sempurna. Hal ini di lihat pada penambahan kitosan sebanyak 800 mgL dan pH 7 terjadinya
perolehan kadar serat sebesar 3,08 Lampiran B. Hal ini memenuhi standarisasi
Dewi Murniati: Pemanfaatan Kembali Protein Yang Dihasilkan dari Limbah Cair Industri Pemindangan Ikan Dengan Menggunakan Kitosan sebagai Koagulan, 2007.
USU e-Repository © 2008
kadar serat untuk dapat digunakan sebagai bahan baku yang diizinkan oleh pemerintah yaitu: maksimal 3 Deptan, 1996. Maezaki 1993 menyatakan bahwa
penambahan kitosan pada limbah cair pengolahan pangan dapat menaikkan perolehan kandungan serat dalam proses penggumpalan protein.
4.5. Pengaruh variasi dosis kitosan dan pH koagulasi terhadap kadar air limbah