menyatakan bahwa kebiasaan manusia mencemari lingkungan dengan tinjanya sendiri dengan didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan cacing merupakan beberapa faktor yang menyebabkan tingginya prevalensi infeksi cacingan yang ditularkan melalui tanah.
5.3. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Infeksi Cacingan
5.3.1. Lingkungan Sekolah Sesuai dengan indikator penilaian PHBS yang dikeluarkan oleh Depkes RI tahun
2004, sanitasi lingkungan sekolah yang berhubungan dengan infeksi cacingan meliputi ketersediaan jamban yang berfungsi dengan baik, ketersediaan air di jamban,
kebersihan halaman sekolah, ketersediaan warung kantin tempat jajan yang memenuhi syarat kesehatan dan ketersediaan tempat pembuangan sampah dan
limbah. Dari 3 sekolah yang menjadi lokasi penelitian, satu diantaranya tidak memenuhi
syarat kesehatan. Sanitasi lingkungan sekolah yang tidak sesuai indikator adalah SDN 060970 Bagan Deli. Halaman sekolah sering digenangi air kalau terjadi pasang laut.
Hal ini membuat siswa yang memakai sepatu dari rumah harus membukanya sewaktu melewati halaman sekolah. Keadaan ini membuat siswa harus kontak dengan tanah
secara langsung tanpa alas kaki. Salah satu cara penularan cacingan adalah melalui pori-pori kulit dalam bentuk larva. Tanah berpasir dan kelembaban yang tinggi
merupakan beberapa faktor yang mendukung berkembangnya telur cacing tambang menjadi bentuk larva infektif filariform Gandahusada dkk, 2004.
Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008
67
Dari hasil observasi diketahui terdapat beberapa lokasi jajan di sekolah yang bukan merupakan kantin sekolah namun tidak semua lokasi tersebut dapat mengelola
dan mengawasi sarana tersebut, sehingga kebersihan makanan yang dijual tidak terjaga. Makanan tidak dalam keadaan tertutup dan banyak ditemukan lalat di sekitar
lokasi jajan. Jenis makanan yang dijual biasanya scack, gorengan, mie goreng dan es. Rata-rata mereka jajan 2 kali sehari pada jam istirahat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Chandra 2007 yang menyatakan bahwa salah satu cara transmisi untuk infeksi cacingan adalah melalui lalat. Selain itu cara penularan transmisi untuk
Ascharis lumbricoides dan Trichuris trichiura adalah secara langsung, yaitu dengan menelan telur infektif. Mekanisme penularan berkaitan erat dengan hygiene dan
sanitasi lingkungan yang buruk. Hasil uji chi-square terhadap lingkungan sekolah diperoleh p-value = 0,038
0,05 sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara lingkungan sekolah dengan infeksi cacingan. Hasil penelitian yang sejenis dengan hasil penelitian yang
sama dilakukan Wachidanijah tahun 2002 di kabupatren Kebumen Jawa Tengah. Dari hasil observasi diketahui sumber air bersih di 3 sekolah ini berasal dari
PAM dan sarana pembuangan kotoran atau jamban dapat dikatakan bersih walaupun tidak disediakan sabun untuk mencuci tangan.
Perilaku mencuci tangan setelah bermain sebenarnya juga telah diajarkan di sekolah, namun dari hasil observasi terhadap lingkungan sekolah sarana untuk
melaksanakan kegiatan tersebut tidak tersedia sehingga siswa tidak terbiasa untuk mencuci tangan setelah bermain atau sebelum jajan di sekolah. Hal tersebut
Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008
68
memungkinkan terjadinya infeksi cacingan terutama oleh Soil Transmited Helimiths Gandahusada dkk, 2004.
5.3.2. Lingkungan Rumah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 51 orang siswa 78,5 tinggal di rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hasil uji chi-square terhadap
lingkungan rumah diperoleh p-value = 0,002 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara lingkungan rumah dengan infeksi cacingan.
Hasil observasi lingkungan rumah siswa, sebanyak 32 rumah 43,1 tidak memiliki sumber air bersih milik sendiri baik PAM ataupun sumur gali. Untuk
keperluan sehari-hari mereka memperoleh air dari rumah yang memakai PAM dengan mengalirkan melalui selang plastik. Data kepemilikan jamban juga sangat
rendah hanya 28 rumah 43,0 sedangkan 37 rumah lainnya 57,0 tidak memiliki jamban. Sebagian di antaranya memanfaatkan jamban umum untuk BAB. Rumah
yang berdekatan dengan pantai umumnya tidak memiliki jamban, kalaupun ada belum memenuhi syarat kesehatan yaitu jamban masih merupakan jamban cemplung
dan tidak memiliki septic tank. Rumah yang berdekatan dengan pantai dan tidak memiliki jamban menyebabkan semua anggota keluarga BAB di pantai. Dari 28
rumah yang memiliki jamban hanya 17 rumah yang menyediakan air di jamban. Sarana pembuangan sampah di lingkungan rumah tidak tertata dengan baik.
Resonden yang memilki sarana pembuangan sampah hanya 23 rumah 35,4 sedangkan 42 rumah 64,6 tidak memiliki sarana pembuangan sampah sehingga
banyak dijumpai tunpukan sampah di sekitar rumah responden. Sarana pembuangan
Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008
69
limbah juga belum tertata dengan baik. Sebagian besar rumah 69,3 tidak memilki sarana pembuangan alir limbah. Hal ini menyebabkan di sekitar rumah responden
sering tergenang air. Apabila dilihat dari perlaku bermain, sebagian siswa setiap harinya bermain
dengan tanah. Selain itu dari hasil pengamatan terhadap kebiasaan anak setelah pulang sekolah adalah mencari ikan di lokasi sekitar sekolah. Daerah ini merupakan
daerah pasang surut air laut dan disekitar sekolah banyak rumah yang memiliki jamban cemplung dan tidak memiliki septic tank. Hal ini mendorong terjadinya
pencemaran telur cacing di tanah sekitar perumahan. Lalat merupakan salah satu mediator yang dapat menularkan infeksi cacing usus.
Dari beberapa responden yang memiliki jamban, banyak di antaranya ditemukan lalat di sekitar jamban. Hal ini mungkin disebabkan karena jamban masih merupakan
jamban cemplung sehingga mengundang bau yang khas untuk lalat. Faktor rumah di pedesaan yang masih banyak berlantai tanah merupakan sarana
yang baik bagi perkembangan cacing Pasaribu, 2004. Hasil pemeriksaan sampel tanah di kabupten Karo, dari 96 rumah yang diperiksa 44 rumah 45,8 dijumpai
telur Ascharis lumbricoides. Keadaan lingkungan sekolah dan rumah yangh tidak memenuhi syarat kesehatan
menyebabkan tingginya prevalensi cacingan pada siswa sekolah dasar di daerah ini. Hal ini sesuai dengan teori Blum yang menyatakan bahwa faktor lingkungan
mempunyai kontribusi paling besar di dalam mempengaruhi status kesehatan individu maupun masyarakat Notoatmodjo, 2003.
Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008
70
5.4. Keterbatasan Penelitian