Latar Belakang Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Medan Belawan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dan tujuan nasional. Untuk mencapai hal tersebut di atas, diselenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima serta terjangakau oleh seluruh masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah program pemberantasan penyakit menular yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan dan mencegah penyebaran penyakitnya Depkes RI, 1999. Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya, Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi terutama yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang belum baik. Salah satu penyakit yang insidennya masih tinggi adalah infeksi cacingan di mana penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan Depkes RI, 2004. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris dengan tingkat sosial ekonomi, pengetahuan, keadaan sanitasi lingkungan dan hygiene masyarakat yang masih rendah yang sangat mendukung untuk terjadinya infeksi dan penularan cacing. Salah satu penyakit cacingan adalah penyakit cacingan usus yang ditularkan melalui tanah Soil-Transmited Helminths yang sering dijumpai pada anak usia sekolah dimana pada usia ini anak masih sering kontak dengan tanah. Ada 4 jenis Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 14 cacing yang terpenting yaitu cacing gelang Ascaris lumbricoides, cacing tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus dan cacing cambuk Trichuris trichiura Depkes RI, 2004. Prevalensi penyakit cacingan sangat tinggi terutama di daerah tropis dan sub tropis. Penyakit ini merupakan penyebab banyak kesakitan di selurus dunia Vince dalam Poespoprojo dan Sajimin, 2000. Prevalensi penyakit cacingan di Indonesia pada semua umur juga masih cukup tinggi yaitu 58,15 yang tediri dari 30,4 Ascaris lumbricoides, 21,25 Trchuris trichiura serta 6,5 Hookworm Sutoto dan Indriyono, 1999. Prevalensi cacingan dari hasil survey di 10 propinsi tahun 2002 dengan sasaran anak Sekolah Dasar sangat bervariasi antara 4,8 sampai 83,0, dengan prevalensi yang tertinggi di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan diikuti dengan Propinsi Sumatera Barat, sedangkan yang terkecil di Propinsi Jawa Timur. Hasil survey prevalensi cacingan tahun 2003, dengan sasaran dan lokasi sama pada tahun 2002 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Prevalensi cacingan keseluruhan 33,1, cacing gelang 22,26, cacing cambuk 20,30 dan cacing tambang 0,75 Ditjend PPM-PL, 2004. Dalam laporan hasil survey prevalensi cacingan pada 10 propinsi tahun 2004, Sumatera Utara menduduki peringkat ke-3 60,4 dalam hal penyakit cacingan setelah Sumatera Barat 82,3 dan Nusa Tenggara Barat 83,6. Sedangkan untuk angka nasional adalah 30,35, dengan rincian prevalensi cacing gelang 17,75, prevalensi cacing cambuk 17,74, dan cacing tambang 6,46 Ditjend PPM-PL, 2004. Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 15 Hasil suvey cacingan pada anak Sekolah Dasar dari beberapa kabupaten di Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2005 didapatkan persentase cacingan tertinggi di kabupaten Tapanuli Tengah 66,67, Tapanuli Selatan 55, Nias 52,17, Labuhan Batu 45,59, Asahan 45,58, Tapanuli Tengah 45,33, dan Padang Sidimpuan 34,23 Dinkes Prop. Sumut, 2006. Anak Usia Sekolah merupakan golongan masyarakat yang diharapkan dapat tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa akan datang sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan untuk dapat tumbuh sempurna baik fisik maupun intelektualnya. Dalam hubungan dengan infeksi cacingan, beberapa penelitian ternyata menunjukkan bahwa anak usia sekolah merupakan golongan yang sering terkena infeksi cacingan karena sering berhubungan dengan tanah Depkes RI, 2004. Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman, sehingga hal tersebut dapat memunculkan sikap terhadap nilai-nilai yang baik dan salah satunya adalah nilai kesehatan. Kurangnya pengetahuan anak tentang infeksi cacingan merupakan faktor dasar seorang anak berperilaku. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahzumi 2000 bahwa terdapat penurunan kejadian infeksi cacingan pada anak Sekolah Dasar setelah diberikan pendidikan kesehatan. Keadaan sanitasi yang belum memadai, keadaan sosial ekonomi yang masih rendah dan kebiasaan manusia mencemari lingkungan dengan tinjanya sendiri, didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan cacing Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 16 merupakan beberapa faktor penyebab tingginya prevalensi infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah di Indonesia Zit, 2000. Seperti yang dinyatakan oleh Meriyati 1994, masih tingginya angka kesakitan penyakit menular di Indonesia seperti cacingan, antara lain dipengaruhi oleh tidak tersedianya air bersih, tidak adanya sarana pembuangan air limbah, dan kurangnya kebersihan lingkungan perumahan. Vince dalam Poespoprojo dan Sadjimin, 2000 menyatakan bahwa infeksi cacingan pada manusia dipengaruhi oleh perilaku, lingkungan tempat tinggal dan manipulasi terhadap lingkungan, misalnya kepadatan penduduk, tidak tersedianya air bersih dan tempat pembuangan feses yang tidak memenuhi syarat kesehatan Ketidaksediaan sarana buang air besar atau jamban dan tidak adanya sarana air bersih juga merupakan faktor penyebab tingginya angka prevalensi cacingan. Penelitian yang dilakukan di kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa sebagian besar responden 90,6 tidak memiliki jamban, sehingga setiap harinya buang air besar di sembarang tempat dan 66,56 tidak mempunyai sarana air bersih dan memanfaatkan sumber air minum yang telah tercemar oleh feses manusia Yuwono, 2001. Salah satu gejala yang sering ditimbulkan oleh adanya infeksi cacingan adalah muntah dan mencret diare. Selain itu, Ascaris lumbricoides yang merupakan salah satu jenis cacing perut yang umum dijumpai pada anak-anak dapat menyebabkan kematian karena penyumbatan pada usus halus dan saluran empedu Siregar, 1996 ; Vilmizar et al, 1996. Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 17 Kecamatan Medan Belawan dalam buku Belawan Dalam Angka tahun 2006 diketahui mempunyai luas wilayah 26,25 km 2 dengan jumlah penduduk 94.196 jiwa, 13.592 14,43 merupakan anak usia sekolah dasar dan 8.513 di antaranya terdaftar di 26 Sekolah Dasar Negeri. Di kecamatan ini juga terdapat sejumlah 27.514 KK yang termasuk kategori keluarga miskin, hanya 3564 yang termasuk rumah sehat dari 5.691 rumah yang yang diperiksa jumlah rumah seluruhnya 23.133 rumah BPS, 2006. Melihat kondisi lingkungan perumahan di kecamatan Medan Belawan, masih banyak dijumpai pemukiman yang belum mencapai kelayakan sanitasi lingkungan. Salah satu faktor utamanya adalah tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang masih rendah. Selain itu sistem drainase dan pembuangan air limbah rumah tangga yang belum tertata dengan baik. Beberapa wilayah pemukiman yang umumnya masih tergolong kumuh dengan sistem pembuangan limbah rumah tangga langsung ke laut. Berdasarkan pola penyakit penderita rawat jalan umur di bawah 5 tahun di Puskesmas Belawan, ditemukan adanya beberapa kasus penyakit cacingan, walaupun diagnosa tidak diuji secara laboratorium. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petugas Puskesmas Belawan didapatkan hasil bahwa selama ini pemeriksaan laboratorium feses anak sekolah belum pernah dilakukan walaupun diagnosa klinis banyak yang menunjukkan gejala cacingan. Hal ini dikarenakan di Puskesmas Belawan belum memiliki peralatan dan petugas laboratorium untuk jenis penyakit cacingan. Oleh karena itu, data mengenai kasus kecacingan yang pasti di Puskesmas Belawan tidak dapat diperoleh. Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 18

1.2. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Ibu dan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012”.

0 101 83

Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe

6 48 123

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

1 9 148

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI ROWOSARI 01 KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2006/2007.

0 3 85

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 16

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 2

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 7

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 33

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 5 5

Hubungan Karakteristik Ibu dan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012”.

0 0 12