1.2. Permasalahan
Berdasarkan hasil observasi, kecamatan Medan Belawan memiliki sanitasi lingkungan yang jelek. Data dari Puskesmas Induk di kecamatan ini ditemukan
banyak kasus yang menunjukkan gejala cacingan, namun pemeriksaan secara laboratorium belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka
dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik siswa dan sanitasi lingkungan dengan infeksi cacingan siswa sekolah dasar di kecamatan Medan Belawan..
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Mengetahui prevalens rate infeksi cacingan pada siswa SD di kecamatan Medan Belawan Tahun 2007.
2. Menganalisis hubungan karakteristik siswa dengan infeksi cacingan pada
siswa SD di Kecamatan Medan Belawan. 3.
Menganalisis hubungan perilaku pengetahuan, sikap dan tindakan siswa dengan infeksi cacingan pada siswa SD di Kecamatan Medan Belawan.
4. Menganalisis hubungan sanitasi lingkungan sekolah dengan infeksi cacingan
pada siswa SD di Kecamatan Medan Belawan 5.
Menganalisis hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan infeksi cacingan pada siswa SD di Kecamatan Medan Belawan
1.4. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan karakteristik siswa dengan infeksi cacingan pada siswa SD di
Kecamatan Medan Belawan
Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008
19
2. Ada hubungan perilaku pengetahuan, sikap dan tindakan siswa dengan
infeksi cacingan pada siswa SD di Kecamatan Medan Belawan. 3.
Ada hubungan sanitasi lingkungan sekolah dengan kejadian infeksi cacingan pada siswa SD di Kecamatan Medan Belawan.
4. Ada hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian infeksi cacingan
pada siswa SD di Kecamatan Medan Belawan
1. 5. Manfaat Penelitian
1. Merupakan bahan masukan bagi pembuatan kebijakan untuk pengambilan
keputusan dalam program pemberantasan infeksi cacingan Siswa SD di Kecamatan Medan Belawan.
2. Sebagai pengembangan konsep-konsep dalam bidang Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan khususnya pada program pemberantasan penyakit cacingan Siswa SD di Kecamatan Medan Belawan.
Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Infeksi Cacingan
Infeksi cacingan adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan minuman atau melalui kulit dimana tanah sebagai media penularannya yang disebabkan oleh cacing
gelang Ascaris lumbricoides, cacing cambuk Trichuris trichiura, dan cacing tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus Jawetz et al, 1996.
Infeksi cacingan banyak terdapat pada anak usia sekolah dasar yang di dalam usus anak terdapat satu atau beberapa jenis cacing yang merugikan pertumbuhan dan
kecerdasan anak.
2.2. Epidemiologi Infeksi Cacingan
Di Indonesia, infeksi cacingan merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai. Angka kejadian infeksi cacingan yang tinggi tidak terlepas dari keadaan
Indonesia yang beriklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi serta tanah yang subur yang merupakan lingkungan yang optimal bagi kehidupan cacing. Infeksi
cacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Hasil survei Cacingan di Sekolah Dasar di beberapa propinsi pada tahun 1986-1991 menunjukkan
prevalensi sekitar 60 - 80, sedangkan untuk semua umur berkisar antara 40 - 60. Hasil Survei Subdit Diare pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 SD di 10 provinsi
menunjukkan prevalensi berkisar antara 2,2 - 96,3 Depkes RI, 2004. Pada banyak penelitian, intensitas dan prevalensi infeksi cacingan meningkat
pada anak-anak dan remaja. Kurva intensitas menurun sejalan dengan bertambahnya
Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008
21
usia. Puncak intensitas terjadi antara umur 5-10 tahun untuk Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura, sedangkan cacing tambang pada umur 10 tahun. Penyebab
perbedaan distribusi umur masih belum dipahami. Infeksi cacingan juga dipengaruhi oleh perilaku individu. Intensitas dan
prevalensi yang tinggi pada anak disebabkan oleh kebiasaan memasukkan jari-jari tangan yang kotor ke dalam mulut. Pada infeksi cacing tambang, prevalensi yang
tinggi di dapatkan pada anak dengan umur lebih tua, hal ini kemungkinan disebabkan oleh mobilitas anak meningkat Watkins dan Pollitt dalam Poespoprodjo dan
Sadjimin, 2000. Penyebaran infeksi cacing Ascharis dan Trichuris mempunyai pola yang hampir
sama. Aschariasis adalah penyakit infeksi cacingan yang distribusinya di seluruh dunia dan menginfeksi lebih dari 1.000 juta orang. Sebagian besar infeksi terjadi di
negara yang sedang berkembang, di Asia dan Amerika latin. Di Indonesia, berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Indonesia tahun 2002-2004 menunjukkan
bahwa prevalensi Aschariasis dan Trichuris berkisar antara 57 - 90. Depkes, 2004.
Cacing tambang banyak dijumpai pada pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah. Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai
pupuk kebun penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang gembur berpasir dan humus serta lembab sangat baik untuk perkembangan larva dengan suhu optimum
28-32 C Gandahusada dkk, 2004.
Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008
22
2.3. Dampak Infeksi Cacingan terhadap Anak Usia Sekolah