Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan

g. Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas yang menjamin hidup sehat h. Pemeriksaan kesehatan, Entjang 2001. Kebersihan diri atau higiene perorangan yang buruk merupakan cerminan dari kondisi lingkungan dan perilaku individu yang tidak sehat. Penduduk miskin dengan kebersihan diri yang buruk mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terinfeksi oleh semua jenis cacing Brown, 1983.

2.6. Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan

2.6.1. Lingkungan Blum menyebutkan bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi berbagai faktor, yaitu : keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Dari keempat faktor tersebut terlihat bahwa faktor lingkungan mempunyai kontribusi paling besar di dalam mempengaruhi status kesehatan individu maupun masyarakat, dimana faktor lingkungan tersebut adalah meliputi lingkungan fisik dan sosial ekonomi dan budaya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja dalam keadaan terganggu tidak optimal, maka status kesehatan akan tergeser kearah bawah optimal Notoatmodjo, 2003. Secara skematis keempat faktor tersebut digambarkan sebagai berikut Notoatmodjo, 2003 : Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 34 Genetik Keturunan Status Kesehatan Lingkungan : Fisik Biologik Sosial ekonomi Budaya dsb. Pelayanan Kesehatan Perilaku Gambar 4. Teori Blum Lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, dapat dikategorikan dalam 3 tiga komponen Chandra, 2007: a. Lingkungan fisik; bersifat abiotik atau benda mati seperti tanah, air, udara, angin, iklim, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan sebagainya. b. Lingkungan biologi; semua organisme hidup seperti tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain. c. Lingkungan sosial; yaitu semua interaksi antar manusia dengan mahluk sesamanya yang meliputi faktor-faktor sosial ekonomi, kebudayaan, psikososial dan lain-lain. Ketiga unsur lingkungan tersebut saling berhubungan, berinteraksi dan mempunyai sifat saling ketergantungan. Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 35 Achmadi 2005 mengelompokkan komponen-komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit menjadi : a. golongan fisik: kebisingan, radiasi, cuaca, panas dan lain-lain b. golongan kimia: pestisida dalam makanan, asap rokok, limbah pabrik c. golongan biologi: spora jamur, cacing, bakteri dan virus d. golongan sosial: tetangga, atasan, pesaing dan lain-lain Komponen-komponen tersebut berinteraksi dengan manusia melalui media atau wahana, udara, air, tanah, makanan, atau vektor penyakit dan digambarkan dalam suatu skema paradigma kesehatan lingkungan sebagai berikut: Udara Air Binatang LangsungManusia Variabel Kependudukan Variabel Berpengaruh Lainnya Manajemen Sakit Sumber Penyakit Sumber : Achmadi 2005 Gambar 5. Paradigma Kesehatan Lingkungan 2.6.2. Sanitasi Lingkungan Sanitasi atau kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 36 terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Menurut Riyadi 1984 sanitasi lingkungan adalah prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau setidak-tidaknya menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit, melalui kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan untuk mengendalikan: a. Sanitasi air b. Sanitasi makanan c. Pembuangan kotoran, air buangan dan sampah d. Sanitasi udara e. Vektor dan binatang pengerat, dan f. Hygiene perumahan dan halaman Dalam penanggulangan cacingan, pengawasan sanitasi air dan makanan sangat penting, karena penularan cacing terjadi melalui air dan makanan yang terkontaminasi oleh telur dan larva cacing Riyadi, 1984. Penelitian yang dilakukan oleh oleh Ulukanligil et al tahun 2001 menemukan sekitar 14 sayuran kol dan selada di Sanliurfa Turkey mengandung telur cacing yang ditularkan melalui tanah. Pembuangan kotoran, air buangan dan sampah serta pemeliharaan lingkungan rumah juga penting dalam penanggulangan penyebaran cacingan. Terjadinya infeksi baru dan infeksi ulang banyak disebabkan oleh tercemarnya tanah oleh tinja Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 37 penderita. Hal ini dibuktikan oleh Pasaribu 2004 di kabupaten Karo yang menemukan 45,8 sampel tanah yang diperiksa mengandung telur cacing A. lumbricoides. 2.6.2.1. Lingkungan Rumah Penelitian Damayanti seperti yang dikutip Hidayat 2002 menunjukkan adanya hubungan yang erat antara interaksi faktor lingkungan tempat tinggal dengan prevalensi cacing pada anak sekolah dasar. Tingginya angka prevalensi A. lumbricoides pada anak sekolah dasar di desa dibanding dengan di kota menunjukkan adanya perbedaan higiene dan sanitasi lingkungan. Penelitian tersebut juga menggambarkan bahwa adanya infeksi ganda A. lumbricoides di desa lebih tinggi dibandingkan di kota. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan pedesaan merupakan faktor predisposisi untuk anak-anak sekolah dasar di desa. Menurut Ismid et al 1980 seperti yang dikutip Hidayat 2002, di halaman rumah telur A. Lumbricoides banyak ditemukan di sekitar tumpukan sampah 55 dan tempat teduh di bawah pohon 33,3. Penelitian Hadidjaja et al 1989 menunjukkan bahwa 14-12 sampel air got yang diperiksa ternyata positip mengandung telur cacing A. Lumbricoides. Telur cacing Ascaris juga banyak dijumpai di sekitar sumur, tempat cuci, dekat jamban, pinggiran kali bahkan dekat di dalam rumah. Kepadatan penghuni dalam rumah juga berperan terhadap penularan kecacingan. Menurut Brown 1983, keterbatasan ruang dalam rumah akan meningkatkan kemungkinan penularan cacingan di antara anggota keluarga. Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 38 2.6.2.2. Lingkungan sekolah Di samping lingkungan rumah tempat tinggal, lingkungan sekolah secara tidak langsung mempunyai sumbanagn terhadap terjadinya penularan penyakit infeksi cacingan. Sebagian besar waktu anak sekolah dasar dihabiskan dengan bermain baik di rumah maupun di sekolah sehingga anak sekolah dasar mempunyai potensi untuk terjangkit penyakit infeksi cacingan Watkins dan Pollit dalam Poespoprodjo dan Sadjimin, 2000. Dalam buku Pedoman Penanggulangan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS, indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah Dasar Negeri maupun swasta SDMI. Indikator ini meliputi: 1. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa 2. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas 3. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih 4. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik 5. Siswa menjadi anggota dana sehat JPKM 6. Siswa pada umumnya 60 kukunya pendek dan bersih 7. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah minimal 10 orang Dinkes Prop. Sulsel, 2006 Lingkungan fisik sekolah meliputi gedung sekolah dengan keadaan lantai kering, langit-langit bersih dan ventilasi yang baik. Ketersediaan jamban dan sumber air Salbiah : Hubungan Karakteristik Siswa Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah..., 2008 USU e-Repository © 2008 39 minum yang memenuhi syarat kesehatan, kebersihan halaman sekolah, ketersediaan warung atau tempat jajan, ketersediaan tempat pembuangan sampah dan limbah. Sejalan dengan upaya hidup sehat di lingkungan sekolah adanya Program Usaha Kesehatan Sekolah UKS sebagai tempat belangsungnya kegiatan pendidikan kesehatan di sekolah. Salah satu program dari UKS ini adalah kegiatan penanggulangan cacingan. Program pemberantasan dan pencegahan penyakit infeksi cacingan secara otomatis telah dimasukkan dalam kegiatan UKS tersebut Depkes RI, 2004.

2.7. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Ibu dan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012”.

0 101 83

Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe

6 48 123

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

1 9 148

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI ROWOSARI 01 KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2006/2007.

0 3 85

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 16

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 2

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 7

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 33

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 5 5

Hubungan Karakteristik Ibu dan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012”.

0 0 12