Data 35
Untuk berinteraksi dengan baik dalam maksim kualitas dapat diukur dengan sejumlah ungkapan. Dari acara debat ini diperoleh ungkapan ‘kira’ yang menunjukkan bahwa
apa yang sedang dikatakan penutur tidak sepenuhnya tepat, seperti berikut.
Dani Anwar :
“Kaitannya dengan menciptakan iklim investasi yang baik, saya kira memang diperlukan keberanian”.
4.2 Pembahasan
Prinsip kerjasama dalam percakapan yang terdiri dari empat jenis maksim harus diketahui dan dikenali dalam sebuah program debat di televisi. Pada umumnya
para penutur yang terlibat dalam suatu percakapan saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan, sehingga kolaborasi antar penutur merupakan faktor yang
sangat penting. Pada umumnya para kandidat dalam debat tersebut berkata benar, relevan, dan berusaha memberikan tanggapan yang jelas. Jika seorang kandidat
mengatakan “…saya kenal Jakarta, saya tahu masalahnya….” maka para pemirsa televisi akan beranggapan kalau kandidat ini benar-benar mengetahui atau paling
tidak dia memiliki fakta tentang sesuatu yang dibicarakan dan tidak berusaha membohongi mitra bicaranya.
Temuan penelitian ini mencakup pelanggaran empat jenis maksim. Data ini diambil dari salah satu program televisi yaitu debat publik untuk pemilihan cagub dan
cawagub DKI Jakarta. Dari hasil temun penelitian ini diketahui bahwa kandidat cagub dan cawagub ini melakukan pelanggaran maksim-maksim percakapan ketika
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh panelis. Pelanggaran empat jenis maksim ini menggambarkan bahwa para kandidat cagub dan cawagub ini
tidak sepenuhnya mematuhi prinsip percakapan. Dalam satu sesi debat tersebut, para kandidat terlihat memberikan tanggapan
atau jawaban yang tidak jelas, tidak ada relevansinya, tidak memiliki bukti cukup, lebih informatif dari yang diinginkan. Pelanggaran maksim-maksim ini menjadi
menarik untuk diteliti karena berdasarkan kontekslah makna ini dapat diinterpretasikan lebih dari yang dikatakan. Implikatur percakapan ini diperoleh dari
reaksi mitra bicara ketika melakukan pelanggaran maksim, seperti contoh berikut. 1
Pelanggaran maksim kualitas terjadi ketika seorang kandidat mengatakan, “Saya kenal Jakarta, saya tahu masalahnya, dan saya tahu juga solusinya. Untuk
itulah kami berdua akan bekerja keras. Solusi ada di tangan kami”, untuk menjawab pertanyaan “Kira-kira apa yang akan saudara-saudara lakukan,
pasangan baik yang pertama maupun yang kedua, untuk mengatasi masalah Jakarta ini?”
Interaksi seperti ini menggambarkan munculnya pelanggaran maksim kualitas yang menyatakan untuk tidak mengatakan sesuatu yang diyakini salah dan tidak
mengatakan sesuatu jika tidak memiliki bukti yang memadai. 2
Dari temuan penelitian ini juga terdapat pelanggaran maksim kuantitas yang mengatakan untuk membuat percakapan yang informatif seperti yang diminta dan
tidak membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. Hal ini terjadi ketika salah seorang kandidat cagub mengatakan,
“Yang pertama ini adalah tiga bulan terakhir dari tahun 2007. Kita akan laksanakan apa yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja tahun
2007 secara konsekwen, secara konsisten, dengan lebih efektif dan lebih efisien
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
untuk kepentingan rakyat Jakarta. Yang kedua, saya akan membakukan visi dan misi yang sudah kami tawarkan dan kami paparkan, agar visi dan misi tersebut
menjadi visi dan misi Pemerintah Daerah tahun 2007 sampai dengan tahun 2012, yang secara resmi mendapat legistimasi dari DPRD. Saya yakin legistimasi ini
akan saya terima, karena saya mendapat dukungan dari 75 anggota DPRD yang ada”.
Tanggapan yang seperti ini muncul ketika salah seorang panelis mengajukan pertanyaan,
”Seratus hari pertama menjabat jadi gubernur adalah penting. Apa program yang konkrit untuk dilakukan atau akan dilakukan nanti untuk mengatasi masalah
Jakarta yang kompleks?”
3 Pelanggaran maksim relevansi juga terjadi ketika seorang kandidat mengatakan,
“Andaikata lima tahun yang lalu Pak Adang dan saya sudah menjadi pemimpin di Ibukota Jakarta ini mungkin persoalan yang ditanyakan sama Pak, Pak Azumardi
itu tidak akan terjadi di Jakarta ini” untuk menjawab pertanyaan “Kira-kira apa yang akan saudara-saudara lakukan, pasangan baik yang pertama maupun yang
kedua, untuk mengatasi masalah Jakarta ini?”
Para kandidat sering memberikan tanggapan yang tidak relevan atas pertanyaan yang diajukan oleh panelis sehingga gagasan atau ide yang mereka sampaikan
tidak jelas. 4
Selanjutnya juga terjadi pelanggaran maksim cara yang menyatakan untuk memberikan tanggapan yang jelas, tidak bermakna ganda, tidak panjang lebar dan
teratur. Hal ini terjadi ketika salah seorang panelis mengajukan pertanyaan, “…ketika akan melakukan pemberantasan korupsi perlu dilakukan kontrol
terhadap kekuasaan. Bagaimana sebenarnya kontrol itu bisa dilakukan?”
Kemudian salah seorang kandidat memberikan jawaban yang melanggar maksim cara yaitu,
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
“Dalam visi dan misi yang kami eh…tawarkan dan kami sampaikan kepada rakyat Jakarta, jelas tercantum keinginan kuat dari Priyanto dan Fauzi Bowo
untuk membangun suatu, mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik, good governance. Diantara ciri-ciri good governance tersebut transparansi,
accountability, partisipasi dan profesionalisme, ini akan kami jalankan secara konsekwen. Mulai hari pertama di setiap jajaran dan jenjang yang mengambil
keputusan”.
Tanggapan Fauzi Bowo ini menggunakan istilah-istilah yang membuat audiens kurang mengerti dengan hal-hal yang ingin disampaikannya. Audiens bukan
hanya yang berada dalam acara debat tersebut saja, namun juga dilihat oleh masyarakat yang tidak terlibat dalam acara debat tersebut. Selanjutnya dia ingin
menjelaskan suatu istilah dengan mengatakan ‘tata kelola pemerintahan yang baik’ lalu ditambahkannya dengan kata ‘good governance’. Padahal kedua istilah
tersebut memiliki makna yang sama. Pelanggaran maksim-maksim percakapan ini menghasilkan implikatur
percakapan. Seperti dalam ilustrasi 1 maka implikatur yang diperoleh adalah kandidat tersebut Fauzi Bowo seorang yang merasa lebih mengetahui persoalan
Jakarta yang kompleks daripada masyarakat Jakarta. Dari ilustrasi 2 dapat diperoleh implikatur yaitu adanya beberapa program yang akan dilaksanakan oleh Fauzi dan
wakilnya untuk mengatasi masalah Jakarta yang kompleks. Selanjutnya ilustrasi 3 implikatur yang diperoleh adalah pasangan kandidat ini Dani dan Anwar sangat
pantas memerintah Jakarta karena persoalan kesenjangan sosial di Jakarta yang sangat mencolok ini tidak akan terjadi. Selanjutnya dalam ilustrasi 4 implikatur
yang diperoleh dari pelanggaran maksim ini adalah kandidat ini Fauzi Bowo ingin
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
menunjukkan kepada pada audiens bahwa dia adalah orang yang pintar karena menguasai istilah-istilah asing. Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa
penuturlah yang menyampaikan makna lebih banyak daripada yang diutarakannya, dan mitrabicaralah yang dapat mengenali makna yang disampaikan itu melalui
inferensi. Selain maksim-maksim percakapan terdapat pula pembatas hedges dalam
penelitian ini. Pembatas ini digunakan oleh para kandidat cagub untuk menunjukkan kalau mereka sangat peduli pada prinsip kerja sama dan akan sangat berbahaya jika
ungkapan-ungkapan pembatas ini tidak dipakai dalam kalimat-kalimat yang mereka utarakan. Seperti dalam beberapa contoh berikut.
1 Kesadaran tingkah laku yang diharapkan dapat menuntun penutur menghasilkan tipe pembatas berikut.
Fauzi Bowo :
“Saya yakin legistimasi ini akan saya terima, karena saya mendapat dukungan dari 75 anggota DPRD yang ada”.
2 Tanda-tanda pembatas yang terkait dengan harapan relevansi dapat ditemukan dalam debat ini dengan menggunakan ungkapan ‘bagaimanapun juga’ seperti berikut.
Adang Darajatun:
“Bagaimanapun juga visi misi ke depan adalah bagaimana Jakarta yang sejahtera, Jakarta yang aman, dan Jakarta yang modern”.
3 Pembatas juga dipakai untuk menunjukkan penutur sadar akan maksim kuantitas, seperti berikut ini.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Adang Darajatun :
“Jadi kalau untuk saya, berbicara tentang konsep strategis, pertama, sebagai seorang pemimpin dan kebetulan saya orang baru disana pasti akan melakukan
suatu perubahan untuk lebih memberikan satu tata pemerintahan yang lebih baik”.
4 Untuk berinteraksi dengan baik dalam maksim kualitas dapat diukur dengan sejumlah ungkapan. Dari acara debat ini diperoleh ungkapan ‘kira’ yang
menunjukkan bahwa apa yang sedang dikatakan penutur tidak sepenuhnya tepat, seperti berikut.
Dani Anwar :
“Kaitannya dengan menciptakan iklim investasi yang baik, saya kira memang diperlukan keberanian”.
Selain ditemukannya pembatas hedges pada penelitian ini, informasi tertentu yang disampaikan para kandidat cagub dan cawagub ini dengan memilih
sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Hal ini secara khusus tampak jelas dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti yang
ditunjukkan dalam skala ‘semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit’, ‘selalu, sering, kadang-kadang’, dimana istilah-istilah itu didaftar dari skala nilai tertinggi ke
nilai terendah. Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala itu yang paling informatif dan benar, seperti pada contoh tanggapan Fauzi Bowo,
“….kami akan menyusun anggaran tahun 2008 yang juga berpihak kepada kepentingan publik…Itupun saya akan lakukan dengan dukungan dari DPRD dimana
hampir seluruh partai politik memberikan dukungan kepada kami”.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Dengan memilih kata ‘hampir seluruh’ dari data di atas, Fauzi Bowo menciptakan suatu implikatur + sebagian, + semua. Ini merupakan salah satu
implikatur berskala. Dasar implikatur berskala adalah bahwa semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun dalam skala itu
dinyatakan. Dengan adanya batasan implikatur berskala dari data di atas, konsekuensinya adalah, dalam mengatakan ‘hampir seluruh partai politik
memberikan dukungan kepada kami’, Fauzi Bowo juga menciptakan implikatur lain, misalnya, + sebagian besar, + tidak semua.
Apabila penutur berusaha menjelaskan suatu informasi seperti dalam uraian yang disampaikan oleh Panelis IV, Bambang Wijayanto,
”Bicara soal korupsi, itu adalah poinnya penyalahgunaan kewenangan. Jawaban dari kandidat selalu normatif dengan mengatakan perlu peningkatan insentif”,
maka akan diketahui lebih banyak implikatur berskala lainnya. Seperti dari data ini,
dengan menggunakan kata ’selalu’, penutur menyampaikan bentuk-bentuk negatif yang tatarannya lebih tinggi dalam skala frekuensi melalui implikatur + sering, +
kadang-kadang. Program debat kandidat ini merupakan suatu program yang menarik karena
didalamnya terdapat pelanggaran prinsip kerjasama maksim-maksim. Dari hasil temuan ini diketahui bahwa terdapat pelanggaran prinsip kerja sama maksim-
maksim yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim hubungan, dan maksim cara yang dilakukan oleh kandidat cagub dan cawagub ini ketika memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan panelis. Pelanggaran maksim-maksim ini disebabkan
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
kurang memahami inti pertanyaan tersebut ataupun belum menguasai bidang yang ditanyakan oleh panelis. Sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip kerja sama ini
kemudian diperoleh implikatur. Selanjutnya dalam temuan penelitian ini diupayakan ungkapan atau kalimat yang dapat digunakan oleh para kandidat tersebut sehingga
tidak terjadi pelanggaran maksim-maksim percakapan. Implikatur yang diperoleh dapat diklasifikasikan sebagai Implikatur
Percakapan Khusus karena acara debat ini berlangsung di salah satu stasiun televisi dengan konteks yang khusus dengan memahami makna kata-kata yang disampaikan
lewat inferensi. Mitrabicara yang mendengar kalimat-kalimat dalam debat ini pertama sekali harus berasumsi bahwa penutur sedang melaksanakan kerjasama dan
bermaksud untuk menyampaikan informasi.
4.3 Diskusi