Fauzi tidak perlu menambahkan kalimat seperti yang terdapat pada data di atas.
4.1.3 Pelanggaran Maksim HubunganRelevansi
Maksim Relevansi menyatakan supaya setiap perkataan ada relevansinya. Data yang termasuk pelanggaran maksim ini sebagai berikut.
Data 6 Panelis 1, Azyumardi Azra :
“Pertama saya ingin mengucapkan selamat atas kedua pasangan cagub dan cawagub ini dan saya ingin memulai, eh….diskusi kita, perdebatan kita pada
malam hari ini. Dengan melihat masalah Jakarta yang begitu kompleks dan rumit, sangat rumit dan begitu kompleks seperti masyarakatnya, ada
kesenjangan sosial yang semakin mencolok di Jakarta, ada rumah-rumah mewah tapi juga semakin banyak eh…komplek atau perumahan-perumahan
kumuh, juga ada mall-mall yang semakin luas, semakin gagah, dan pasar-pasar tradisional yang semakin tersisih, dan juga ada mobil-mobil mewah yang
seliweran di jalanan, sementara banyak juga kita lihat bajaj yang banyak mengeluarkan asap, emisi. Nah, kira-kira apa yang akan saudara-saudara
lakukan, pasangan baik yang pertama maupun yang kedua, untuk mengatasi masalah ini?
Kandidat Cagub I, Adang Darajatun:
”Kita melihat Jakarta memang begitu kompleks. Oleh karena itu, bagaimanapun juga visi misi ke depan adalah bagaimana Jakarta yang sejahtera,
Jakarta yang aman, dan Jakarta yang modern. Di dalam Jakarta yang sejahtera, pertanyaan Bapak tadi jelas bahwa APBD kita akan berpihak kepada
masyarakat miskin, sehingga jelas bagaimana kita membangun masyarakat miskin khususnya yang berhubungan dengan kesehatan dan juga berhubungan
dengan pendidikan. Lalu juga bagaimana kita melihat kemiskinan itu yang di Jakarta yang semakin meningkat dilakukan pengembangan terutama
menghilangkan pengangguran dengan memberikan kesempatan untuk lebih banyak bekerja dari pendekatan ekonomi mikro”.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Adang Darajatun dalam data 6 memberikan jawaban yang kurang relevan atas pertanyaan atas pertanyaan Panelis I. Dari data ini terlihat bahwa Adang
berusaha untuk menguraikan beberapa persoalan Jakarta yang begitu kompleks, namun belum jelas langkah konkrit apa yang akan dilakukannya jika dia terpilih
nantinya. Dengan demikian para pemirsa televisi belum yakin jika mereka berdua terpilih nantinya dapat memperbaiki keadaan Jakarta.
Implikatur yang diperoleh dari data ini adalah bahwa Adang belum memiliki strategi yang jelas untuk mengatasi masalah-masalah kompleks yang ada di
Jakarta. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran maksim relevansi ini sebaiknya
Adang mengatakan,”Ada beberapa langkah yang akan kami lakukan untuk mengatasi persoalan kesenjangan sosial yang semakin mencolok di Jakarta ini. Pertama,
meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara menciptakan lapangan kerja baru. Kedua, memberi kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Ketiga,
mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan anggota masyarakat lain. Dst..”. Adang harus menguraikan langkah-langkah konkrit untuk mengatasi masalah
ini.
Data 7 Kandidat Cawagub I, Dani Anwar:
“Saya ingin menambahkan, sebetulnya pertanyaan Abang itu andaikata lima tahun yang lalu Pak Adang dan saya sudah menjadi pemimpin di Ibukota
Jakarta ini mungkin persoalan yang ditanyakan sama Pak, Pak Azumardi itu tidak akan terjadi di Jakarta ini Disinilah diperlukan eh…konsistensi seorang
pemimpin, bagaimana perencanaan-perencanaan yang dibuatnya.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Nah, kita melihat banyak sekali persoalan- persoalan yang dikemukakan tadi adalah akibat dari tidak konsistennya seorang pemimpin di dalam melaksanakan
aturan-aturan yang berlaku.”
Dari data 7 ini, terlihat kalau Dani melanggar maksim relevansi dengan memberikan jawaban yang tidak relevan atas pertanyaan dari panelis I tersebut.
Disini Adang ingin mengatakan bahwa persoalan yang diungkapkan oleh panelis tadi tidak akan terjadi jikalau yang memerintah Jakarta adalah Adang dan Dani.
Kekonsistensian seorang calon pemimpin dapat dilihat dari cara dia memberikan argumen terhadap satu persoalan. Dari cara Adang dan Dani memberikan argumen
belum menggambarkan calon pemimpin yang dapat memimpin Jakarta. Implikatur yang diperoleh dari data ini adalah pasangan kandidat ini sangat
pantas memerintah Jakarta karena persoalan kesenjangan sosial di Jakarta yang sangat mencolok ini tidak akan terjadi jika mereka berdualah yang memerintah di
DKI Jakarta. Agar tidak terjadi pelanggaran maksim relevansi ini, Adang sebaiknya
mengatakan, “Saya ingin menambahkan, persoalan kesenjangan sosial ini adalah diakibatkan tidak konsistensinya seorang pemimpin terhadap perencanaan-
perencanaan yang dibuatnya. Jika nantinya kami terpilih sebagai cagub dan cawagub, kami insyaallah akan konsisten terhadap segala perencanaan yang kami buat”.
Data 8 Kandidat Cagub I, Adang Darajatun:
“Bung Fauzi, saya dengar di radio, di televisi bahwa kalau memilih adalah, dan menusuk adalah kumisnya Pak Fauzi. Ah…saya ingin, apa kelebihan kumisnya
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Bung Fauzi? Karena saya tahu sepanjang ada Gubernur DKI tidak ada gubernur yang berkumis”.
Kandidat Cagub II, Fauzi Bowo:
“Saya akan memberikan kehor…saya akan memberikan kehormatan kepada warga Jakarta untuk menusuk dan mencoblos kumis saya tahun 2007 ini. Kita
buktikan bahwa Jakarta akan punya gubernur yang amanah, gubernur yang cerdas, gubernur yang insyaallah dekat dengan rakyatnya, dan gubernur yang
tahu apa yang harus dikerjakan. Yang merelakan kumisnya untuk dicoblos oleh seluruh warganya”.
Pada data 8 tanggapan yang dikemukakan oleh Fauzi Bowo ini melanggar maksim relevansi ketika Fauzi tidak memberikan jawaban yang relevan atas
pertanyaan Dani mengenai kelebihan yang dimiliki kumisnya tersebut. Hal ini menimbulkan kesan bahwa uraian yang diberikan pasangan calon ini dalam program
debat hanyalah sekedar kelakar. Implikatur yang diperoleh dari data ini bahwa dengan berkumis maka dialah
orang yang tepat untuk menjadi gubernur Jakarta karena dia orang yang amanah, cerdas dan tahu apa yang sebaiknya dilakukan.
Untuk menghindari terjadinya pelanggaran maksim relevansi ini sebaiknya Fauzi mengatakan, “Kumis bagi saya merupakan ciri pembeda diri saya dari orang
lain. Tidak ada kelebihan kumis saya ini, akan tetapi dengan berkumis maka menjadi ciri khas saya jika saya terpilih sebagai gubernur nantinya”.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Data 9 Panelis III, Aviliani:
“……kalau kita lihat Jakarta sama dengan masalah nasional kita adalah masalah pengangguran dan kemiskinan. Kita lihat angka pengangguran dan kemiskinan
terutama di Jakarta itu mulai juga ada peningkatan. Karena banyak perusahaan yang tutup ya… Oleh karena itu, kalau kita melihat eh…1 harusnya
bagaimana Jakarta ini bisa meningkatkan investasi, sehingga para penganggur ini bisa eh..dioptimalkan. Dan berikutnya adalah kalau kita melihat
eh..kenyataan di berbagai daerah, penyerapan APBD itu sangat rendah. Bagaimana keberanian dari para calon ini untuk menyerap APBD dengan lebih
cepat supaya ekonomi dapat berjalan lebih baik? Itu masalah besar. Silahkan….
Kandidat Cagub II, Adang Darajatun:
“Makasih, kita tahu bahwa Jakarta ke depan, kita akan membangun satu kota jasa, ya.. Kota jasa berarti kita mengharapkan bahwa seperti di visi kita, salah
satunya adalah aman. Aman apa artinya? Dalam konteks ekonomi, berarti aman bagaimana investasi itu datang. Jadi, yang jelas masalah keamanan harus segera
diselesaikan Lalu kedua yang paling penting, orang selalu kalau datang ke Jakarta mau membuat izin sulit. Nah, oleh karena itu kita ingin ada one-stop
system yang dibuat dalam satu gedung dan diharapkan bahwa setiap investor yang datang dia senang. Datang kesini, senyum orang yang menerimanya
sehingga dia senang untuk menanamkan investasinya”.
Tanggapan Adang dalam data 9 ini kurang relevan dengan pertanyaan yang diajukan oleh panelis III, sehingga Adang melanggar maksim relevansi. Ketika
Adang ingin menjelaskan bahwa peningkatan investasi itu awalnya adalah kondisi keamanan, namun dia tidak menjelaskan bagaimana caranya untuk meningkatkan
investasi pada saat kondisi aman itu tercapai. Implikatur yang diperoleh adalah Adang belum memiliki konsep yang jelas
mengenai peningkatan investasi di Jakarta.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Untuk menghindari terjadinya pelanggaran maksim relevansi Adang sebaiknya mengatakan, “Kondisi keamanan sangat berpengaruh terhadap peningkatan
investasi baik dari dalam maupun dari luar. Nah, untuk itu dalam visi kami salah satunya adalah menciptakan rasa aman, baik itu untuk berusaha maupun berpolitik.
Jika iklim usaha sudah baik maka tingkat pengangguran mudah-mudahan dapat berkurang”.
Data 10 Pertanyaan kedua dari panelis III, Aviliani:
“Yang kedua juga kalau kita melihat ternyata inflasi di Indonesia eh….di Jakarta itu sangat tinggi. Nah, bagaimana stabilitas harga itu terutama adalah
sembilan bahan pokok bagi masyarakat Jakarta, terutama masyarakat miskin, itu bagaimana bisa eh…distabilkan. Apa yang akan dilakukan?”
Adang Darajatun:
“…bagaimana stabilitas bahan pokok, karena bahan pokok berbicara tingkat nasional, jadi saya pikir lebih banyak gubernur hadir dan datang ke menteri-
menteri yang berhubungan dengan sembilan bahan pokok untuk bisa menyelesaikan. Lebih memberikan suatu data tentang kemiskinan yang
diakibatkan oleh sembilan bahan pokok. Sehingga pemerintah pusat bisa bekerja sama dengan DKI untuk menyelesaikan masalah sembilan bahan pokok tersebut
Yang seperti ini yang kita rasakan, minyak misalnya. Bagaimana proses merubah gas eh…minyak jadi gas. Itu perlu suatu koordinasi yang baik.”
Dari data 10 ini, Adang terlihat belum memahami apa yang ditanyakan oleh panelis. Sehingga respon yang diberikannya kurang relevan terhadap pertanyaan
tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya pelanggaran maksim relevansi.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Implikatur yang didapat dari data ini adalah Adang belum mengetahui secara pasti bagaimana menyelesaikan permasalahan kemiskinan di Jakarta dan
harga sembilan bahan pokok yang tidak stabil. Tanggapan yang sebaiknya diutarakan oleh Adang untuk mematuhi maksim
relevansi adalah sebagai berikut. “Sebagai orang yang baru berada di lingkungan pemerintahan, kami akan membahas
masalah sembilan bahan pokok ini dengan departemen yang terkait dengan hal ini serta membahas strategi apa yang akan digunakan untuk menstabilkan harga sembilan
bahan pokok”.
Data 11 Pertanyaan ketiga dari panelis III, Aviliani:
“…berikutnya adalah yang paling penting, kalau mengatakan APBD untuk kemiskinan, sekarang saja, kalau kita melihat eh…kenyataan di berbagai
daerah, penyerapan APBD itu sangat rendah. Bagaimana keberanian dari para calon ini untuk menyerap APBD dengan lebih cepat supaya ekonomi dapat
berjalan lebih baik?”
Adang Darajatun:
“Lalu APBD kembali, saya yakin dengan 21 trilyun, apabila tidak ada korupsi, kolusi, dan nepotisme, saya yakin bahwa uang itu bisa dipergunakan secara
efektif dan efisien”.
Jawaban Adang dalam data 11 ini mencerminkan kalau dia melanggar maksim relevansi karena memberikan jawaban yang tidak relevan terhadap persoalan
yang ditanyakan oleh panelis tersebut. Adang tidak menjelaskan usaha atau cara yang
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
bagaimana sehingga dapat menyerap dana APBD dengan lebih cepat sehingga perekonomian dapat berjalan dengan lebih baik.
Implikatur yang
diperoleh adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme sebagai faktor utama yang dapat menghambat penyerapan APBD.
Sebaiknya untuk mematuhi maksim relevansi Adang mengatakan,”Jika nantinya kami terpilih sebagai cagub dan cawagub di DKI Jakarta ini, persoalan
pertama yang harus kami selesaikan adalah masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme. Karena ketiga hal ini dapat menghambat penyerapan APBD dan mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi tidak dapat berjalan dengan baik. Pertumbuhan ekonomi yang tidak berjalan baik ini dapat berakibat langsung kepada masyarakat Jakarta dengan
tidak meningkatnya pendapatan rakyat per kapita”.
Data 12 Kandidat Cagub II, Fauzi Bowo:
“Pak Adang dan Bang Dani yang saya hormati,…Saya sebetulnya tidak ingin bertanya. Saya hanya ingin mengajukan himbauan. Ini salah satu di antara kita
pasti tidak akan menang. Ya… kira-kira kalau eh..satu diantara kita akan menang, apakah tawaran Anda kepada yang menang, dan apakah tawaran Anda
kepada yang kalah?”
Kandidat Cagub I, Adang Darajatun:
“Yang pasti kalau nanti Bung Fauzi menang, karena saya adalah teman Anda, pasti saya akan dukung Anda, gitu ya.. Pasti akan saya dukung dan untuk yang
kalah itu biasa. Tempat permainan manapun ada kalah ada menang. Jadi untuk saya tidak ada masalah”.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Dari data 12 ini, pernyataan yang diungkapkan oleh Adang terlihat bahwa Adang melanggar maksim relevansi karena beliau memberikan jawaban yang tidak
relevan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh Fauzi Bowo. Adang tidak mengungkapkan tawaran-tawaran apa saja kepada pihak yang menang maupun yang
kalah, padahal poin itulah yang ditanyakan oleh calon pasangan Fauzi Bowo. Implikatur yang didapat adalah Adang tidak yakin kalau bisa memenangkan
pemilihan cagub dan cawagub Jakarta periode ini. Untuk dapat mematuhi maksim relevansi Adang sebaiknya mengatakan,
”Sampai saat ini kami belum memiliki tawaran-tawaran tertentu, namun yang jelas pasti akan kami dukung siapa pun pihak yang terpilih sebagai kepala daerah DKI
Jakarta, karena sebagai warga Negara yang baik pasti akan mematuhi hukum yang berlaku dan akan menghargai siapa yang jadi pemimpinnya”.
4.1.4 Pelanggaran Maksim Cara