Dari data 12 ini, pernyataan yang diungkapkan oleh Adang terlihat bahwa Adang melanggar maksim relevansi karena beliau memberikan jawaban yang tidak
relevan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh Fauzi Bowo. Adang tidak mengungkapkan tawaran-tawaran apa saja kepada pihak yang menang maupun yang
kalah, padahal poin itulah yang ditanyakan oleh calon pasangan Fauzi Bowo. Implikatur yang didapat adalah Adang tidak yakin kalau bisa memenangkan
pemilihan cagub dan cawagub Jakarta periode ini. Untuk dapat mematuhi maksim relevansi Adang sebaiknya mengatakan,
”Sampai saat ini kami belum memiliki tawaran-tawaran tertentu, namun yang jelas pasti akan kami dukung siapa pun pihak yang terpilih sebagai kepala daerah DKI
Jakarta, karena sebagai warga Negara yang baik pasti akan mematuhi hukum yang berlaku dan akan menghargai siapa yang jadi pemimpinnya”.
4.1.4 Pelanggaran Maksim Cara
Para kandidat Cagub dan Cawagub melanggar maksim cara dengan memberikan tanggapan yang tidak jelas, bermakna ganda, panjang lebar dan tidak
teratur.
Data 13 Panelis IV, Bambang Wijayanto:
Pertanyaan pertama:
“Saya ingin mempersoalka isu soal orupsi tadi sudah dikemukakan. Bicara soal korupsi, itu adalah poinnya penyalahgunaan kewenangan. Jawaban dari
kandidat selalu normatif dengan mengatakan perlu peningkatan insentif. Itu
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
bukan masalah yang bisa diselesaikan. Nah, sekarang pertanyaannya adalah ketika akan melakukan pemberantasan korupsi perlu dilakukan kontrol terhadap
kekuasaan. Bagaimana sebenarnya kontrol itu bisa dilakukan?”
Fauzi Bowo:
“Dalam visi dan misi yang kami eh…tawarkan dan kami sampaikan kepada rakyat Jakarta, jelas tercantum keinginan kuat dari Priyanto dan Fauzi Bowo
untuk membangun suatu, mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik, good governance. Diantara ciri-ciri good governance tersebut
transparansi, accountabilitiy, partisipasi dan profesionalisme, ini akan kami jalankan secara konsekwen. Mulai hari pertama di setiap jajaran dan jenjang
yang mengambil keputusan”.
Tanggapan Fauzi Bowo pada data 13 ini menggunakan istilah-istilah yang membuat audiens kurang mengerti dengan apa yang ingin disampaikannya. Audiens
bukan hanya yang berada dalam acara debat tersebut saja, namun juga dilihat oleh masyarakat yang tidak terlibat dalam acara debat tersebut. Selanjutnya dia ingin
menjelaskan suatu istilah dengan mengatakan ‘tata kelola pemerintahan yang baik’ lalu ditambahkannya dengan kata ‘good governance’. Padahal kedua istilah tersebut
memiliki makna yang sama. Maka dengan demikian dia telah melanggar maksim
cara.
Implikatur yang diperoleh adalah Fauzi ingin menunjukkan kepada pada audiens bahwa dia adalah orang yang pintar karena menguasai istilah-istilah asing.
Pelanggaran maksim cara ini dapat dihindarinya dengan mengatakan, ”Dalam visi dan misi kami, jelas tercantum keinginan kami untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik dengan menjalankan pemerintahan secara profesionalisme, transparan, dan konsekwen”.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Data 14 Pertanyaan kedua:
“Apa sektor-sektor strategis yang mesti dikendalikan supaya korupsi di sektor revenue dan di sektor expendijer - expendijer bisa dikendalikan?”
Fauzi Bowo:
“Dalam visi dan misi yang kami eh…tawarkan dan kami sampaikan kepada rakyat Jakarta, jelas tercantum keinginan kuat dari Priyanto dan Fauzi Bowo
untuk membangun suatu, mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik, good governance Diantara ciri-ciri good governance tersebut transparansi,
accountabilitiy, partisipasi dan profesionalisme, ini akan kami jalankan secara konsekwen. Mulai hari pertama di setiap jajaran dan jenjang yang mengambil
keputusan. Kemudian kami akan ikuti dengan keteladanan, ya…keteladanan dan kami akan laksanakan juga kiat-kiat yang diperlukan seperti electronic
government, governance. Itu akan kami laksanakan. Sudah kami jalankan dalam bentuk e-probhuman, e-announcement. E-probhuman akan dilaksanakan dalam
tiga bulan terakhir ini, dan kemudian e-government akan kita jadikan aturan main baru di DKI Jakarta ke depan”.
Dari data 14 ini Fauzi mencoba menjelaskan secara panjang lebar tentang strateginya untuk mengendalikan korupsi dengan menggunakan istilah-istilah asing.
Namun dia tidak menjelaskan sektor-sektor mana saja yang harus dikendalikan. Disini dia melanggar maksim cara dengan menjelaskan secara panjang lebar pada hal-
hal yang tidak ditanyakan oleh panelis. Implikatur yang diperoleh dari pelanggaran maksim ini adalah Fauzi sudah
memiliki strategi-strategi untuk mengendalikan korupsi. Untuk mematuhi maksim ini sebaiknya Fauzi mengatakan,”Ada beberapa
sektor strategis yang sebaiknya dikendalikan, contohnya mengenai perencanaan
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
daerah harus seperti apa pelaksanaannya, bagaimana pelaksanaan penegakan hukum. Dan untuk mendukung transparansi kami melaksanakan electronic governance”.
Data 15 Panelis III, Aviliani:
“Kalau kita lihat Jakarta sama dengan masalah nasional kita adalah masalah pengangguran dan kemiskinan. Kita lihat angka pengangguran dan kemiskinan
terutama di Jakarta itu mulai juga ada peningkatan. Karena banyak perusahaan yang tutup, ya…Bagaimana seharusnya Jakarta ini bisa meningkatkan
investasinya, sehingga para penganggur ini bisa ehh..dioptimalkan?”
Fauzi Bowo:
“Jakarta perlu menonjolkan segi-segi competitivenessnya. Ya…apakah itu? Banyak hal yang perlu kita tingkatkan efisiensinya. Rat thieves harus kita
basmi, kemudian perizinan harus kita permudah, dan bench marking yang harus kita gunakan adalah bench marking internasional. Kalau tidak, Jakarta tidak
akan bisa compete dengan kota-kota internasional lain di Asia Tenggara, di Asia, dan di dunia khususnya. Segi-segi competitiveness itu harus diawali dari
upaya pemerintah daerah menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk itu. Ya…sehingga dengan demikian, sekali lagi tanpa bench marking kita tidak akan
berhasil Ya…bukan hanya dengan menggerakkan APBD, tapi kita harus punya political will yang kuat dan harus punya program yang jelas untuk mengundang
investasi yang sebagian juga ditentukan oleh iklim investasi nasional yang ada di negara kita ini.”
Pada data 15 di atas Fauzi Bowo berusaha menjelaskan bagaimana investasi itu ditingkatkan sehingga pengangguran dapat berkurang. Namun dalam
penjelasannya, beliau tidak menjelaskan secara urut dan teratur sehingga dapat menimbulkan salah persepsi para pemirsa mengenai topik ini. Dengan demikian
Fauzi Bowo melanggar maksim cara karena tidak memberikan penjelasan secara urut dan teratur.
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
Implikatur yang diperoleh dalam pelanggaran maksim ini adalah pemerintah belum menerapkan iklim usaha yang kondusif karena belum menerapkan bench
marking. Untuk menghindari pelanggaran maksim cara ini Fauzi dapat mengatakan,
“Untuk meningkatkan investasi di Ibukota Jakarta ini, Pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang kondusif. Iklim usaha yang kondusif ini dapat terjadi jika kita
membasmi rat thieves, mempermudah perizinan usaha, dan menggunakan bench marking internasional. Dengan demikian Jakarta dapat bersaing dengan kota-kota
internasional lainnya di Asia Tenggara”.
Data 16
Selain kandidat cagub dan cawagub yang melanggar prinsip percakapan, para panelis juga melakukan hal yang sama.
Panelis I, Azumardi Azra :
“Dengan melihat masalah Jakarta yang begitu kompleks dan rumit, sangat rumit dan begitu kompleks seperti masyarakatnya, ada kesenjangan sosial yang
semakin mencolok di Jakarta, ada rumah-rumah mewah tapi juga semakin banyak eh…komplek atau perumahan-perumahan kumuh, juga ada mall-mall
yang semakin luas, semakin gagah, dan pasar-pasar tradisional yang semakin tersisih, dan juga ada mobil-mobil mewah yang seliweran di jalanan, sementara
banyak juga kita lihat bajaj yang banyak mengeluarkan asap, emisi. Nah, kira- kira apa yang akan saudara-saudara lakukan, pasangan baik yang pertama
maupun yang kedua, untuk mengatasi masalah ini?”
Uraian yang dikemukakan oleh Azumardi Azra pada data 16 sebelum beliau memberikan pertanyaan kepada kandidat cagub dan cawagub sangat panjang
dan tidak teratur. Dengan demikian beliau melanggar maksim cara karena
Zuraidah Nasution : Implikatur Percakapan Dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah Dki Jakarta, 2009
memberikan uraian panjang lebar dan tidak teratur sehingga para kandidat cagub memberikan jawaban yang tidak fokus terhadap inti pertanyaan yang diajukan oleh
panelis itu sendiri. Implikatur yang diperoleh dari pelanggaran maksim cara ini adalah panelis
tidak memiliki pertanyaan spesifik untuk diajukan kepada para kandidat calon cagub dan cawagub.
Untuk menghindari terjadinya pelanggaran maksim cara ini sebaiknya panelis Azumardi mengatakan,”Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Jakarta
memiliki permasalahan yang begitu kompleks dan rumit, baik itu dari segi sosial masyarakatnya, perekonomian, polusi dan lain sebagainya. Nah, apa yang akan
saudara-saudara lakukan untuk mengatasi masalah ini?”
4.1.5 Implikatur Berskala