perselisihan yang sedang terjadi diantara pihak-pihak yang bersengketa, sehingga pihak yang bersengketa tersebut akan lebih mudah menerima saran-saran maupun
opsi-opsi dari mediator.
2. Peran Advokat yang Tidak Mendukung Terjadinya Mediasi.
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar Pengadilan.
121
Salah satu kewajiban pihak advokat sebagai pemberi bantuan hukum di lingkungan peradilan adalah pemenuhan kualifikasi dasar agar
dapat berinteraksi secara fungsional dengan pelaku peradilan lainnya dan menjamin terselenggaranya proses peradilan yang mengedepankan prinsip sederhana, murah
dan cepat.
122
Advokat mempunyai tanggungjawab profesi untuk memastikan bahwa kliennya mendapatkan keadilan dalam suatu perkara. Pencapaian keadilan ini tidak
harus melalui proses peradilan semata. Pihak-pihak yang berperkara dapat bersepakat untuk mengadakan pembicaraan sebelum atau pada saat proses dilangsungkan dan
dari pembicaraan ini dapat dilahirkan kesepakatan yang dipandang adil bagi semua pihak. Apabila proses ini yang berlangsung, maka advokat akan mengambil peranan
yang penting, oleh sebab itulah hak advokat untuk menjalankan fungsi arbitrase dan mediasi perlu diakomodasikan.
123
121
Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003, Tentang Advokat
122
Daniel S. Lev, Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, Jakarta, Pusat Studi Hukum Kebijakan Indonesia, 2000, h. 95.
123
Ibid, h. 95.
Advokat yang tidak bisa menjalakan kewajibannya sebagaimana mestinya dan menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan kliennya akan memberi
dampak negatif terhadap kelancaran jalannya proses mediasi dan terhadap keberhasilan mediasi itu sendiri.
124
Para pihak yang diwaliki oleh advokat, biasanya tidak ikut serta dalam mengikuti proses mediasi yang diselenggarakan, segala hal-hal yang berhubungan
dengan penyelesain sengketa baik pada saat pendaftaran gugatan maupun dalam hal penyelesaian secara mediasi, sepenuhnya diserahkan kepada advokat, sehingga para
pihak yang bersengketa secara inperson sulit untuk bertemu. Tidak adanya pertemuan secara langsung antara mediator dengan para pihak menghilangkan kesempatan bagi
para pihak untuk saling terbuka dalam penyampaian keinginan-keinginan yang selama ini terpendam akibat adanya rasa segan dalam diri masing-masing pihak.
125
Dalam upaya penyelesaian sengketa melalui proses mediasi perlu partisipasi yang tinggi antara advokat, pihak-pihak yang bersengketa dan mediator. Walaupun
para pihak diwakili oleh advokat, numun semestinya juga melibatkan para pihak secara inperson, agar dalam proses mediasi dapat dikembangkan gasasan-gagasan
yang bermanfat yang timbul dari para pihak menuju suatu keputusan yang berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak yang bersengketa.
126
Secara profesional, advokat melihat kepentingan klien dari segala aspek terutama karena alasan biaya dan waktu. Adanya komitmen untuk menjunjung tinggi
124
Wawancara dengan Wanrinson Sinaga, Advokat di Medan, 23 Juli 2007.
125
Wawancara dengan M. Djoko, Hakim Pengadilan Negeri Medan, 23 Juli 2007.
126
Wawancara dengan Evan, S. Surbakti, Advokat di Medan, 24 Juli 2007.
kepentingan klien akan menempatkan advokat melakukan mekanisme penyelesaian sengketa berdasarkan pertimbangan dan semata-mata untuk kepentingan klien.
127
Akan tetapi peran advokat dalam proses mediasi bisa juga menjadi faktor penghambat keberhasilan mediasi artinya bahwa mediasi tersebut tidak mencapai
perdamaian dikarenakan keinginan advokat dengan alasan adanya kepentingan- kepentingan tertentu yang semata-mata demi mencari atau memperoleh keuntungan
secara pribadi.
128
Proses mediasi yang dilaksanakan merupakan suatu tindakan yang overlapping, karena sebelum gugatan diajukan ke Pengadilan, pihak yang akan
mengajukan gugatan penggugat terlebih dahulu mengadakan somasi peringatan kepada pihak lawan, dengan maksud kemungkinan adanya negosiasi diantara para
pihak guna menyelesaikan sengketa di luar Pengadilan dengan menempuh upaya penyelesaian secara musyawarah kekeluargaan untuk menghindari pengeluaran
biaya yang besar dan waktu yang panjang, akan tetapi negosiasi musyawarah yang dilakukan tidak berhasil, sehingga penggugat mengajukan tuntutan ke Pengadilan,
dengan demikian mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan hanyalah merupakan formalitas untuk memenuhi ketentuan peraturan, sehingga para pihak secara inperson
maupun diwakili kuasanya tidak mengikuti proses mediasi dengan serius.
129
Advokat tidak serius dalam mengikuti proses mediasi di Pengadilan, karena dari kenyataan yang ada, mediasi tidak perbah berhasil dengan demikian mediasi
127
Wawancara dengan Al Fahmi Chairi Manurung, Advokat di Medan, 24 Juli 2007.
128
Wawancara dengan Budi Abdullah, Advokat di Medan, 24 Juli 2007.
129
Wawancara dengan Onan Purba, Advokat di Medan, 26 juli 2007
tersebut hanyalah merupakan formalitas belaka. Mengikuti proses mediasi tidak lain sekedar menunjukkan adanya iktikad baik dari para pihak secara inperson maupun
yang diwakili oleh advokat kuasa hukum.
130
Secara teoritis, peran advokat sangat penting dalam pelaksaan mediasi. Salah satu kelemahan institusi mediasi adalah jika Lawyer tidak dilibatkan dalam proses
mediasi, kemungkinan adanya fakta-fakta yang penting yang tidak disampaikan kepada mediator, sehingga putusannya menjadi bias.
131
Dengan demikian advokat
seharusnya memegang peranan penting dalam peroses mediasi, bukan sebaliknya
menjadi faktor penghambat terhadap keberhasilan mediasi. Namun pada kenyatannya
di Pengadilan Negeri Medan, peran advokat tidak mendukung agar mediasi yang dilaksanakan berhasil, akan tetapi justru sebaliknya, advokat memberikan
sumbangsih negatif terhadap keberhasilan mediasi.
130
Wawancara dengan Maya Manurung, Advokat di Medan, 25 Juli 2007
131
Munir Fuadi, Arbitrase Nasional : Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000, h. 51.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN