Defenisi dari perjanjian arbitrase yang diberikan dalam UU No. 30 Tahun 1999, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perjanjian arbitrase dapat terwujud dalam
bentuk suatu kesepakatan berupa : 1.
Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulilis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau
2. Suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat oleh para pihak setelah timbul
sengketa.
42
Bentuk yang paling sering dilakukan dari alternatif penyelesaian sengketa adalah mediasi. Sekarang di mana-mana dijadikan pilihan pertama dalam
penyelesaian pertikaian.
43
Mediasi sebetulnya tidak lebih merupakan negoisasi yang dilakukan dengan dukungan seorang profesional.
A. Pengertian Mediasi
Fenomena pertumbuhan terkait dengan penggunaan mediasi pada tahun terakhir ini sudah menjadi pembahasan yang penting dalam hal apa sebenarnya yang
termasuk sebagai mediasi dan apa yang bukan sebagai mediasi. Selanjutnya adalah bagaimana hal tersebut berbeda dengan yang lain terkait dalam penyelesaian
perselisihan alternatif yang sesuai, seperti arbitrase yang mengikat dan yang tidak mengikat, evaluasi netral dan keputusan Pengadilan. Perbedaan utama antara mediasi
42
Ibid., hal. 99
43
ADR, Jalan Mudah, Murah dalam Penyelesaian Sengketa, Harian Sinar Harapan, 10 September 2003.
dan proses lain adalah bahwa dalam mediasi, maka pihak yang berselisih memiliki kekuasaan dalam pembuatan keputusan.
Jaringan Mediasi Kalifornia Utara, organisasi non-profit yang didirikan pada tahun 1985 satu organisasi untuk meramalkan pertumbuhan dan perkembangan
program mediasi di masyarakat, sudah melihat penggunaan mediasi, seperti yang dipraktekkan oleh anggota pusat, berkembang di luar dari proses sederhana terhadap
penyelesaian masalah.
44
Untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang dimaksud dengan mediasi, berikut ini akan diuraikan pengertian dan penjelasan tentang mediasi. Gary Godpaster
mengemukakan mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak impartial dan netral bekerja dengan pihak yang
bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan. Berbeda dengan Hakim atau arbiter, mediator tidak mempunyai
wwenang untuk memutuskan sengketa antara para pihak. Namun dalam hal ini para pihak menguasakan kepada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan
persoalan-persoalan diantara mereka. Asumsinya bahwa pihak ketiga akan mampu mengubah kekuatan dan dinamika sosial hubungan konflik dengan cara
mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku pribadi para pihak, dengan memberikan pengetahuan atau informasi, atau dengan menggunakan proses negosiasi yang lebih
44
Definition of Mediation, versi elektronik dapat dilihat di : http:www.mnne.orgpg_11.efm. diakses terakhir tanggal 10 Juli 2007.
efektif, dan dengan demikian membantu para peserta untuk menyelesaian persoalan- persoalan yang dipersengketakan.
45
Jacqueline M. Nolan Haley, mengemukakan batasan mediasi sebagai berikut : ”mediation is generally understood to be a short-term structured, task-
oriented, participatory intervention process. Disputing partties work with a neutral thirt party, the mediator, to reach a mutuallu acceptable agreement.
Unlike the udjudication process, where a thirt party intervenor inposes a decision, no such compulsion exist in mediation. It is the parties themselves
who shape their agreement”.
46
Kimberlee K Kovach merumuskan batasan mediasi adalah : ”Facilited negotiation, it is a proces by which a neutral thirt party , the
mediator, assists disputing parties in reaching a mutually satisfactory resolution”.
47
Mark E Roszkowski, mengemukakan bahwa: ”mediation is a relatively informal process in which a neutral thirt party, the
mediator, help to resolve a dispute. In many respect therefore, mediator can be considered as structured negotiation in which the mediator facilitates the
process”.
48
Selanjutnya, kamus hukum ekonomi ELIPS, mengatakan bahwa : ”Mediasi salah satu alternatif penyelesaian sengketa di luar Pengadilan dengan menggunakan
jasa seorang mediator atau penengah, sama seperti konsiliasi”.
49
45
Gary Goodpaster, Negosiasi dan Mediasi : Sebuah Pedoman Negosiasi dan Penyelesaian Sengketa Melalui Negosiasi, Jakarta : Elips Project, 1993, h. 201.
46
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, h. 80.
47
Ibid.
48
Ibid., h. 81
49
Tim Penyusun ELIPS, Kamus Hukum Ekonomi , Jakarta : Elips Project, h. 111.
Dalam Blak’s Law Dictionary dikatakkan bahwa mediasi adalah : ”mediation is private, informal dispute resolution process in which a neutral thirt person, the
mediator, helps disputing parties to reach an agreement. The mediator has no power to impose a decision to impose a decision on the parties.
50
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, mediasi adalah proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai
penasehat.
51
Menurut John W. Head, mediasi adalah suatu prosedur penengahan di mana seseorang bertindak sebagai ”kendaraan” untuk berkomunikasi antar para pihak,
sehingga pandangan mereka yang berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian
tetap berada di tangan para pihak sendiri. Dari definisi tersebut, mediator dianggap sebagai ”kendaraan” bagi para pihak untuk berkomunikasi.
52
Christopher W. Moore menyebutkan bahwa mediasi adalah intervensi dalam sebuah sengketa atau negosiasi oleh pihak ketiga yang bisa diterima pihak yang
bersengketa, bukan merupakan bagian dari kedua belah pihak dan bersifat netral. Pihak ketiga ini tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan. Dia
bertugas untuk membantu pihak-pihak yang bertikai agar secara sukarela mau
50
Gunawan Widjaja, Loc.cit
51
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2000, h. 726
52
Gatot Sumartono, Loc.cit
mencapai kata sepakat yang diterima oleh masing-masing dalam suatu persengketaan.
53
Selanjutnya Rachmadi Usman menyimpulkan bahwa mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar Pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak
ketiga yang bersifat netral non-intervensi dan tidak berpihak impartial kepada pihak-pihak yang bersengketa. Pihak ketiga tersebut disebut ”mediator” atau
”penengah”. Menurut Kamus Hukum, mediasi adalah usaha untuk menyelesaikan
perselisihan hukum melalui partisipasi aktif pihak ketiga mediator yang bekerja untuk menemukan poin kesepakatan dan membuat orang yang menghadapi konflik
menemukan hasil yang baik. Mediasi berbeda dengan arbitrase dalam hal pihak ketiga arbitor bertindak menyerupai Hakim di luar Pengadilan, menyelesaikan
masalah dengan cara tidak begitu formal, namun secara aktif berpartisipasi dalam pembahasan. Mediasi menjadi hal yang sangat umum dalam berusaha mengatasi
masalah perselisihan hubungan dalam negeri perceraian, perlindungan anak, kunjungan dan sering diperintahkan oleh Hakim. Mediasi juga menjadi lebih sering
dilakukan dalam kontrak dan dalam kasus kerugian sipil. Dalam hal ini ada mediator profesional atau Hakim yang tidak melakukan mediasi karena biaya substansial,
namun biaya yang dibutuhkan dalam hal ini lebih sedikit daripada upaya yasng dilakukan di Pengadilan dan dapat mencapai kesepakatan lebih awal dan mengakhiri
53
Runtung, Loc.cit
kecemasan yang terjadi. Namun demikian, mediasi tidak selalu menghasilkan perdamaian.
54
Ada juga yang mengatakan bahwa mediasi adalah cara yang bersifat sukarela dan rahasia dalam menyelesaikan perselisihan tanpa memberikan kekuatan untuk
pembuatan keputusan kepada orang lain seperti seorang Jaksa. Hal ini melibatkan duduk bersama dengan pihak lain yang berselisih dan pihak ketiga dalam hal ini
adalah netral dan tidak memihak mediator. Mediator membantu pihak yang ada untuk mengidentifikasi masalah yang penting dalam perselisihan tersebut dan
memutuskan bagaimana perselisihan dapat diselesaikan dengan baik. Mediator dalam hal ini tidak mengatakan apa yang perlu dilakukan, atau membuat penilaian mengenai
siapa yang benar dan siapa yang salah. Kendali atas hasil yang ada tetap ada pada pihak terkait.
55
Menurut Perma No. 2 Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan : ”Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak
dengan bantuan pihak ketiga”.
56
Berdasarkan penjelasan sebagaimana telah diuraikan di atas, mediasi sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa, bertujuan untuk membantu para pihak dalam
mencapai kesepakatan yang lebih baik. Perselisihan yang dimaksud mungkin melibatkan negara, organisasi, masyarakat, individu atau perwakilan lainnya yang
54
Mediation-Definition, versi elektronik dapat dilihat di : http:www.hg.orgmediation- definition.html.
55
Ibid.
56
Ketentuan Pasal 1 Angka 6 Perma No. 2 Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
mempunyai kepentingan di dalamnya. Mediator menggunakan teknik yang sesuai danatau keahlian dan memperbaiki dialog antara orang yang berselisih, dan bertujuan
untuk membantu pihak-pihak yang berselisih mencapai kesepakatan dengan hasil konkrit terhadap masalah yang diperdebatkan. Biasanya, semua pihak yang ada
harus menganggap mediator sebagai pihak luar. Mediasi dapat digunakan untuk berbagai perselisihan.
Mediasi memberikan peluang kepada pihak ketiga untuk membahas masalah yang muncul dalam hal biaya, menghilangkan kesalahpahaman, menentukan masalah
yang ada. Mediator tidak mengatasi beban yang ada atau membuat keputusan terhadap pihak yang ada, melainkan mediator membantu pihak-pihak terkait untuk
mencapai suatu kesepakatan. Proses mediasi bersifat rahasia. Informasi yang diungkapkan selama mediasi tidak akan dibeberkan kepada siapapun.
B. Sejarah dan Perkembangan Mediasi