Paradigma Baru Pengaturan Grosse Akta

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 dimaksud dalam Pasal 224 HIR258 RBG yang juga berkekuatan hukum sama dengan putusan pengadilan. Sebenarnya apa yang ditentukan dalam pasal-pasal HIRRBg itu merupakan perkecualian atau pembatasan dari akta grosse notaris, sehingga yang dapat diajukan eksekusi kepada Pengadilan Negeri hanyalah mengenai dua macam grosse akta yaitu grosse akta hipotik dan grosse akta pengakuan hutang, sebagai perkecualian bukan dalam bentuk formalnya melainkan sekedar mengenai wewenang Pengadilan Negeri untuk secara langsung mengeksekusinya.

4.2. Paradigma Baru Pengaturan Grosse Akta

Pada saat berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris UUJN yakni sejak tanggal 6 Oktober 2004 dalam Lembaran Negara Nomor 117 Tahun 2004. Maka akta notaris yang dapat dimintakan grossenya, hanya Akta Pengakuan Hutang, hal ini dapat dilihat secara tegas dan jelas dalam Pasal 1 butir 11 173 Dari redaksi Pasal 1 ayat 11 terlihat bahwa Grosse Akta Notaris itu harus memiliki irah-irah ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan dalam rumusan pasal itu ditentukan juga bahwa grosse akta itu memiliki kekuatan eksekutorial. Kelihatannya apa yang dilembagakan oleh Pasal 224 HIRPasal 258 Undang-undang Jabatan Notaris. Oleh karena itu lain dari pada akta pengakuan hutang tidak dapat dimintakan grossenya. 173 Pasal 1 butir 11 UUJN, yang berbunyi: Grosse Akta adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan utang dengan kepala akta “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, yang mempunyai kekuatan eksekutorial. Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 RBg diteruskan kelembagaannya dalam suasana kemerdekaan melalui Pasal 1 ayat 11 undang-undang ini, sehingga tidak ada lagi keraguan bagi para penegak dan pelaksana hukum serta bagi para pencari keadilan. Dari redaksinya ternyata bahwa yang dapat diberikan dalam bentuk grosse akta hanyalah akta yang dibuat dalam bentuk minuta dengan judul ”Pengakuan Hutang” saja, jadi tidak lagi diterbitkan grosse akta dari minuta akta notaris yang menggunakan judul lain, misalnya dengan judul ”Persetujuan Kredit”. 174 Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan undang-undang. B. Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Kredit 1. Kewenangan Notaris Dalam Pembuatan Akta Otentik Notaris adalah ahli hukum yang bekerja di bidang pribadi, misalnya penandatanganan kontrak, kepemilikan tanah, transaksi perdagangan, dan lain-lain. Mereka biasanya tidak berhak mendampingi klien di pengadilan. 175 174 Syahril Sofyan, Op.cit, hal. 43-44 175 Lihat Pasal 15 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Pengertian akta otentik dapat ditemukan dalam Pasal 1868 KUHPerdata yang menyebutkan: ”Akta otentik adalah akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai yang berkuasapegawai umum untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya”. Suatu akta dikatakan otentik apabila memenuhi syarat sebagai berikut: a. Akta yang dibuat oleh atau akta yang dibuat dihadapan pegawai umum yang ditunjuk oleh undang-undang. b. Bentuk akta ditentukan oleh undang-undang dan cara membuat akta menurut ketentuan yang ditetapkan undang-undang. Menurut Undang-undang Jabatan Notaris, 176 176 Dalam PJN adapula pasal-pasal yang terkait dalam penentuan bentuk-bentuk dari akta Notaris yakni : bentuk-bentuk akta terdapat dalam beberapa pasal, yakni : a. Pasal 26 PJN, menyatakan bahwa akta Notaris harus dituis dengan dapat dibaca, dalam hubungan satu sama lain yang tidak terputus, tanpa kependekan-kependekan, ruangan-ruangan kosong atau sela-sela kosong, terkecuali untuk beberapa macam akta terdapat contoh-contoh yang dicetak berdasarkan ketentuan dari pihak yang berwajib, ruangan-ruangan kosong dalam badan akta yang terpaksa ditulisi, harus digaris dengan jelas dengan tinta sebelum akta ditutup, agar tidak dapat dipergunakan lagi, semua angka-angka yang menentukan jumlah atau besarnya benda yang disebutkan dalam akta, demikian juga tanggal-tanggal harus dinyatakan dalam huruf-huruf tulisan, akan tetapi dapat diulangi atau didahului dengan angka-angka. b. Pasal 27, menyatakan bahwa akta dapat dibuat dalam bahasa yang dikehendaki oleh para pihak, asal saja dimengerti oleh Notaris. c. Pasal 32, menyatakan bahwa semua perubahan dan tambahan harus ditulis di sisi akta, akan tetapi hal itu hanya sah, apabila itu tersendiri-tersendiri ditanda tangani atau disahkan oleh para penghadap yang menanda tangani akta itu, oleh Notaris dan para saksi. Jika suatu perubahan atau tambahan terlalu panjang untuk ditulis di sisi akta, hal tersebut ditulis pada akhir kata, akan tetapi sebelum penutup akta, asal saja ditunjuk halaman dan baris dimana itu termasuk, dengan ancaman batal setiap perubahan atau tambahan yang dilakukan dengan cara lain atau tanpa penunjukan. Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 a. Akta Notaris dituliskan dengan jelas dalam hubungan satu sama lain yang tidak terputus-putus dan tidak menggunakan singkatan. b. Ruang dan sela kosong dalam akta digaris dengan jelas sebelum akta ditanda tangani, kecuali untuk akta yang dicetak dalam bentuk formulir berdasarkan peraturan perundang-undangan. c. Semua bilangan untuk menentukan banyaknya atau jumlahnya sesuatu yang disebut dalam akta, penyebutan tanggal, bulan dan tahun dinyatakan dengan huruf dan harus didahului dengan angka. 1. Pasal 43, berbunyi sebagai berikut : a. Akta dibuat dalam bahasa Indonesia b. Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang digunakan dalam akta Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskan isi akta itu Notaris wajib menerjemahkan oleh penghadap c. Apabila Notaris tidak dapat menterjemahkan atau menjelaskannya, akta tersebut diterjemahkan atau dijelaskan oleh seorang penerjemah resmi. d. Akta dapat dibuat dalam bahasa lain yang dipahami oleh Notaris dan saksi apabila pihak yang berkepentingan menghendaki sepanjang undang-undang tidak menentukan lain. e. Dalam hal akta dibuat sebagaimana yang dimaksud pada ayat d, Notaris wajib menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. 2. Pasal 44, berbunyi sebagai berikut : a. Segera setelah akta dibacakan, akta tersebut ditanda tangani oleh setiap penghadap, saksi dan Notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak dapat membubuhkan tanda tangan dengan menyebutkan alasannya. b. Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat a dinyatakan secara tegas dalam akta. c. Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat c ditandatangani oleh penghadap, saksi, Notaris dan penerjemah resmi. d. Pembacaan, penerjemahan atau penjelasan dan penanda tanganan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat a dan ayat c dan pasal 43 ayat b, ayat c dan ayat e dinyatakan secara tegas pada akhir akta. c. Ditempat dimana pejabat yang berwenang membuat akta tersebut d. Pasal 33, menyatakan, bahwa tidak dibenarkan dalam suatu akta atau perubahan dan tambahan yang tertulis di sisi atau pada sebelum penutup akta menulis tindih, menyisipkan atau menambah kata-kata atau huruf-huruf atau dengan cara lain mencoret atau menghapus dan menggantinya dengan yang lain, dengan ancaman batal kata-kata atau huruf-huruf yang ditulis sebagai gantinya dan yang disisipkan atau ditambahkan. Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Akta otentik mempunyai arti yang lebih penting daripada sebagai alat bukti, bila terjadi sengketa maka akta otentik dapat digunakan sebagai pedoman bagi para pihak yang bersengketa. Notaris sebagai pejabat lelang berwenang untuk melaksanakan lelang dan membuat risalah lelang. Ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari kewenangan notaris sebagai pejabat umum untuk membuat akta otentik. Peran notaris diperlukan di Indonesia karena dilatar belakangi oleh Pasal 1866 KUH Perdata yang menyatakan: 1. Alat-alat bukt i terdiri atas: 2. Bukti tulisan; 3. Bukti dengan saksi-saksi; 4. Persangkaan-persangkaan; 5. Pengakuan; 6. Sumpah. Pembuktian tertinggi adalah bukti tulisan. Bukti tertulis ini dapat berupa akta otentik maupun akta di bawah tangan dan yang berwenang dan yang dapat membuat akta otentik adalah Notaris. Untuk itulah negara menyediakan lembaga yang bisa membuat akta otentik. Negara mendelegasikan tugas itu kepada notaris seperti tertera pada pasal 1868 KUHPerdata mengenai adanya Pejabat Umum, yaitu pejabat yang diangkat oleh negara untuk membantu masyarakat dalam pembuatan akta otentik. Dalam hal ini pejabat yang dimaksud adalah Notaris dan lambang yang digunakan sebagai cap para notaris adalah lambang negara. Notaris merupakan satu- Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 satunya kalangan swasta yang diperbolehkan menggunakan lambang tersebut. Notaris adalah Pejabat Umum, hal ini dapat juga dilihat di dalam pasal 1 angka 1 UUJN. Selain itu, Notaris juga diberikan wewenang lain, seperti: 1.Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. 2.Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar di dalam buku khusus. 3.Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang membuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan. 4.Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya 5.Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. 6.Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan. 7.Membuat akta risalah lelang 177 Notaris sebagai pejabat publik yang berwenang untuk membuat akta otentik, mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat. Banyak sektor kehidupan transaksi bisnis dari masyarakat yang memerlukan peran serta dari Notaris, bahkan beberapa ketentuan yang mengharuskan dibuat dengan Akta Notaris yang artinya jika tidak dibuat dengan Akta Notaris maka transaksi atau kegiatan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum. Untuk itu dalam rangka meningkatkan profesionalisme dari Notaris tersebut, kehadiran Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang memberikan kewajiban dan wewenang kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang diteruskan kepada Majelis Pengawas Notaris untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris dalam melaksanakan pekerjaannya, merupakan suatu langkah positif, sehingga akhirnya aktifitas masyarakat yang berkaitan dengan Notaris berjalan dengan harmonis. 177 Lihat pasal 15 ayat 2 Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notris. Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris telah diundangkan dan diberlakukan pada tanggal 6 Oktober 2004. Undang-undang ini menggantikan Peraturan Jabatan Notaris yang lama yang diatur dalam Staatsblaad 1860 nomor 3 yang merupakan Undang-Undang Jabatan Notaris produk Kolonial Hindia Belanda. Lahirnya UUJN sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Propenas tahun 2000-2004 yang menekankan perlunya dilakukan penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang sudah tidak sesuai lagi. Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris telah mengatur pengertian dari notaris yaitu Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud undang-undang ini. Disinilah letak arti penting dari profesi notaris bahwa ia karena undang- undang diberi wewenang menciptakan alat pembuktian yang mutlak dalam pembuktian bahwa apa yang tersebut dalam akta otentik pada pokoknya dianggap benar. Hal ini sangat penting untuk mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk suatu keperluan, baik untuk pribadi maupun untuk kepentingan suatu usaha. Adapun akta-akta yang pembuatannya juga ditugaskan kepada pejabat lain atau oleh undang-undang dikecualikan pembuatannya kepadanya antara lain : Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet Studi Di Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009 1. Akta pengakuan anak di luar kawin Pasal 281 KUH Perdata 2. Berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan hipotek Pasal 1227 KUH Perdata. 3. Berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan konsinyasi Pasal 1405 dan Pasal 1406 KUH Perdata. 4. Akta protes wesel dan cek Pasal 143 dan Pasal 218 KUHD. 5. Akta catatan sipil Pasal 4 KUH Perdata. 178 Untuk pembuatan akta-akta yang dimaksud angka 1 sampai angka 4 Notaris berwenang membuatnya bersama-sama dengan pejabat lain turut berwenang membuatnya sedangkan yang disebut pada angka 5, Notaris tidak berwenang untuk membuatnya tetapi hanya oleh pegawai Kantor Catatan Sipil.

2. Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Otentik Pemberian Kredit